[21] ANEH

957 17 0
                                    

Lagi-lagi pagi kembali tiba merenggut malam yg hanya menyisakan luka, suara kicauan burung saling berseru dengan suara kokok ayam di pagi ini terdengar sangat asri. Seorang gadis masih setia bergelut dalam kasurnya terasa enggan membuka mata saat merasakan kehangatan yg belum pernah ia rasakan sebelumnya, aneh.

Gadis itu adalah Avya kemarin malam ia tertidur dalam keadaan menangis membuat matanya sembab dan seakan tidak bisa ia buka lagi gadis itu enggan untuk melihat dunia lagi menurutnya untuk apa lagi ia harus membuka mata hidupnya sudah hancur.

Avya akhirnya bangun saat merasakan ada hal yg aneh perutnya terasa berat dan sebuah hembusan nafas terasa jelas menerpa kulit leher belakangnya.

"Emghh..." Avya merubah posisinya berbalik.

Matanya langsung membola saat melihat seorang pria tidur di samping dalam keadaan memeluk dan jangan lupa pria itu tidak mengenakan atasan. Pria itu tak lain tak bukan adalah Liam, avya mencoba melepaskan pelukan pria itu untungnya berhasil setelah itu ia keluar dari kamarnya ia enggan menatap wajah itu lagi ia sudah membenci pria itu sangat ia sangat membenci suaminya harapan nya dulu sudah ia kubur sejak kematian kakeknya avya tak lagi seperti dulu gadis itu berubah.

Tapi seingat avya ia mengunci pintunya tapi kenapa pria gila itu bisa masuk, avya mengecek pintu dan masi terkunci rapat lalu dimana Liam masuk.

"Kak Liam memang seenaknya!." Kesal Avya bagaimana tidak saat avya masuk ke dapur ia melihat nanar jendela yg sudah pecah siapa lagi kalau bukan perbuatan pria itu, avya sudah hafal bagaimana tidak adanya kesabaran dalam diri Liam.

Selama 3 bulan ia tinggal bersama Liam avya sudah banyak mengerti pria itu.

Pukul 10.45 pria itu akhirnya bangun ia kebanyakan minum kemarin dan akhirnya ia pulang ke rumah ini entahlah kenapa ia kesini. Liam mengedarkan pandangannya setahunnya kemarin malam ia tidur memeluk istrinya avya tapi kemana gadis itu.

"Avya!!." Teriak Liam ia keluar dari kamar untuk mencari keberadaan gadis itu.

"Kemana anak itu sudah pagi menghilang!.", Decak Liam yg sudah mencari seluruh rumah tapi Avya tidak ada, liam mendudukkan dirinya di sofa sambil memijat keningnya yg masi terasa pusing bahkan pria itu belum memakai pakaiannya.

Ceklekk....

Pintu terbuka menampilkan avya dengan kantung kresek di tangannya tanpa menatap lama Liam ia langsung pergi ke dapur. Liam merasakan ada yg aneh dengan Avya gadis itu tidak lagi menampilkan senyuman nya saat melihat dirinya tidak seperti biasanya bahkan tatapan dan raut wajah Avya terkesan dingin.

"Kenapa lo gk hubungin gue soal kakek?." Tanya Liam, ia menghampiri Avya ke dapur gadis itu sibuk memasak.

"Itu bukan urusan kak liam oh atau kak liam mau ketemu kakek dan mengatakan kalau kak liam akan menjaga avya  lagi begitu?." Nada suara avya begitu berbeda dari sebelumnya ini avya yg lain.

"Gue nanya baik-baik lo malah bentak-bentak gue? Lo berani?." Liam kembali kesal ia hampir saja menarik Avya kasar untuk menghadap dirinya jika suara laras tak menahannya.

"LIAM!." Bentak laras, wanita itu datang kesini dengan bermodal alamat yg diberikan Desta.

"Ma? Kenapa mama ke sini?." Tanya Liam pada sanga ibunya itu.

"Kamu ngelarang mama ke sini lalu membiarkan mu melukai Avya lagi hah!." Tekan Laras menatap tajam Liam.

"Terserah mama!." Liam memilih pergi ke kamar daripada meladeni kedua wanita yg menurutnya sangat tak jelas pagi ini kenapa dirinya yg di salahkan terus.

Setelah kepergian liam, laras langsung memeluk menantu kesayangannya itu erat.

"Maaf, maafkan mama seharusnya mama tau kelakuan Liam padamu." Laras menangis, ia sangat malau pada Avya atas perbuatan anaknya yg sangat kurang ajar itu.

"Tidak apa-apa ma, avya gpp kok mama jangan minta maaf ini bukan salah mama." Lerai Avya, yah disini buka mertua nya yg salah Liam lah yg bersalah. Bahkan Avya merasa tenang berada di pelukan mertua nya itu mereka sangat baik.

"Mama kesini sama siapa?.", Tanya avya mengalihkan pembicaraan, avya tidak mau membahas tentang Liam lagi.

"Sama supir, papa ada kerjaan di luar negri berangkat nya kemarin malam." Jawab Laras.

"Udah mama gk perlu nangis lagi, mama duduk biar avya siapin makanannya." Avya menghapus air mata Laras lalu menuntunnya untuk duduk.

Laras melihat Avya ia merasakan ada perubah dari gadis itu, mata yg selalu memancarkan kegembiraan kini redup dan senyuman yg selalu menghiasi bibirnya kini sudah berbeda hanya senyuman tipis yg seperti berat untuk terbentuk gadis itu berubah.

Setelah beberapa menit akhirnya mereka berdua menikmati makanan yg di buat avya, laras sangat menyukainya. Mereka sesekali berbicara mengenai sekolah avya ia tidak bernai untuk bertanya mengenai kakeknya avya yah dia tau soal itu dari Desta yg memang menghubungi liam kemarin disitulah desta tau tentang kabar meninggalnya kakeknya avya.

°°°°

Setelah makan siang Laras dan Avya duduk di ruang tamu. Laras terus mencoba mengajak avya untuk berbicara hal random ia tidak mau avya terus larut dalam rana kehilangan setidaknya laras bisa menjadi teman untuk menantunya itu.

"Mau kemana kamu liam?." Tanya laras saat melihat liam keluar dari kamar sambil memakai kaosnya, laras heran Liam ini tidak ada malu apa jelas-jelas ini rumah Avya kenapa seperti dia yg punya rumah yg seenaknya.

"Club." Singkat,padat, dan jelas, pria itu lagi-lagi merasa kebosanan dan butuh untuk meluapkan emosinya yg selalu tidak terkontrol itu.

"Liam! Kamu sudah punya istri kenapa masi saja main di tempat yg tidak jelas itu hah!. Mama cape liat kamu begitu terus." Nasihat Laras tajam.

"Iya-iya Liam tau!." Pria itu dengan malas membuang dirinya di sofa yg di tempati Avya karna itu sofa panjang.

"Kapan kamu pulang?." Tanya Laras lagi.

"Mmhbentar." Jawab Liam, pria itu dalam posisi duduk sambil menutup kedua matanya.

"Ya sudah kalian kalau pulang hati-hati, mama akan pulang duluan." Ucap Laras liam hanya menjawabnya dengan deheman.

Mmh...

"Ma Laras tidak akan pulang." Perkataan avya ini membuat Laras menatapnya penuh tanya, liam hanya menyimak ia tau avya tidak akan pulang karna semalam avya mengatakan jika ia akan menuggu surat cerainya dan menurutnya itu bagus bukan.

"Loh? Kenapa?" Laras meraih kedua tangan menantunya, ini yg laras takutkan.

"Mama sudah tau semuanya, avya tidak apa-apa disini. Avya akan menunggu surat perceraian nya." Yah ia sudah memutuskan untuk tidak mempertahankan pernikahan ini yg memang tidak diinginkan.

"Avya mama minta maaf semua yg di perbuat liam, jangan begini mama mohon kembali lah....hiks...." Laras benar-benar tidak ingin avya pergi, ia sangat menyayangi nya seperti putrinya sendiri.

"Ma jangan nangis ini bukan salah mama ataupun salah kak liam, ini murni keputusan Avya." Avya tidak menyalahkan siapapun di sini ia tidak akan menuntut ataupun membawa nya ke rana hukum meskipun itu ia sangat membenci Liam. Ia percaya inilah takdirnya begini saja ia sudah cukup, Lepas dari ikatan ini adalah jalan yg terbaik untuk liam maupun Avya selama hubungan ini masi terikat Avya akan tinggal di rumahnya sendiri.























🥟🥟🥟🥟

LIAM : TEMPRAMENTAL IS YOUR LOVE LANGUAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang