[27] PENGAKUAN

973 13 0
                                    

Apa yg di harapkan dari hubungan ini, liam kembali tidak bisa mengontrol amarahnya meski hanya luka goresan di pipi avya tetap saja gadis itu muak dan marah semua bercampur menjadi satu kebenciannya semakin besar.

Pernyataan pria tadi membuat avya terus kepikiran bahkan ia saat ini tidak bisa tidur padahal sudah jam 11 malam lewat. Liam selalu saja membuat gadis itu berpikir keras dengan semua tingkat lakunya yg diluar perkiraan BMKG.

Ceklek....

Mendengar suara pintu kamarnya terbuka,avya langsung pura-pura tidur. Ia tau siapa itu, entah mau apalagi pria iblis itu.

"Saya tau kau belum tidur,jangan berpura-pura!." Bagaikan sudah hafal pria itu malah ikut membaringkan tubuhnya di dekat avya dan jangan lupakan tangan yg tidak sopan itu langsung menarik pinggang avya mendekat lalu memeluknya erat.

"Bangun atau malam ini...."

"Kenapa? Kak liam ganggu tau sana keluar!." Buru-buru avya duduk, ia tidak ingin mendengar semua ancaman pria itu, selalu saja seenaknya.

"Kau memikirkan perkataan ku tadi!."

"Tidak" elak avya.

"Baiklah meski tidak kau pikir sepertinya saya harus menjelaskannya agar kau tidak nakal lagi!." Liam ikut dudu, pria itu menyadari kepala ranjang menatap punggung kecil avy yg membelakanginya.

"Ishh, udah deh avya mau tidur sana! Dan ingat avya gk nakal!" Meski telah membuat wajah yg garang liam tetap tidak terpengaruh dengan semua itu.

"Sepertinya mencintai istri sendiri bukan hal yang buruk." Ucap liam, pria itu sangat tenang menatap punggung avya menunggu reaksi gadis itu.

"Memangnya apa yg lebih benar dari itu!." Serobot avya yg belum sepenuhnya sadar dan mengerti.

"Benarkah?." Tanya liam memastikannya, pria itu masi saja dingin oh ayolah dia baru saja mengakui perasaannya yg selama ini tidak ia sadari dan sikapnya tidak berubah sangat membosankan.

"Iya memangnya salah kalau suka sama istri sendiri tidak kan?." Tegas Avya yg sangat malas meladeni liam.

"Tunggu..... maksud kak liam apa?." Avya akhirnya tersadar, gadis itu langsung berbalik.

Hmppphhhh.....

Tanpa aba-aba liam langsung menyatukan bibirnya dengan bibir avya, gadis itu nampak shok sebentar lalu sepersekian detik berikutnya ia memberontak.

"Ihhh.....huuhh."

"Kak liam apa-apaan sih!." Bentak avya dengan mata memerah, ia tidaksuka dengan semua ini liam telah melampau batasannya.

"Kenapa bukannya suami istri melakukan itu?." Tanya liam santai.

"Kak liam pergi! Kekuar dari kamar avya!." Avya langsung menutupi dirinya dengan selimut dan memunggungi liam, tak lama punggung gadis itu bergetar dan terdengar suara isakan kecil.

Hiks....

Liam mengacak rambutnya frustasi, sekarang ia jadia serba salah.

"Tidurlah, jangan menangis" bisik liam di ceruk leher avya, pria itu memeluk avya dari belakang ia tidak mengindahkan usiran avya.

Avya seakan-akan tak memiliki kekuatan untuk menggeser liam, air matanya terus mengalir menguras semua kekuatan gadis itu.

°°°°

Keesokan paginya avya membuka matanya yg terasa sangat berat dan rasanya tubuhnya ikut berat perlahan-lahan kelopak matanya terbuka hal yg pertama ia lihat adalah rambut hitam legam liam, pria itu dengan tidak ada rasa bersalahnya malah menindih tubuh avya yg kecil itu.

Dengan sekuat tenaga avya menggeser tubuh besar itu dari atasnya, sukit tapi avya berhasil namun bukannya bebas malah dirinya yg kembali berada di atas tubuh liam, pria itu menangkapnya dan menahannya agar tidak bergerak.

"Lepas...kak liam.!." Tekan avya, gadis itu menggoyangkan kakinya memberontak.

"Jangan bergerak, biarkan seperti ini dulu." Suara parau itu entah mengapa membuat buluh kuduk avya meremang, bukannya berhenti bergerak avya semakin gencar mengguncang tubuhnya agar bisa terlepas dari lilitan itu.

"Kau akan membangunkan adikku jika terus bergerak, kau harus bertanggungjawab untuk itu." Ucap liam lagi, pria itu masi menutup matanya rapat.

Avya sontak melemas, ia tau siapa yg dimaksud liam. Ia tidak bodoh, gadis itu mendengus kesal lalu menumpukkan wajahnya di atas dada liam yg tidak terbungkus apa-apa rasanya sangat hangat.

Entah kenapa pelukan liam sangat nyaman dan hangat untuk avya, ia merasa tenang ia tidak bisa mengelak hal itu. Tapi pikirannya teras terbelah dua menjadi kubuh yg berbeda-beda. Ada yg mengatakan itu nyaman namun ada oula yg mengingatkan luka yg pernah liam torehkan padanya.

"Kita akan terus melakukan hal ini, perceraian nya tidak akan terjadi." Bisik liam, mata pria itu kini terbuka melihat bulu mata agya yg terus bergerak lucu.

"Tidak! Kak liam kenapa sih! Kakak selalu seenaknya. Sudah di putuskan kita akan bercerai, avya menolak semua yg kakak katakan!." Avya tentu tak terima, liam benar-benar seenaknya ia tidak mau terperangkap lagi. Gadis itu benar-benar kesal dengan semua yg pria itu lakukan akhir-akhir ini ternyata dari sikap anehnya ini dia menginginkan sesuatu. Tapi avya tidak akan goyah, ia sudah bulat pada keputusannya .

"Itu sudah bulat, tidak akan ada perceraian." Tekan liam dengan suara baritonnya, avya tentu mengabaikannya ia hanya perlu menunggu beberapa munggu lagi setelah itu dia akan pergi dari kehidupan pria gila ini.

"Kau tidur?."

"Heii!."

"Avya?."

Berulang kali liam memanggil avya namun gadis itu ternyata sudah terlelap, ia tidak ingin memusingkan semua hal itu apalagi liam adalah pria yg keras kepala dan baru saja ia tau tadi jika liam itu seseorang yg tidak berpendirian.

Bukannya apa avya berpikir seperti itu tapi pria itu sendiri dulu selalu melayangkan kata cerai dan sekarang avya sudah menerimanya dengan lapang dada. Lalu sekarang pria itu malah mengatakan jika ia tidak ingin bercerai setelah pria itu sadar dan melakukan pengakuan yg menurut avya juga sangat aneh seperti teka-teki. Untungnya avya masi bisa berfikir keras dan berhasil menarik sebuah kesimpulan. Liam, pria itu baru saja melakukan pengakuan mengenai perasaan yg timbul dalam hatinya, tentu avya tidak lagi bisa membuka hatinya ia sudah terlanjur sangat jauh berada di posisi ini.

"Aku tak akan melepaskanmu, kau sudah jadi milikku." Bisik liam di belakang telinga gadis itu, entah avya mendengar atau tidak tapi itulah kenyataannya.

"Aku memang bodoh terlambat menyadarinya, maafkan saya telah banyak melukaimu tapi sekarang sampai seterusnya saya akan melindungi mu dari siapapun yg ingin mengambilmu termasuk kausendiri!." Lanjut pria itu, liam segera mencari posisi yg nyaman.

Pria itu menyusupkan wajahnya ke leher jenjang milik avya lalu tangannya setia melilit perut gadis yg tertidur pulas itu. Liam sangat menyukai posisi ini sangat nyaman dan membuatnya tenang, apalagi saat menghirup aroma dari tubuh avya yg sangat memabukkan untuknya.



























🐇🐇🐇🐇

LIAM : TEMPRAMENTAL IS YOUR LOVE LANGUAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang