[17] DAFFA

586 9 0
                                    

Avya sudah mengobati lukanya dibantu oleh iin mereka duduk di sofa dengan pikiran masing-masing.

Ceklek....

Pintu terbuka menampilkan seorang pria tinggi yg memakai seragam khas kepolisian, pria itu yg membawa kakek ke rumah sakit.

"Kamu avya?." Pria itu langsung bertanya pada avya yg memang bia ia tebak kalau dia cucu kakek indra karna matanya yg sembab.

"Iiya, bapak siapa?." Tanya Avya bangun dari lamunannya.

Pria itu tidak menjawab, ia langsung duduk di singel sofa, iin dan avya menatap nya bingung.

"Bapak ini kenapa? Ada urusan apa kesini?." Tanya iin.

"Perkenalkan saya Daffa Delanggra bekerja di kepolisian, tadi saat kakek sedang hendak pulang tiba-tiba ia jatuh pingsan. Saya langsung membawanya ke sini, yg menelpon tadi itu saya." Ujar pria bernama Daffa itu, iin dan Avya mengangguk mengerti.

Daffa sesekali menatap Avya, namun gadis itu tetap menunduk. Daffa dari dulu sudah mengetahui tentang avya karna kakek selalu bercerita banyak tentang gadis itu padanya. Lama kelamaan akhirnya Daffa penasaran dengan avya, dengan cerita sang kakek Daffa langsung jatuh cinta dengan gadis itu bahkan tanpa tau rupa dan bentuk avya. Namun ia harus menelan pahitnya kebenaran, bulan yg lalu kakek sempat bercerita jika Avya sudah menikah dengan pria di kota, Daffa langsung merasakan kecewa saat itu tapi ia tidak bisa melakukan banyak hal bahkan ia belum kenal dengan avya.

Daffa akui, avya sangat melebihi ekspektasi nya dan itu sangat ia sayangkan. Ia harus mundur karna gadis itu sudah menjadi milik orang lain, ia akan mencoba mengubur rasa itu meski sekarang mungkin rasa itu semakin besar saat melihat Avya.

"Eh iya ini saya beli makanan, ayo kita makan dulu kalian pasti lapar." Daffa langsung memecah keheningan yg terjadi, pria itu mengeluarkan nasi bungkus yg ada sekitar 4. Ini ia beli sebenarnya untuk rekan kerjanya tapi tidak apa-apa sebentar ia bisa membelinya lagi.

"Makasih pak udah mau bawa kakek ke sini,bapak tidak perlu repot seperti ini. Saya janji akan membayar tagihan rumah sakit kakek saya nanti untuk mengganti uang bapak." Avya ikut bersuara, ia merasa tak enak dengan Daffa yg notabene nya ia tidak kenal.

"Tidak apa-apa, saya ikhlas. Kakek juga sangat membantu saya di sini dan kakek sudah saya anggap sebagai orang tua di sini. Ayo makanlah." Ujar Daffa tulus, ia sangat tulus membantu kakek.

"Tapi...." Avya kembali hendak menolak tapi Daffa langsung menyelahnya.

"Makanlah, saya sungguh ikhlas kalau kamu terus begini saya rasa kamu tidak menerima kebaikan saya." Ucap Daffa menyelah.

"Bukan begitu pak..."

"Dan iya kalian jangan manggil saya Bapak, sepertinya saya tidak setua itu." Ucap daffa bercanda.

"Ayo makan."

"Iya kak." Ucap iin dan Avya, lalu mereka memakan makanan. Avya gadis itu hanya makan 3 suap saja, ia sepertinya tidak nafsu makan entah apa yg dipikirkan gadis itu.

iin izin untuk pulang dulu pada avya, karna besok hari sekolah ia akan meminta izin untuk avya nanti karena keadaan avya yg tidak memungkinkan untuknya ke sekolah bsk.

"Kak Daffa gk pulang ini udah malam Avya juga disini kok jagain kakek." Avya merasa tidak enak karna Daffa masi disini dan ini sudah hampir tengah malam.

"Iya saya juga harus ke kantor polisi dulu, gpp saya tinggal dulu?." Tanya Daffa, ia hanya khawatir saja Avya sendirian di sini.

"Gpp kak." Jawab Avya sopan, ia berutang besar pada Daffa jika bukan dirinya entah apa yg akan terjadi dengan kakeknya.

"Ya sudah, saya besok pagi akan kesini. Saya pergi dulu." Daffa pun akhirnya pergi, ia harus kembali ke kantor polisi untuk jaga malam.

Avya sudah mengganti pakaian sekolah nya tadi saat Masi ad iin ia sempat ke rumah dulu untuk mengambil beberapa pakaian.

"Kek, Avya sedih liat kakek gini kenapa kakek harus sakit? Seharusnya avya aja." Gadis itu duduk di kursi dekat brankar, menggenggam tangan sang kakek yg rasanya sangat dingin.

"Kek avya mau tinggal sama kakek lagi, avya gk mau pisah lagi sama kakek. " Buliran air matanya turun, meskipun keadaannya terlihat baik-baik saja tapi pikiran dan hatinya kosong ia tidak tau langkah apa yg selanjutnya ia harus ambil.

"Avya juga sakit kek,l." Lirihnya  gadis itu ikut tidur dengan posisi duduk.

°°°°

Keesokan paginya avya terbangun akibat tepukan di pundaknya gadis itu sontak berbalik.

"Eh kak Daffa?." Kaget avya, gadis itu merapikan rambutnya dan mengucek matanya ia masi dalam suasana bangun tidur. Daffa terkekeh melihat tingkah Avya, bukannya move on eh makin tambah suka saja kalau begini.

"Ayo sarapan dulu." Daffa duduk di sofa dan membuka kresek yg ia bawa, Avya menatap nya pandangan berbeda pasalnya Daffa sekarang tidak memakai seragam polisi nya seperti semalam pria itu memakai kaos abu-abu dipadukan dengan celana Pendek hitam dan yg paling di sorot adalah pria itu hanya memakai sendal jepit tapi kenapa auranya Sanga berbeda.

"Kak Daffa kenapa repot-repot, Avya gk enak." Tutur avya jujur, Daffa sangat baik padanya entah bagaimana nantinya avya bisa membayarnya.

"Gpp avya saya ikhlas, ayo cepat." Tutur Daffa, yah ia membantu tampa pamrih.

"Tapi ....."

"Gk ada tapi-tapi an, kakek bentar kagi harus makan juga ayo cepat." Ujar Daffa, ia menekan bel untuk memanggil sarapan kakek yg masi tertidur.

Avya segera ke kamar mandi dan mencuci wajahnya, ia akan menyuapi kakeknya agar cepat pulih.

"Kakek, kak Biar Avya aja yg suapin kakek." Avya tergesa-gesa hendak mengambil alih mangkuk bubur itu.

"Kamu makan aja biar saya." Suruh Daffa, ia merasa khawatir karna Avya kemarin malam hanya makan sedikit itulah kenapa ia kemarin setelah bertugas kemarin bahkan tidurnya hanya 1 jam waktu dia ke sini.

"Biar Avya aja kak, kakak makan aja.sini." pinta Avya ia sangat ingin sekali menyuapi kakeknya.

"Baiklah kamu suapi kakek dan saya suapin kamu bagaimana?." Usul Daffa tiba-tiba, avya bingung.

"Maksudnya kak?."

"Sudah Avya kamu makan saja, Daffa bilang kamu makan sedikit kemarin. Kakek bisa makan sendiri daffa kamu juga makan lah." Akhirnya kakek angkat suara daripada melihat kedua orang itu tak ada yg mau mengalah.

"Baiklah kek, Avya ayo." Daffa langsung menyiapkan meja untuk Kakek, setelah itu kakek akhirnya menyuapi dirinya sendiri.

"Kakek kalau butuh apa-apa panggil Vya yah." Ujar avya .

" Udah makan, kalau kamu sakit siapa yg merawat kakek."balas kakek dengan senyum di wajah keriputnya itu, Avya sangat berharga baginya begitupun sebaliknya. Avya menjadi obat kerinduan dari anak menantu dan cucunya yg menjadi korban kecelakaan beruntun itu.






















🧭🧭🧭🧭

LIAM : TEMPRAMENTAL IS YOUR LOVE LANGUAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang