[12] MERTUA

768 13 0
                                    

Avya sedang duduk di ruang tamu gadis itu sedang menonton tv untuk menghilangkan pikiran-pikiran negatifnya. Gadis itu terusan berpikir apa yg harus ia katakan nanti jika benar dirinya dan Liam berpisah, ia bingung harus mengatakan apa pada kakeknya.

Belum lagi tentang ujian yg semakin dekat, hal ini akan mempengaruhi nilainya, sudah standar saja ia bersyukur apalagi jika ia gagal di ujian. Avya bukan gadis yg memiliki otak cerdas gadis itu hanya siswa biasa bahkan bisa di bilang ia tidak memiliki prestasi di sekolah lamanya dulu ia hanya tertolong karna rajin mengumpulkan tugas tepat waktu.

Tok....
Tok...

Avya tersadar dari lamunannya karna suara ketukan pintu, ia pikir Liam tapi sepertinya tidak mungkin  ini baru sore hari mana mungkin Liam pulang secepat itu. Dengan rasa penasaran Gadis itu bangkit dari duduknya lalu berjalan ke arah pintu.

"Eh sayang kirain kamu belum pulang sekolah." Laras, wanita yg kemarin menyuapinya bubur saat demam ia sampai lupa tentang hal ini.

"Iya tante, eh silahkan masuk om." Avya sangat canggung di buatnya,bukan karna Laras tapi karna pria yg ad di belakangnya. Auranya sangat 11 12 dengan Liam, dingin dan kaku.

"Mama, kamu harus biasain dong." Tegur Laras masuk sambil menarik Avya ikut masuk dan duduk di ruang tamu.

"Kemarin mama gk perkenalan lengkap soalnya kamu harus istirahat nah hari ini mama datang." Perempuan itu tampak antusias melihat Avya, tangan Laras tak hentinya mengusap kepala Avya lembut.

"Karna pernikahan kalian dadakan kami tidak bisa hadir, kami orang tua Liam suami kamu. Panggil Mama laras dan ini panggil Papa Lion." Laras akhirnya memperkenalkan diri secara resmi, yag meski sebenarnya sudah Avya duga karna melihat kemiripan wajah dari laras dengan liam serta keperawatan ayah mertua nya itu persis seperti liam.

"Mama seneng deh akhirnya Liam nikah, mama jadi punya putri. Ya kan pah?." Ujar Larasa pada sang suami, Lion sendiri hanya mengangguk.

"Apa Liam main tangan?." Pertanyaan yg terlontar dari ayah mertua nya itu langsung membuat Avya menatap nya.

"Eengk kok om, eh pah Kak liam baik." Meski gugup Avya tetap berhasil mengungkapkan kebohongan itu, tentu rasa bersalah menghantui nya tapi mau bagaimana lagi ia tidak mungkin jujur soal itu ini akan menjadi urusannya dengan Liam ia tidak mau mertua nya salah paham.

"Ih papa kok nanya gitu sih, Mama yakin Liam gk akan main kasar sama perempuan." Perkataan laras membuat Avya sedih, segitu percayanya seorang ibu kepada anaknya untung Avya menyembunyikan fakta itu ia tidak mau Laras kecewa pada Liam meski harus dirinya yg menderita.

"Sudah papa ini jangan galak-galak!." Tegur Laras menatap garang sang suami.

"Iya-iya ma, maaf ya Avya papa gk bermaksud hanya saja." Bagaikan sihir , lion yg awalnya bermuka dingin datar dan kaku itu berubah menjadi lebih hangat bahkan avya bisa melihat senyum ramah di sana.

"Kamu itu selalu curiga sama liam!." Kesal Laras, begitulah laras.

"Gimana keadaan kamu? Udah mendingan?." Tanya Laras, lagi.

"Udah baik kok ma." Sebenarnya Avya agak canggung memanggil mereka dengan sebutan Mama papa, ia sangat tak terbiasa tapi sepertinya mulai sekarang ia harus membiasakan diri mungkin.

" Syukurlah, kamu udah makan?." Tanya Laras, ia seperti sudah sangat akrab dengan menantu nya itu.

"Udah ma, kalian? Kalau belum ayo makan Avya udah masak tadi."

"Benarkah? Kebetulan sekali mama lapar ayo."

Mereka ke meja makan, dan avya menyiapkan makanan yg sudah di masaknya tadi untuk liam biarlah sebentar ia akan memasak lagi untuk liam.

"Wah sepertinya enak kan pah?."

"Iya, kamu duduklah ikut makan."

"Iya, mama sama papa makan aja Avya udah kenyang kok." Avya berniat untuk membuat cemilan untuk mereka.

Melihat avya yg sangat lincah dan lihai di dapur Laras tersenyum sangat lebar. Akhirnya ia bisa mendapatkan menantu yg dia idam-idamkan dulu tanpa harus mencarinya ternyata takdir memang sangat indah liam beruntung bisa menikah dengan Gadis itu.

°°°°

Liam pulang dari kantor dan langsung hendak ke kamarnya seperti biasa tapi pandangan nya menangkap Avya sedang menyiapkan makan malam seperti biasa untuknya Liam yakin itu, dengan langkah lebarnya ia mendekati meja makan dan hendak membuangnya lagi.

"Eh kak liam, jangan!." Hampir saja liam membuangnya di lantai jika saja Avya tidak menahan pergelangan tangan Liam.

"Kenapa? Gue udah pernah bilang bahkan berulang kali gue bilang jangan pernah nyiapin makanan apapun untuk gue!." Tekan Liam, ia menatap Avya tajam hingga membuat gadis itu menunduk takut.

"Ttapi kak...orang tua kakak ada di sini, avya mohon kali ini saja jangan buang makanannya!." Cicit Avya memohon, tangannya rasanya seperti jeli saat merasakan pergelangan tangan liam yg keras.

"Apa! lo.... Hmm lo pasti udah ngadu sama mereka iya kan hahh!." Liam menyimpan mangkuk itu lalu beralih menarik rambut avya ke belakang membuat gadis malang itu mendongak kesakitan.

"Kak sakit, .... Avya gk ngadu kak lepasin!." Pinta Avya memohon tapi tarikannya malah mengencang.

"Bagus!!, Ingat hari ini gue gk akan buang makanan sampah ini.... Tapi besok saat gue masi liat lo siapin makanan lagi gue bakalan ngelakuin hal yg bisa bikin lo nyesel....ngerti lo!." Ancam Liam lalu menghempaskan Avya, gadis itu langsung menunduk memegang rambutnya rasanya kulit kepalanya akan tercabut.

"Liam kamu sudah pulang!." Laras dan Lion datang menghampiri Avya dan liam.

"Lo Avya kenapa sayang kok nangis?." Tanya Laras melihat Avya menghapus air matanya.

"Ngk ma ini Avya tadi minta tolong sama Liam katanya Mata dia kemasukan sesuatu jadi liam tiup matanya." Sangat halus, kebohongannya seakan sudah tersusun sempurna avya hanya bisa mengangguk pelan.

"Oh gitu, liam kamu makan gih mama papa mau bicara." Lara dan lion beralih ke ruang tamu.

"Iya ma." Jawab Liam, avya merasa senang akhirnya liam akan makan masakannya ia yakin setelah makan ini liam pasti akan menyukainya, gadis itu pikir kalau Liam selam ini tidak mau makan makanannya karna ia pikir liam kira tidak enak.

Rasa bahagianya langsung pupus saat liam duduk di meja bukannya memakan makanannya liam ternyata malah makan buah yg ad di meja sesekali melirik Kedua orangtuanya yg sedang berbicara di sana, avya mengerti ia tidak akan pernah bisa merubah Liam gadis itu ke dapur dan melanjutkan beberesnya.

Memangnya apa yg di harapkan Avya seharusnya ia sudah tau ini, kenapa setiap kali kejadian berulang itu kenapa hatinya selalu sakit bukankah seharusnya ia sudah kebal karna terbiasa, hatinya saja yg lemah ia harus segera menyadarkan diri untuk tidak terlalu berharap.




















🦛🦛🦛🦛

LIAM : TEMPRAMENTAL IS YOUR LOVE LANGUAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang