[13] SEKAMAR

855 14 0
                                    

Disinilah mereka duduk di ruang tamu sesekali Liam dan Lion membahas perkembangan perusahaan dan Laras berbicara banyak pada Laras, menceritakan semua impian-impian bersama menantu nya yg seperti akan terkabulkan dengan kehadiran Avya dalam keluarga Ganeswara.

"Avya setelah lulus nanti bagaimana? Mau lanjut kuliah?." Tanya Laras, semua orang nampak menuggu jawaban dari Avya, gadis itu di buat gugup karna hal itu merasa aneh saja di tatap.

"Ngk ma, Avya mau fokus sama satu hal saja tapi bukan kuliah." Ucap Avya jujur, ini lah rencana masa depan yg dulu ia susun. Maksudnya fokus satu hal itu Avya akan mencari kerja, ia hanya tidak enak mengatakannya karna nanti kan dia akan ke kehidupannya yg dulu.

"Kenapa kalau mau kuliah gpp, Liam bisa biayain kamu loh." Bukannya Laras tak mau punya menantu tidak berpendidikan tapi ia pikir Avya merasa terbebani saja jika meminta kuliah.

"Gpp ma, Avya juga kayaknya gk bisa kuliah." Avya merasa malu di buatnya.

"Beneran?." Tanya Laras lagi menyakinkan apakah benar.

"Iya." Jawab Avya.

"Wahh Bagus lah kalau begitu!." Seru Laras kegirangan.

"Loh mama ini kenapa?." Tanya Lion menatap aneh istrinya itu.

"Bagus dong pah, kan Avya bilang mau fokus sama satu hal jadi, Kalau lulus kalian Bisa coba fokus ngasi cucu ke mama dan papa, iya kan?." Liam yg mendengar itu pas sekali saat ia hendak minum air akhirnya ia kesedak.

"Ma, apa-apaan sih!." Kesal liam, seharusnya mamanya tidak usah mengatakan itu karna ia sudah tau kalau Liam berniat menceraikan Avya tiga bulan lagi.

"Kenapa? Mama benar kan Avya?." Sewot Laras.

"Avya masi 17 tahun ma mana mungkin bisa hamil!." Mungkin ini alasan yg tepat untuk Liam tapi ternyata laras tak habis pikir untuk melawan.

"Avya kamu ulang tahun bulan berapa?." Tanya laras ingin memastikan sesuatu.

"Bbulan depan." Jawab Avya.

" Nah itu, avya bulan depan udah 18 tahun jadi udah bisa hamil." Kekeh Laras, ia sudah sangat ingin menimang cucu.

"Ma gk bisa gitu dong." Liam masi juga keras kepala seperti laras, avya dan Lion hanya mengamati perdebatan antara anak dan ibu itu.

"Bisa liam kamu tinggal bikin aja kalau urusan Avya hamil nanti mama akan tanggung jawab semua keperluan nya." Perkataan laras ini langsung membuat Avya merasa malu, mukanya terasa panas gadis itu langsung menunduk.

"Pa?." Liam meminta bantuan pada ayahnya, makin ke sini laras semakin ngelantur saja.

"Ma, kehamilan di usia 18 tahun itu rentan." Ucap Lion yg mengerti kode sang putra.

"Iya mama tau tapi tenang saja mama punya kenalan dokter kandungan yg nanganin menantunya bu enda yg saat itu hamil muda juga." Laras tetaplah laras, keras kepala nya sudah sangat mendarah daging.

"Udah mendingan mama papa pulang liam capek!." Akhirnya Liam kesal juga,mamanya itu tidak akan pernah mau kalah kalau di ladeni hanya akan menjadi-jadi.

"Ya sudah kalian istirahat duluan, mama sama papa mau nonton dulu." Jawab Laras santai.

"Kalian mau nginap?." Liam langsung berdiri mendengar perkataan ibunya itu.

"Iya, sana Ajak Avya untuk malam ini saja kalian sekamar gpp kan. Kamu pasti bisa tahan kan Liam." Ujar laras dengan nada ejekan.

"Ma ayolah!." Liam sudah hampir kehilangan kesabaran jika sudah begini.

"Gk ada, ayo sini!." Laras pun akhirnya turun tangan, ibu satu anak itu menarik Liam dan Avya naik menuju kamar Liam yg ada di lantai atas.

"Kalian harus istirahat ok, mama ke bawah dulu." Setelah menyeret mereka masuk ke kamar, laras menutup pintunya lalu kembali turun, ternyata sangat menyenangkan juga dengan ke hadiran Avya dia bisa menggoda anaknya terus.

"Arkhhh!." Liam mengacak rambutnya frustasi.

" Lo tidur di sofa, ogah gue tidur sama lo!." Mendengar itu Avya mengangguk patuh, tidak perlu di suruh pun pasti Avya akan tidur di sofa.

Liam langsung berbaring di kasurnya dengan keadaan yg kacau gara-gara ibunya ia harus sekamar dengan Avya.

°°°°

"Whahhh!." Avya langsung terperanjat untuk segera bangun dari tidurnya yg sebenarnya kurang nyaman.

Liam dengan tega menyiramkan segelas air pada Avya yg tertidur di sofa kamarnya, waktu sangat cepat berlalu kini sudah waktunya pagi tiba.

"Bangun! Keluar loh!." Liam meletakkan gelas itu lalu ke walk in close nya untuk mengambil jam tangan, kini ia sudah siap dengan pakaian kantor.

Avya melihat sekeliling, ternyata Liam orang yg rapih buktinya kamar pria itu terlihat sangat rapi dan jangan lupakan wangi maskulin pria itu menyeruak di indra penciuman Avya.

"Astaga, avya telat." Tanpa membuang waktu lagi avy segera berlari ke kamarnya untuk segera bersiap ke sekolah ia akan telat.

Sekitar 15 menit yg avya butuhkan hingga selesai, tadi saat ia masuk ke kamarnya ternyata mertua mereka sudah tidak ad mungkin pulang tadi pagi.
Avya reflek mematung saat melihat Liam sedang menikmati makanan di meja makan, bukan itu bukan masakan Avya tapi mungkin masakan Laras ibunya. Hati avya terasa sakit melihatnya tapi seharusnya ia mengerti itu masakan ibunya mana mungkin seorang anak menolak untuk makan.

Tin....

Ponsel Avya bergetar menandakan ada pesan yg masuk.

MAMA

Avya mama sama papa pulang pagi yadi soalnya ada kerjaan yg mendesak. Mama udah masak tadi kamu sama liam jangan lupa sarapan.

Iya, ma. Makasih dan maaf tadi Avya gk bangun pagi.

Avya mendekati meja makan, ia berniat untuk pamit pada liam karna baru kali ini ia berangkat sekolah tapi liam masi di rumah.

"Kak, avya ke sekolah dulu." Pamit Avya, ia bukannya tak niat untuk memakan masakan ibu mertuanya tapi ia tidak ingin merusak sarapan Liam.

Liam tak menggubrisnya, pria itu hanya sibuk makan dan sesekali mengecek ponselnya. Avya tersenyum getir lalu ia melangkahkan kakinya keluar, ia sudah sangat telat jadi ia harus cepat.

Setelah beberapa menit berlalu avya sudah sampai di depan gerbang sekolah yg sudah tertutup, avya telat.

"Sutt!." Mendengar suara itu avya menoleh, ia melihat Fino dan juga iin di balik bunga pembatas.

"Sini!." Panggil Fino pelan, Avya segera mendekati mereka sebelum pak satpam melihat nya.

Mereka memang sahabat dekat bahkan mereka bisa telat bersama,tapi yg paling di herankan adalah kenapa mereka berdua juga bisa telat.

"Kalian kok bisa di sini?." Tanya Avya berbisik.

"Gue hampir ke tilang polisi, untung bisa bikin alasan." Jawab Fino sejujurnya.

"Ban motor gue pecah." Jawab iin seadanya.

"Lo?." Kompak iin dan fino.

"Hehe, telat bangun." Jawab Avya dengan senyuman lebar.

"Napa lo senyum, kita telat bego!." iin menatap datar Avya.

"Iya avya tau tapi untungnya avya gk sendirian di hukum nanti." Jawab Avya jujur, mungkin ini hari keberuntungan ples apesnya.

"Gk gue gk mau kena hukuman, panas!." Tolak iin, ia tipikal orang yg tidak ingin energinya terbuang sia-sia.

"Udah, ikut gue!." Fino memimpin jalan, mereka akan masuk ke sekolah tanpa di hukum, Fino sudah sering lewat jalan rahasia yg biasa di pakai siswa nakal untuk membolos.












🦃🦃🦃🦃

LIAM : TEMPRAMENTAL IS YOUR LOVE LANGUAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang