[18] KAKEK PERGI

654 10 0
                                    

Avya baru saja masuk ke ruangan kakek, ia dari mengambil sesuatu di rumah dan Daffa yg menjaganya saat ia pergi.

"Maaf kak nunggu lama yah." Avya sungguh merasa tak enak karna daffa selalu saja membantu nya.

"Saya udah sering dengar kamu minta maaf, sudahlah saya benar-benar ikhlas. Saya sudah mengganggap mu adik sendiri." Ucap Daffa dengan tulus.

"Kata dokter tadi, kakek sudah membaik." Lanjut Daffa, yah tadi dokter ke sini untuk memeriksa keadaan kakek saat Avya pergi.

"Benarkah?." Avya tampak senang mendengarnya,ia lalu menghampiri Kakeknya yg juga tersenyum ke arahnya.

"Avya senang sekali kakek udah baikan." Avya memeluk kakeknya erat, begitupun sebaliknya.

"Iya kakek juga senang, duduklah kakek ingin bicara." Ucap kakek, Avya duduk di bangku.

"Daffa terimakasih sudah membantu kakek dan Avya, kami sangat berutang padamu." Daffa mendekat saat namanya terdengar.

"Iya kek sama-sama, cepatlah sembuh." Ujar Daffa menampilkan senyum manisnya, kedua dimpelnya  terbentuk sangat epik di kedua pipinya.

"Avya kamu harus jaga kesehatan kakek gk mau kamu sedih, jadilah istri yg baik hormati Liam kakek yakin Liam pria yg baik untukmu." Perkataan kakek itu sontak membuat Avya menunduk rasanya sakit sekali saat mendengar kakeknya sangat mempercayai Liam padahal kenyataannya sangat berbeda.

Lain halnya denga Daffa, pria itu tampak tertampar kenyataan kenapa ia masi saja menaruh rasa pada seorang perempuan yg sudah menikah.

"Kakek kenapa ngomong gitu?." Menurut avya ucapan kakeknya aneh.

"Gpp, kakek hanya mengingatkan mu. Lalu kamu sudah menelepon Liam?." Tanya Kakek lagi sembari tertawa pelan.

"Iiya ,kak Liam baru pulang bsk kek." avya lagi-lagi berbohong, ia tidak ingin kakeknya merasa di khianati oleh suaminya itu.

"Kakek istirahat saja." Avya merapihkan selimut nya, kakek pun mengangguk patuh.

Lama mereka diam sampai Kakek akhirnya tertidur.

"Avya boleh kita bicara di luar?." Ujar Daffa memecah keheningan itu.

"Ah iya kak? Kak Daffa mau ngomong apa?." Avya tersadar lalu menoleh kearah Daffa, ia terlalu larut dalam pikirannya hingga melupakan kalau Daffa masi di sini.

"Kita bicarakan diluar saja, kakek baru tidur ayo."  Daffa lebih dulu keluar dari ruang itu.

Avya pun mengekor dibelakang Daffa.

Mereka duduk di kursi tunggu di depan ruang rawat , avya duduk berjarak satu bangku di samping Daffa.

"Kakak mau ngomong apa?." Tanya Avya yg penasaran.

"Itu, saya hanya mau bertanya tapi takut kamu tersinggung." Daffa merasa tak enak dengan apa yg akan ia tanyakan pada Avya ini terkesan pribadi.

"Tanya aja kak, avya gpp kok." Yah Avya tidak terlalu masalah.

"Gimana kehidupan kamu bersama suami mu? Siapa namanya tadi?." Jika disimpan lama Daffa akan makin penasaran jadi ia memutuskan untuk memberitahu nyasaja.

"Emm... baik-baik saja kak, namanya Kak Liam. Liam Ganeswara." Jawab Avya.

"Baguslah,jika ada apa-apa bilang sama saya ok." Oh ayolah Daffa seperti menjadi pria bejat saja mencintai istri orang hal itu sangat buruk sadarlah Daffa.

"Baiklah, saya mau pamit pulang dulu. Malam nanti saya ke sini." Pamit Daffa, pria itu akan menenangkan pikirannya dulu.

"Iya kak, makasih kak Daffa hati-hati di jalan." Ucap Avya, Daffa pun akhirnya pergi saat daffa sudah berbelok Avya kembali masuk ke kamar inap kakeknya.

°°°

Hari sudah siang avya saat ini sedang ke kantin rumah sakit untuk membeli makanan dan kakek yg menyuruhnya untuk pergi ia hanya khawatir cucunya menjadi sakit karna merawatnya.

"Bu saya beli nasi bungkusnya 2 yah." Pinta Avya ada sang penjual, ia duduk di bangku sembari menunggu.

"Ini nak, semua jadi 22 rb." Ujar sang penjual memberikan avya kantung yg berisi nasi bungkus yg dipesannya. Avya langsung membayarnya ia tidak ingin berlama-lama di sini soalnya kakek sendiri di kamarnya.

"Ini bu terimakasih,marii." Avya pun pamit lalu meninggalkan kantin nya.

Avya mempercepat langkahnya karna kantin berada jauh dari kamar inap kakeknya, seperti ujung ketemu ujung. Entahlah perasaannya sangat tak enak saja seperti ada yg janggal.

Brak....

Avya menjatuhkan kantung nya wajahnya berubah pucat pasih perasaannya yg tidak enak sendari tadi mungkin karna hal ini. Avya berlari menghampiri ruangan kakeknya yg sudah banyak perawat dan dokter yg keluar masuk dengan tergesa-gesa wajah merekapun  tidak terbaca.

"Ngk....gk kakek harus sembuh...hiks...." Gadis itu berlari di koridor dengan derai air matanya yg sudah membasahi pipinya dadanya sesak.

"Mohon tunggu di luar." Perawat yg berada di depan pintu menahan Avya untuk masuk.

"Sus saya cucunya, kkenapa dengan kakekkk..." Tanya Avya panik, ia bisa melihat kakeknya sedang di tangani dokter dari kaca pintu.

"Saya mengerti kak tapi,dokter sedang melakukan yg terbaik kakak sabar dulu dan tenang. Kalau kakak masuk hanya akan menghalangi dokter melakukan tugasnya." Jelas sang perawat yg memegang bahu Avya, gadis itu terus ingin masuk.

Keadaan kakek tiba-tiba melemah untungnya ada perawat yg lewat dan melihat kakek kejang-kejang ia pun memanggil dokter dan segera melakukan tindakan. Saat ini kakek sedang dalam penanganan dokter, avya gadis itu hanya bisa melihat dari kaca pintu, ia ingin masuk tapi ia juga tau dirinya hanya akan menganggu kerja dokter. Ia terus berharap semoga saja kakek tetap sehat, ia tidak ingin melihat kakeknya berada dalam keadaan seperti ini.

Tit.....tit......tit....ttiittttt.....

Suara monitor terdengar sangat jelas di pendengaran avya, tubuh kakeknya juga langsung melemah dan berhenti bergerak dokter juga langsung menunduk pasrah.

"Ti..tidakk....hiks....kakekkkkkkkkk!." Avya langsung menerobos masuk saat melihat keada di dalam, dokter langsung mundur saat Avya datang menghampiri tubuh dingin kakeknya.

"Kami sudah berusaha sekuat mungkin, pak Indra tidak bisa di selamatkan jantungnya tiba-tiba melemah ia mengalami serangan jantung dadakan." Jelas dokter itu menatap avya iba, inilah yg menjadi Boomerang bagi seorang dokter setiap hari ia harus menyaksikan kepedihan sanak keluarga saat mereka di tinggalkan apa boleh buat mereka bukan tuhan ia hanya perantara untuk membantu ummat manusia yg menentukan tetaplah tuhan yang maha esa.

"Tidak.....dokter tolong bangunkan kakek...hikkss...dokter avya mohonn...kakek! Kakek ayo bangun kita pulang avya gk akan tinggalin kakek sendiri lagi.....ayo kek jangan bercanda lagi....avys gk suka kakek seperti ini....hiks...kakekkkk!." Gadis itu meraung-raung tak terkendali air matanya terus membasahi wajahnya yg kini sudah berubah menjadi merah.

"Maaf kami sudah berusaha, semoga adek di berikan kesabaran." Dokter itu menepuk bahu rapuh avya, dokter itu merunduk sekitar 90° sebagai bentuk permintaan maaf dan belasungkawa atas meninggalnya pak indrawan.

"Ngk!....kakekk bangunn avya gk kau sendirian! Kenapa kekk!!! Avya gk mau di tinggal lagi!!! Avya sedih kek avya marah....." Avya tidak bisa terkendali gadis itu meraung-raung mengguncang tubuh kaku kakeknya, perawat terus mencoba menenangkannya tapi nihil gadis itu terus menangis.




























📻📻📻📻

LIAM : TEMPRAMENTAL IS YOUR LOVE LANGUAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang