[14] IIN TAU

726 14 0
                                    

Happ.....

"Akhirnya ayo!." Mereka bertiga akhirnya berhasil masuk ke area sekolah, melewati dinding pembatas dengan menaiki pohon mangga.

"Beneran kita gpp lewat sini?." Tanya Avya masi sedikit ragu dengan apa yg mereka telah lakukan tadi, ini hal baru baginya.

"Udah gpp dari pada lo di...." Perkataan iin tak di lanjutkan saat suara bu mona menggelegar di telinga mereka.

"KALIAN!! SUDAH TELAT! LARI DARI HUKUMAN! DAN PANJAT DINDING PEMBATAS! IKUT IBU!."Teriak bu mona, mereka bertiga hanya menghela nafas gusar, tamat sudah riwayat mereka.

"Mampus kita!." Lirih iin seraya mengikuti langkah bu mona.

Mereka sekarang menjadi pusat perhatian karna hari ini mereka di hukum membersihkan lapangan yg luasnya tidak terkira.

"Woi gue cape!." iin membanting sapu lidi dan beralih duduk di tribun.

"Vya lo istirahat aja biar gue lanjut yg ini." Fino datang dan menyuruh Avya untuk duduk. Fino telah menyelesaikan bagiannya, sisa bagian iin dan Avya yg ia akan kerjakan.

"Gpp kok fin, kamu aja yg istirahat pasti cape. Ini minum dulu." Fino tak bisa menahan kedutan di bibirnya untuk tersenyum, ia sangat suka mendapatkan perhatian kecil seperti ini dari Avya.

"Makasih, tapi lo duduk aja biar gue selesaikan ini." Fino menerima air dan kembali menyuruh avya duduk.

"Gpp..."

"Heh malah debat kalian, udah kerjain bareng-bareng aja!." Ucap iin menyela, daripada ini tidak akan selesai.

Akhirnya mereka membersihkan bersama-sama agar lebih cepat selesai.

Setelah selesai Fino di panggil pak dintu untuk membantu nya sebagai tambahan hukuman katanya, terisa Avya dan iin yg duduk di tribun yg kebetulan di bawah pohon jadi sangat segar untuk beristirahat.

"Vya lo gk ada yg mau lo kasi tau ke gue?." Pancing iin, ia akan memastikan kecurigaan nya hari ini .

"Apa? Gk ad." Tentu Avya bingung dengan pertanyaan iin.

"Soal lo." iin memandang jauh ring basket yg di pakai oleh adik kelas untuk berolahraga.

"Emm...gak ada iin, kamu bikin bingung aja deh." Avya belum mengerti dengan perkataan iin, cecan jadi agak linglung dulu.

"Lo udah nikah kan?!." To the poin iin, ia sudah sangat penasaran dengan hal ini sejah beberapa minggu yg lalu.

" Itu....iin eh iin kamu....ih ngaur yah." Avya kaget mendengar yg iin ucapkan, ia jadi gagap saat menjawabnya. Tapi kenapa iin bisa tau hal ini.

"Udah vya lo bisa jujur sama gue." iin tidak marah sedikit pun, ia mengerti semua orang pasti memiliki rahasia yg tidak harus di beberkan oleh orang banyak.

"Maaf." Avya menunduk, ia merasa gagal menjadi teman yg baik seharusnya diantara mereka tidak ada rahasia tapi mau bagaimana lagi ia takut akan di jauhi jika mereka tau yg sebenarnya.

"Gpp vya gue ngerti, kalau lo emang gk mau cerita gpp." iin menepuk pundak Avya, agar gadis itu tidak sedih memikirkannya.

"Iya avya udah nikah." Mungkin ini waktunya avya harus jujur, karna kebohongannya akan terungkap nanti dan itu semua sama saja.

"Sama siapa?." Tanya iin yg penasaran.

"Namanya kak Liam, Liam Ganeswara. Avya nikah karna kesalahpahaman 3 bulan yg lalu itulah kenapa aku pindah ke sini karna kak Liam tinggal di daerah sini." Jawab Avya pelan, ia menatap mata iin pasti temannya itu akan kecewa padanya.

"Liam, emm gue tau dia itu teman kerja bokap gue dari keluarga Ganeswara. Kesalahpahaman apa?."

"Aku di tuduh sama kak Liam melakukan hal senonoh padahal sebenarnya kami hanya neduh waktu itu." Jelas Avya.

"Lo Nerima pernikahan ini?." Tanya iin, ia hanya ingin memastikan kecurigaan nya.

"Avya udah nerima ini semua kok, tapi iin apa boleh kamu nyembunyiin soal ini avya mohon." Avya menyatukan telapak tangannya untuk memohon pada iin.

"Udah tenang aja gue bakalan tutup mulut lo kan temen gue." iin memeluk Avya pelan.

"Makasih yah." Avya sangat bersyukur,iin mengerti keadaannya.

"Tapi kamu tau dari mana?." Tanya avya bingung padahal ia sudah menyembunyikannya dengan sangat rapat.

"Oh itu waktu kita ke perpustakaan gue kan minjam hp lo buat foto nomor buku gue tapi gue gk sengaja liat foto lo duduk sama laki-laki dan laki-laki itu pegang tangan kakek lo. Gue pikir itu boongan tapi gue penasaran aja buat nanya." Dari situlah hingga muncul rasa curiga iin.

"Maaf." Lanjut iin merasa tak enak.

"Gpp kok seharusnya avya yg minta maaf."

Setelah percakapan itu mereka akhirnya ke kelas saat memasuki pergantian jam pelajaran.

°°°°

"Ke toko buku dulu gk? Kebetulan gue mau beli buku persiapan ujian." Ajak Fino, kini mereka berjalan di koridor, warga sekolah sudah siap untuk pulang ke rumah masing-masing.

"Emm lo mau gk vya?." Tanya iin, ia hanya takut menganggu avya karna sekarang ia tau kalau avya memiliki tanggungjawab lain.

"Gk usah mikir, biar nanti gue yg antar deh." Serobot Fino, berharap Avya ikut.

"Ya udah deh avya ikut aja, soalnya kita butuh buku itu kan." Akhirnya avya ikut, mereka berjalan ke  arah parkiran motor.

"Lo bareng gue aja." Fino langsung menarik tangan avya untuk ikut bersamanya.

"Aku sama iin aja." Tolak Avya, hanya saja ia tidak mau jadi pusat perhatian karna di bonceng Fino lagipula iin juga naik motor.

"Iya dia sama gue aja." Ujar iin, menatap curiga Fino yg langsung sedih terlihat dari raut wajahnya.

"Ya udah gue ngikut di belakang." Putus Fino akhirnya, biarlah Avya bersama iin saat pulang nanti ia bisa mengantar nya.

Mereka pun bersiap-siap untuk meninggalkan area sekolah, iin mengeluarkan motornya lalu avya naik dan mereka segera pergi di belakangnya ada Fino yg mengikutinya. Mereka membutuhkan waktu 5 menit saj untuk sampai ke toko buku itu karna memang jaraknya cukup dekat.

"Ayo masuk.", Mereka masuk saat sudah tiba di toko buku itu. Tujuan mereka adalah rak buku untuk persiapan ujian.

"Kita pilih ini aja, lumayan bagus." iin langsung memilih buku untuk di beli, ia tidak ingin membuang waktu dengan sia-sia apalagi avya pasti harus pulang cepat.

"Cepat banget." Ujar fino, niatnya kan ingin lama-lama di sini bersama Avya, iin ini merusak rencana saja.

"Iy kelihatannya bagus ini aja." Tangap Avya yg setuju dengan pendapat iin.

"Tapi...."

"Udah fin ayo kita bayar" kecurigaan iin semakin besar melihat Fino yg misu-misu.

"Ya udah ayo." Mereka akhirnya membayar bukunya lalu keluar dari toko itu.

"Gue yang antar Avya pulang." Ujar Fino menarik tangan avya ke arah motornya di parki.

"Dia balik sama......"

"Udah lo pulang aja sana, hati-hati yah." Dengan tatapan tajam, fino meninggalkan iin yg mengangkat bahu acuh. Ia jadi yakin dengan kecurigaannya itu saat melihat tingkah laku Fino.


















🌰🌰🌰🌰

LIAM : TEMPRAMENTAL IS YOUR LOVE LANGUAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang