[6] KEBENARAN

847 14 0
                                    

Tidak terasa sudah lebih dari sebulan pernikahan mereka tak ada perubahan dalam hubungan itu tapi semingguan ini Avya sudah mengerti tentang sikap Liam kepadanya ia sadar siapa yg mau menerima pernikahan atas dasar paksaan ini?, Itu hanya angannya saja.

Setiap hari Avya mencoba untuk menjadi istri yg baik untuk Liam tapi setiap hari itu pun Avya harus merasakan sakit entah itu dari perkataan liam yg sering melukai hatinya atau bahkan jika liam melakukan kekerasan terhadap nya. Kadang Avya frustasi dimana titik salahnya kenapa Ia selalu salah di mata Liam bahkan saat avya hanya duduk diam Liam biasa tiba-tiba langsung menarik rambutnya dan marah-marah tidak jelas.

Semua ini ia simpan sendiri bahkan ia selalu berbohong tentang keadaannya pada kakeknya, gadis itu tidak mau kakeknya khawatir Avya bisa menahan itu semua dan avya akan tetap mencoba untuk meluluhkan Liam.

Brak....

Pintu apartemen di buka secara paksa, Liam masuk dengan rahang mengetat entah ada apa lagi. Sudah hampir 3 hari ia tidak kembali ke apartemen dan sekarang ia pulang dengan keadaan marah.

Prang!....

Lagi-lagi makanan yg sudah tertata rapi di meja makan kini terhambur di lantai siapa lagi pelakunya kalau bukan Liam, ini sekan sudah menjadi rutinitasnya ia tak pernah sekalipun memakan makanan yg di masak Avya.

"AVYA!!!." Teriaknya menggelegar di seluruh sudut apartemen, tapi Orang yg sedang di carinya tidak kunjung menyahut dan datang.

"Kemana lagi gadis sialan itu!, AVYA!." Liam ke arah ruang tamu dan duduk sambil tetap meneriaki naman gadis itu.

Ceklek....

"Kak Liam kenapa?" Tanya Avya yg baru saja masuk, tatapan gadis itu mengarak ke meja makan menatap sendu makanan itu kembali di lantai seperti sebelum-sebelumnya.

"Dari mana loh haahh?." Liam langsung menarik dagu Avya hingga membuat gadis itu mendongak.

"Kakak minum lagi?." Ucap avya khawatir, Lagi-lagi liam mabuk.

"Kenapa? Lo mau larang gue? Hahh lo udah berani?!." Liam semakin mencengkram dagu avya.

"Sshh akhhh sakit kak, Avya gk ....." Avya meringis kesakitan saat merasa dagunya sakit karna Liam.

"Hallah berisik!." Liam mendorong Avya sampai gadis itu jatuh dan bibirnya mengenai Sudut meja.

Akhh....ssh...

Avya menunduk rasanya sangat sakit, lagi ia kembali terluka tanpa alasan Liam kembali menorehkan Luka fisik kepadanya.

"Kak kenapa? Kenapa kakak selalu marah sama Avya." Avya terisak dan menunduk, posisinya masi duduk di lantai.

"Lo gk mau liat gue marah lagi hahh?." Liam kembali menarik rambut Avya, gadis itu menangis mencoba melepas tangan Liam dari rambutnya rasanya kulit kepalanya akan terkelupas karna tarikan liam.

"Tunggu sampai 5 bulan lagi kita cerai setelah itu lo gk akan liat gue marah lagi. Lo pergi dari hidup gue selamanya! Ck nyusahin!." Bagaikan tertusuk ribuan panah, avya tertegun mendengar sebuah kebenaran besar dalam ikatan pernikahan ini.

Ternyata Liam benar-benar tidak menginginkan pernikahan ini, bahkan pria itu sudah merencanakan akan menceraikannya tapi Kenapa avya merasa sakit, hatinya sakit. Kenapa di saat dirinya sudah mulai menerima nasibnya ia mala di patahkan. Pernikahan bukan ajang permainan bagi Avya ia hanya ingin menikah sekali dalam hidupnya itulah kenapa ia bertahan dengan semua sikap Liam dengan berharap suatu saat nanti Avya bisa memenangkan Hati liam tapi sekarang ia bahkan ragu untuk melakukannya.

"Kenapa? Apa kak liam benar-benar ttidak menginginkan pernikahan ini selamanya?." Avya bertanya dengan pilu, apakah di sini hanya dirinya yg ingin pernikahan ini berlanjut meski dasar paksaan Avya sudah mulai berdamai dengan semua itu.

"Pernikahan sialan!, Gue gk mau nikah sama lo dan gk akan pernah cinta sama lo!."  Tekan Liam kembali mendorong Avya, lalu pria itu keluar dari apartemen entah mau kemana lagi.

"Hiks....ibu ayah sakit, avya sakit buu kenapa takdir avya gini. Kenapa ibu sama ayah pergi avya butuh kalian hikss .." gadis malang itu meringkuk di lantai yg dingin, menangis sendiri tanpa ada yg tau bagaimana luka yg di simpannya itu.

°°°°

Liam mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, tujuannya adalah Club di sana ia akan minum dan meluapkan semua kemarahannya.

"Ck sialan!." Umpatan itu entah sudah berapa kali terucap dari bibirnya, ia baru pulang dari luar negri kemarin tapi saat tiba di kantor ternyata salah satu karyawan nya melakukan kesalahan dan hak itulah yg membuat kemarahan nya meluap-luap.

Liam adalah seseorang yang sangat disiplin dalam bekerja ia tidak akan membuat kesalahan sedikit pun dalam pekerjaannya itulah kenapa jika ada yg melakukan kesalahan ia akan tidak segan-segan melukai nya seluruh perusahaan juga tau itu.  Orang-orang yg bekerja dalam perusahaannya adalah orang pilihan yg di tuntut harus sempurna karna Liam tidak suka jika ada kesalahan sedikit pun.

" Lah ni anak balik lagi." Ucap Desta saat melihat Liam berjalan kearahnya.

"Dari mana lo?." Tanya Desta saat liam sudah kembali duduk di kursi yg di tinggalkan beberapa jam lalu.

"Apartemen, 1 vodka!." Ucapannya dingin lalu ia memesan ke bartender.

"Lo apain lagi si Avya." Desta sudah yakin jika pasti Avya terkena masalah lagi karna Temannya ini.

"Lo peduli?." Bagaikan pisau tajam, mata Liam menatap Desta mengintimidasi.

"Gk gitu Am, cuman gue kasian sama Anak itu dia masih muda banget lo gk boleh seenaknya jadiin di samsak kemarahan lo. Bahkan mungkin dia gk berbuat salah tapi lo limpahkan kemarahan lo ke dia." Yah Desta jujur kasihan dengan Avya, terakhir kali ia melihat gadis itu di kurung di balkon tengah malam saat itu ia akan mengantarkan berkas untuk Liam.

"Gk usah sok nasehatin gue! Dia istri gue terserah gue mau ngapain dia!." Ucapnya Kesal, kemarahannya belum juga mereda.

"1 vodka!." Bartender itu memberikan 1 gelas kaca dan 1 botol vodka di depan Liam.

"Udah lo gk usah minum, pulang sana lo udah kaya zombi jangan nyiksa diri lo dengan minum. Mabuk bukan obat untuk insomnia" Desta mengambil botol vodka itu dari hadapan Liam.

"Ck berisik lo!." Dengan kasar liam merampas botol Vodka itu lalu Liam meneguknya langsung dari botol itu.

Liam menderita insomnia sejak 4 tahun lalu saat dirinya harus sibuk menjalankan perusahaan besar di usianya yg terbilang muda ia harus di paksa untuk menguasai bidang bisnis di tambah lagi ia juga harus memikirkan kuliahnya itulah kenapa ia terkena insomnia.

"Besok lo harus bangun pagi, temen-temen nunggu di sekolah" ucap Desta lalu meninggalkan Liam sendiri, meski beberapa kali di beritahu Liam tidak akan bisa mengerti lebih baik Desta pergi saja.

Yah besok Liam dan teman-teman kampusnya akan mengadakan Seminar akhirnya di sekolah sebagai ketua BEM, Liam menjadi ketua panitianya setelah acara ini ia hanya akan menunggu jadwal wisudanya bulan desember nanti.
















🚪🚪🚪🚪

LIAM : TEMPRAMENTAL IS YOUR LOVE LANGUAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang