[25] NYAMAN

896 14 0
                                    

Sudah hampir 1 minggu ini Liam benar-benar aneh, pria itu berubah 180° entah kenapa. Bahkan seminggu itu juga liam selalu mengantar jemput avya gadis itu masih tetap waspada karna Liam bisa saja berubah kapanpun dan melampiaskannya kepadanya.

Hari sudah menjelang malam Liam sudah tak pernah pulang larut malam, avya sedang memasak makanan untuknya ia masi belum berbaik hati lagi untuk memasakkan liam makanan entah di mana pria itu makan avya tidak pernah melihatnya makan di rumah.

Plugh....

Avya hampir saja menjatuhkan sendok nya, tiba-tiba sebuah tangan besar melilit perutnya siapa lagi kalau bukan Liam pria itu selalu seenaknya bahkan avya berulangkali mengatakan jangan sembarang memeluknya tapi pria itu tidak mendengarkannya.

"Kak liam lepas!." Geram avya, Liam seperti anjing yg terus mengendusnya setiap saat. Ini benar-benar di luar prediksi BMKG.

"Avya gue mau makan." Bisik pria itu di ceruk leher avya.

"Makan aja Avya gk larang, sana lepas kak!." Avya sudah hampir habis kesabarannya, ia bahkan sempat berfikir ini bukan liam tapi saat beberapa kali ia melihat pria itu mara dengan hal-hal kecil ia hapus pikiran itu, pria itu tetap lah Liam.

"Gue mau makan masakan lo." Jawab pria itu lagi.

"Kak liam udah deh kalau ini permintaan mama buat kak liam bersikap baik sama avya lebih baik berhenti, avya malah semakin membenci kak liam. Lepas avya mau makan!." Avya melepaskan tangan Liam Dengan kasar membuat pria itu mematung.

Avya mengambil nasi dan lauk lalu duduk di kuris, ia akan makan ini lalu ke kamarnya bisa hilang akal dia meladeni Liam yg ini.

"Eh....aaaa!." Avya kembali di buat tercengang, dengan mudahnya Liam mengangkat tubuhnya untuk duduk di pangkuannya.

"Kak liam kenapa sih?! Lepas gk!." Avya memejamkan matanya kuat, kenapa kesabarannya semakin tipis meladeni Liam.

"Udah lo duduk aja dan makan gue juga lapar." Pria itu ikut memakan makanan yg ada di piring Avya.

"Makan!." Tegasnya pada avya yg diam mengatur nafasnya, dengan perasan dongkol avya terpaksa makan sepiring berdua dengan pria itu bahkan pria itu sangat lahap makan avya beberapa kali menambahkan nasi dan lauknya.

Liam sedang duduk di ruang tamu dengan tv yg menyalah. Ia sedang menunggu avya karna gadis itu sedang membereskan dapur setelah mereka makan tadi dengan avya yg sangat terpaksa tentunya.

"Berhenti!." Ujar liam saat melihat avya sudah hampir sampai di depan kamarnya, gadis itu tidak mendengar nya ia belum terbiasa dengan semua ini mereka yg dulu bahkan hampir tidak saling berbicara bahkan tidak saling melakukan kontak fisik tapi sekarang malah kebalikannya.

Ghhr...

Liam mengeram  ia terus menahan emosinya saat avya melawan padanya, pria itu menghampiri avya ke kamar.

Ceklek...

"Lo mau apa?.", Tanya liam saat melihat avya baru keluar dari kamar mandi.

"Ngapain kak liam ke kamar avya?." Bukannya menjawab gadis itu malah balik bertanya, liam benar-benar menguji kesabaran nya sendiri. Sekarang avya yg dulu sudah hilang entah kemana.

"Jawab pertanyaan gue." Tekannya.

"Tidur, udah kan sekarang kak liam keluar!." Usir avya, Semenjak keanehan liam pria itu juga selalu seenaknya bahkan pria itu tidak pernah mengetuk pintu saat masuk ke kamarnya.

"Loh ...loh...kak liam ngapain!" Avya semakin tertekan dengan hal ini pria itu malah memposisikan dirinya sendiri untuk tidur di ranjang avya.

"Tidur." Jawab Liam.

"Ini kamar avya, kak liam tidur di kamar kakak sendiri!." Balas avya, ia jadi banyak bicara karna liam bahkan mungkin tulang pipinya pegal karna terus berceloteh karna ulah pria aneh itu.

"Ini apartemen gue terserah dimana gue tidur." Ujar pria itu.

"Ihhh..." Avya hendak pergi tapi tangannya langsung di tarik oleh liam membuat tubuh gadis itu terhuyung ke atas kasur.

"Lepass..." Geram avya, liam malah memeluk nya erat.

"Tidur." Bisik liam tepat di telinga gadis itu, tangan liam yg bebas menarik selimut agar menutup tubuh keduanya.

"Kak liam kenapa sih?." Tanya avya gadis itu masi berusaha melepaskan diri.

"Tunggu." Liam bangun dan membuka kaosnya, pria itu memang tidak bisa tidur jika memakai kaos, gerah rasanya.

Avya meneguk ludahnya kasar rasanya wajahnya memerah melihat pemandangan itu apalagi perut kota-kota liam yg Sangat epik itu. Tidak-tidak jangan terlena!.

"Lo pergi, lo habis malam ini di ranjang!." Ujar liam tajam saat avya hendak melarikan diri.

Avya lagi-lagi menelan ludahnya kasar, ia tidak sepolos itu untuk tidak mengetahui maksud pria itu avya mengerti. Gadis itu tiba-tiba diam membeku membiarkan Liam memeluknya dengan keadaan pria itu tidak memakai atasan. Avya dapat melihat jakun liam naik turun bahkan aroma maskulin pria itu sangat menusuk di indra penciuman avya pelukan pria itu mengerat tidak ada cela diantara mereka liam menutup matanya sesekali mencium rambut avya yg memabukkan.

Avya perlahan-lahan rileks, menikmati elusan di pinggangnya. Menghirup aroma pria itu sangat nyaman ia tidak pernah merasakan semua ini.

°°°°

Hari ini adalah haris kelulusan avya, mertuanya datang untuk melihatnya lulus dari janjang SMA bahkan Liam juga ikut datang padahal avya tidak berharap pria itu datang tapi ia harus ingat jika Liam lah yg tercatat sebagai wali avya.

"Selamat yah sayang" laras memeluk erat menantunya itu hari ini  avya mengenakan kebaya berwarna piechs.

"Iya ma, makasih." Balas Avya, hari ini ia sangat senang ia seperti memiliki keluarga yg lengkap dengan kehadiran Laras dan Lion.

"Selamat." Lion memeluk avya, ia senang melihat gadis itu tersenyum lagi.

Mereka sedang menikmati makan malam di sebuah restoran terkenal di tengah kota. Semuanya menikmati makanannya tanpa bersuara, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing entah kenapa ini menjadi canggung.

"Gimana sebulan lagi apa kalian benar-benar akan berpisah?." Akhirnya laras membuka suaranya setelah mereka menikmati hidangan penutup.

"kenapa kalian diam? Kasi mama jawaban. Avya bagaimana? Mama gk akan maksa kamu, mama udah janji keputusan mu akan menjadi penentu." Melihat Liam dan Avya diam, ia pun bertanya pada avya keputusan avya sangat penting di sini umurnya masi muda ia masi perlu melakukan banyak hal.

"Avya akan menunggu surat cerai, Avya tidak ingin memaksakan hubungan ini." Yah ini sudah menjadi keputusan avya, sebulan lagi dia akan benar-benar meninggalkan keluarganya ini pergi dari hidup Liam, pria tempramental itu.

"Baiklah kalau itu keputusan kamu, mama akan dukung kamu sudah seperti putri bagi kami dan akan tetap seperti itu." Laras menahan air matanya agar tidak membuat avya tertekan, ia adalah keputusan yg berat bagi avya pastinya ia tidak boleh gegabah dan menghancurkan hidup gadis itu biarkanlah ini menjadi keputusannya toh ini semua salah Anaknya yg tidak bisa menjaga pernikahan ini dari awal.

Tak lama kemudian Liam pergi tanpa berpamitan kepada orangtuanya bahkan avya, entahlah perasaannya campur aduk.
























🥠🥠🥠🥠






























LIAM : TEMPRAMENTAL IS YOUR LOVE LANGUAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang