[15] AGAIN

712 12 0
                                    

Fino menghentikan motornya di depan gedung apartemen dimana avya tinggal.

"Makasih yah Fino udah ngantar avya lagi." Ucap Avya tidak enak, ia seperti beban temannya saja.

"Santai aja Vya, gue juga gk keberatan kok." Ucap Fino jujur, yah mana mungkin keberatan kalau yg di antar si doi.

"Ya udah sekaki lagi makasih, kamu hati-hati di jalan." Ucap Avya, lalu Fino melajukan motornya kembali.

Setelah melihat kepergian Fino avya berjalan ke arah pintu masuk apartemen yg terlihat sepi, yah karna rata-rata pemilik atau penyewa apartemen di sini adalah karyawan yg bekerja di perusahaan jadi pulangnya biasa jam 6 sore.

Avya menaiki lift, menekan tombol 8 dimana unit apartemen Liam.

Ceklek.....

Avya membuka pintu apartemen dengan kunci yg ia pegang tapi tidak di sangka-sangka ternyata Liam juga sudah ada di apartemen.

"Kak Liam udah pulang?." Tanya avya reflek, karna ia tau biasanya Liam tidak secepat ini pulangnya. Liam menutup pintu balkon, pria itu sepertinya dari balkon.

"Kenapa?." Tanya Liam tajam, ia mendudukkan bokongnya di sofa lalu kakinya ia angkat ke meja sangat angkuh.

"Gpp kak, avya cuma nanya kok." Jawab Avya pelan, setidaknya hari ini saja Avya berharap Liam tidak marah-marah.

"Oh atau lo udah biasa ngajak pria lain ke apartemen gue ini." Tuduh Liam tak berdasar, Avya mengerinyit bingung.

"Udah berapa kali lo ngajak pria itu ke apartemen gue? Hah?." Tanya Liam lagi, kali ini pria itu mendekati Avya gadis itu memundurkan langkahnya pelan sudah avya duga kali ini Liam akan kembali marah tanpa alasan padanya.

"Kak liam salah paham, Avya gak pernah ngajak siapapun ke sini apalagi seorang pria kak." Ujar Avya jujur, bahkan iin saja hanya tau alamatnya ia tidak pernah ke sini karna banyak alasan Yg avya berikan.

"Alah alasan, lo itu jalang dan tetap akan jadi jalang. Udah berapa banyak pria yg lo puasin hah! Oh atau lo baru pulang dari rumah atau hotel dan pria yg nganter lo pulang itu salah satu pelanggan lo. Cihh mudahan!." Tuduh Liam, avya kembali merasa sesak mendengar hinaan yg tidak benar dari Liam, kenapa Avya selalu saja salah di mata Liam.

"Kak avya gk bohong, tadi itu temen avay yg nganter pulang. Kami dari beli buku persiapan ujian kak." Jawab Avya membela diri, entah kenapa ucapan Liam selalu saja melukai hatinya.

"Pelanggan lo ternyata se sekolahan lo juga, hahaha seberapa enak sih sampai mereka ketagihan sepertinya."  Liam berbisik di samping telinga avya.

Plak....

Satu tamparan berhasil mendarat mulus di pipi Liam, pria itu memejamkan matanya sejenak merasakan semburan panas di pipinya akibat tamparan keras yg dilayangkan avya. Gadis itu memundurkan langkahnya setelah menampar Liam, perkataan liam berhasil membuat Avya menampar pria yg berstatus suaminya itu. Perkataan liam sudah sangat keterlaluan gadis mana coba yg rela diam saat mendengar tuduhan itu, meski dengan sedikit keberanian Avya telah menampar Liam, suaminya sendiri.

"LO UDAH BERANI HAHH!." Liam tersulut emosi, pria itu memegang kedua lengan Avya dengan keras sampai kukunya memutih.

"Maaf kaaak." Ucap Avya, kini ia tidak bisa menahan tangisannya ia ketakutan di tambah Liam mencengkram kedua lengannya sangat keras.

"TAMPAR GUE! CEPAT!  KENAPA LO DIAM HAHH!." Liam memberikan pipinya bermaksud untuk menyuruh Avya menamparnya lagi seperti tadi.

"Kkak maafkan Avya kak, hikss... Kak sakitttt." Rintih Avya, ia sangat kesakitan.

Brak....

"GUE MUAK DENGAR KATA MAAF LO!." Bentak liam mendorong Avya hingga gadis itu tersungkur di lantai.

"Kak, avya minta maaf kak. Jangan sakitin avya lagi....hiks kak avya mohon." Avya berusaha bangkit tapi ia kembali di dorong hingga ia terjatuh kembali.

Prang.....

Cak....

Brak....

Liam dengan brutal menggeser semua hiasan keramik yg berada di atas lemari yg tak jauh dari Avya.

"Aaak.." pekik Avya, gadis itu menutupi telinga nya saat semua barang itu jatuh ke lantai, semuanya sudah tak berbentuk.

"LO UDAH BERANI NAMPAR GUE HAH! LO UDAH BERANI NGELAWAN GUE, LO BERANI BANTAH GUE!." Liam merunduk ke arah avya lalu menarik rambut gadis itu kebelakang.

" Hiks...maaf kak, lepasin." Avya mencoba melepaskan tangan liam dari rambutnya tapi tenaganya tak sebanding tenaga Liam.

" Lo harus dihukum baru ngerti!." Suara pelan namun tajam itu mala terdengar sangat menakutkan di telinga avya.

Liam dengan teganya menarik rambut avya menyeretnya kearah pintu apartemen.

"KELUAR!." Bentak Liam, pria itu mendorong Avya keluar dari apartemen lalu menutup kencang pintu itu.

Brakk....

"Kak....hiks....bukain pintunya Avya minta maaf kak!!." Suara isak tangis Avya seakan tidak terdengar oleh Liam, hal ini sudah sering terjadi tangisan avya hanya bagaikan suara angin yg berlalu.

Gadis itu bersandar di tembok dan memeluk dirinya sendiri, perasaannya campur aduk hatinya sakit, badannya sakit, ia marah, sedih dan kecewa. Mungkinkah ada rasa penyesalan dalam dirinya telah salah masuk ke dalam hidup Liam, ia terlalu banyak berharap hingga lupa jalan untuk pulang.

Brak...

Pranggg....

Bruk.....

Di dalam apartemen Liam menjadi sangat gila, semua barang sudah terhambur di lantai dan sudah tak berbentuk. Hiasan keramik, lukisan, foto, vas bunga, dan Tv sudah menjadi korban amukannya bahkan meja dan Sofa sudah tidak ada di tempatnya semuanya sudah bergeser karna liam menendangnya. Kepalanya terasa panas dan berdenyut, ia tidak bisa mengontrol dirinya.

°°°°

Pukul 19.35
Di kediaman iin, ia sedang menunggu ayahnya yg sedang menelpon di teras. Gadis itu masi saja penasaran tentang Liam suami sahabat nya, ia merasa ada yg ganjal dan iin tidak bisa tinggal diam. Avya adalah sahabat yg mau bertahan dengannya tanpa merasa terbebani sedikit pun, avya sangat baik dan pengertian.

"Baiklah saya tutup dulu." Ayah iin memutus sambungan nya, lalu pria paru baya itu berjalan masuk ke ruang tamu untuk menemui anaknya yg katanya ingin menanyakan sesuatu.

"Yah, udah telfonnya?." Tanya iin yg duduk di sofa, lalu ayahnya ikut duduk.

"Udah, kamu tadi mau tanya apa ke papa?." Tanya ayahnya to the poin.

"Gini, ayah kenal Sama Liam Ganeswara?." Tanya iin, sebenarnya tanpa di tanya pun seharusnya ia sudah tau tapi ini sekedar basa basi saja.

"Iya itu rekan bisnis ayah, kenapa?." Tumben sekali Putri nya bertanya hal ini.

"Orangnya itu gimana menurut ayah?." iin sangat serius ingin tau tentang Liam.

"Yah gimana, ayah gk terlalu dekat hanya sekedar rekan bisnis biasa tapi ayah dengar-dengar dia itu orang yg disiplin dan pemarah. Kalau gk salah bulan lalu ada berita kalau Liam memukuli kliennya hingga masuk rumah sakit dan muncullah berita-berita kalau Liam sebenarnya memiliki penyakit Tempramental gitu. Tapi ayah gk tau pasti. Memangnya kenapa?." Penjelasan Ayahnya itu membuat iin semakin curiga.

"Gpp yah, emm pa iin izin ke rumah temen dulu yah bentar aja." Iin memutuskan untuk menyudahi kecurigaannya, ia akan menemui avya malam ini dan meminta penjelasan lebih.

"Ya sudah pergilah,tapi ingat pulang sebelum jam 9 malam." Peringat ayahnya, lalu iin segera ke kamarnya dan bersiap-siap untuk ke rumah Avya untungnya ia pernah bertanya di mana unit apartemen nya jadi ia tidak perlu kesusahan.























🥥🥥🥥🥥

LIAM : TEMPRAMENTAL IS YOUR LOVE LANGUAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang