[26] ISTRI

905 11 0
                                    

Sudah 2 hari ini sejak kelulusan avya, pria itu tidak pernah pulang ke apartemen membuat avya merasa aneh. Dimana pria itu berada?.

Sore ini avya dan Daffa ada janji untuk bertemu, yah Daffa sudah di pindah tugaskan di kota ini dan ia sangat bersyukur karna Avya tinggal di daerah sini ia lebih mudah untuk menemui gadis itu.

"Maaf kak, kak Daffa udah nunggu lama?." Tanya avya, gadis itu agak lambat tadi soalnya ia tidak menemukan kunci apartemen.

Selama ia sudah lulus, avya hanya terus di apartemen ia akan keluar jika ingin membeli sesuatu dan karna kebosanan ia pun mengiyakan ajakan Daffa untuk jalan-jalan di taman kota.

"Gpp santai aja, ayo." Daffa dengan manisnya membukakan pintu mobil untuk avya, dengan senang hati gadis itu masuk.

Tujuan pertama mereka adalah untuk membeli makanan kaki lima dulu setelah itu mereka akan ke taman kota menikmati terbenamnya matahari.

"Di situ aja kak." Avya menunjuk sebuah pedagang yg menjual bakso bakar dan beberapa gorengan, ia sangat rindu memakan itu semua.

"Ok, nah.... Ayo." Setelah parkir mereka menghampiri pedagang itu, avya yg memesan tentunya.

"Pak, 2 porsi bakso bakarnya dan mendoannya 10.000 rb yah di bungkus." Pesan avya, lalu gadis itu ikut duduk di samping Daffa.

"Oke, di tunggu yah." Ucap sang penjual itu, sibuk menyiapkan pesanan avya dan beberapa pelanggan lainnya.

"Gimana kamu mau lanjut kuliah?." Tanya Daffa, pria itu tidak pernah kehabisan percakapan jika mengenai Avya.

"Emm, ngk kak avya mau kerja aja hehe." Mungkin sebagian orang akan memilih sekolah daripada harus banting tulang,tapi avya berbeda gadis itu sudah melatih dirinya sendiri untuk hidup mandiri sejak kecil apalagi kakeknya sudah pergi ia harus bekerja untuk menyambung hidup nya.

"Kenapa?, Liam tidak mau membiayai mu?." Tanya Daffa curiga, apalagi setelah melihat perlakuan kasar Liam beberapa bulan lalu ia selalu khawatir berlebihan mengenai Avya, tapi gadis itu selalu mengatakan baik-baik saja.

"Gk kak, bukan itu kak Liam dan orangtuanya sangat baik bahkan mau nguliahin avya tapi avya sendiri yg memang tidak mau." Yah meski ia membenci Liam tapi avya tetap harus berterima kasih pada pria itu. Selama pernikahan Liam tidak pernah sekalipun telat memberikan nafkah material untuknya ia masi punya hati untuk sial itu dan memang avya membenci Liam karna perbuatan dan sikapnya.

"Oh, baguslah jika memang kamu maunya kerja saya hanya bisa dukung kamu." Ujar Daffa bertepatan dengan pesanan mereka yg sudah jadi.

"Semua 30 rb." Ucap sang penjual, Daffa langsung memberikan uang 50rb.

"Biar avya aja kak."

"Gpp saya traktir kok."

"Tapi avya gak enak."

"Udah ayo keburu malam bentar." Mereka pun bergegas ke taman sebelum matahari benar-benar akan tenggelam.

°°°°

Di lain tempat Desta terus saja menjadi sasaran amukan liam, bukan tampa alasan tapi Desta lah yg selalu memancing kemarahan sahabatnya itu memang tidak ada kapoknya.

"Lah terus ngapain lo ngambek!?." Tanya Desta yg waspada jika pukulan liam kembali mendarat di badan nya.

"Bangsatt!, Gue gk ngambek anjing!." Kesal Liam ia hampir saja melayangkan pukulan lagi pada Desta tapi berhenti.

"Lah lo gk mau pulang malah jadi penunggu club lo. Sana pulang!." Desta menduduki sofa ia sudah lelah dan liam seperti nya sudah sedikit-demi sedikit terpengaruh dengan berbagai ucapannya.

"Arkhh..." Geram Liam, pria itu kembali menikmati minuman yg memabukkan itu.

"Dengerin gue,lo udah cinta sama istri lo sendiri tanpa lo sadari itu. Kemarahan lo yg jadi penyebbab ini semua disaat lo udah cinta sekarang avya yg benci lo, percaya Karman itu ada.!" Jelas Desta, yah selama 2 hari ini Liam terus minum sampai mabuk dan Desta dengan seria mau menemaninya dan memberikan saran pada pria keras kepala itu.

"Gue gk mau dia pergi." Racau Liam dalam mabuknya, Desta yg mendengar itupun menoleh.

Ternyata orang sejenis Liam kalau jatuh cinta itu sebodoh ini, Desta hampir saja membunuh sahabatnya jika bisa. Jatuh cinta saja ribetnya kek mau lahiran, astaga.

"Udah terserah lo mau nyadar atau gimana, mending lo pulang gue mau pergi. Cape gue di sini minum mulu!.", Desta berjalan dengan santai, meskipun mabuk pria itu dapat menetralkan nya.

Liam diam memmbisu, pikiran dan hatinya terus saja bertenkar tidak ada yg mau mengalah. Padahal ia hanya butuh 1 jawaban untuk semua masalah ini.

Butuh waktu 1 jam ia mendapatkan jawaban itu, Liam lalu bergegas pulang ia akan mengatakan nya pada avya mengenai dirinya akhir-akhir ini.

Dalam perjalanan ke apartemen Liam terus melamun, apa mungkin avya mau mendengar ini di saat semua yg telah dilakukannya. Bahkan Avya selalu dengan terang-terangan mengatakan jika dia membencinya.

"Makasih kak." Avya turun dari mobil Daffa dengan bantuan Daffa yg dengan manisnya membukakan pintu untuk gadis itu.

Dari kejauhan Liam bisa melihat itu semua, kuku tangann pria itu memutih mencengkram stir yg tak berdosa itu.

"Iya, lain kali kita keluar lagi." Balas Daffa, hari ini pria itu sangat senang bisa berjalan-jalan bersama Avya.

"Ya udah, aku masuk dulu."

Liam segera memasuki basemen dengan kemarahan yg memuncak. memasuki lift ini hanya tebakannya saja kalau Avya akan naik lift ini juga.

Tin ....

Dan benar saat ada di lantai 1 avya benar-benar menaiki lift itu. Tatapan mereka bertemu, avya menatap was-was pada Liam pria itu memperlihatkan aurah yg dlsangat dingin dan tajam, dengan tangan yg masuk ke saku celananya dan tatapan mengintimidasi setiap langkah yg di ambil avya menjadi sorotan nya.

Gadis itu membelakangi liam lalu menekan tombol menuju lantai yg mereka tuju.

Tin...

Buru-buru avya keluar dari lift meninggalkan liam, sepertinya pria itu akan meledak lebih baik avya mencari tempat berlindung terlebih dahulu, tujuan gadis itu adalah kamar yah ia akan langsung masuk ke kamar dan menghindari kemarahan pria itu.

"Berhenti!." Tekan Liam, pria itu mendekati avya yg mematung di ujung tangga.

"A-ada apa kak?." Gugup Avya, bagaimana tidak tatapan liam seakan mengelupas si kulit avya sangat mengerikan.

"Jauhi Daffa!." Ini terdengar seperti sebuah perintah, tapi kenapa.

"Maksudnya?." Beo avya, ia tidak mengerti.

"Saya bilang jauhi Daffa." Pria itu mengetatkan rahangnya,ingin sekali ia meluapkan semua amarahnya yg sudah beberapa hari ini belum tuntas.

Gadis di depannya itu benar-benar membuatnya hilang kendali, seakan pusat dunianya sekarang ada pada gadis itu dan tidak mungkin ia melukainya.

"Saya gk suka lihat istri saya jalan dengan pria lain!." Bisik Liam dengan suara rendah tepat di telinga Avya.






















🦙🦙🦙🦙

LIAM : TEMPRAMENTAL IS YOUR LOVE LANGUAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang