[23] MIE INSTAN

828 12 0
                                    

Sudah lebih 2 minggu mereka hidup seperti orang asing tidak ada yg bertegur sapa bahkan saling melihat saja mereka enggan antara gengsi atau apa saya pun bingung.

Hari sudah malam Liam membuka pintu apartemen dan melihat suasananya masi sepi ia sangat lelah tiba-tiba tadi siang ia harus keluar kota dan baru saja pulang. Untungnya ia sudah tidak ke kampus lagi, jika iya mungkin tubuhnya sekarang tak sanggup untuk berdiri lama.

Ia memilih ke kamarnya dan membersihkan tubuhnya setelah itu ia ke balkon untuk melakukan kebiasaannya, yaitu menikmati sekaleng soda dan menghisap batang nikotin yg sangat candu untuk nya menikmati angin malam ini tiba-tiba tatapan nya mengarah di depan gedung itu ia bisa melihat Avya bersama seorang pria, Liam tidak jelas melihat pria itu karna keburu masuk ke mobil lalu pergi. Seketika Liam mengetatkan rahangnya kaleng soda yg masi ada setengah itu menjadi sasarannya, kaleng itu penyek di genggaman Liam ingin sekali ia meluapkan amarahnya tapi ia sudah berjanji pada ibunya dan ia tidak akan mengingkarinya.

Ceklek .....

Avya baru saja pulang, gadis itu hanya melirik sekilas Liam yg ada di balkon setelah itu ia ke kamarnya. Beginilah mereka saling acuh seakan mereka hidup sendiri.

Jam 19.22 setelah ia belajar Avya merasa lapar gadis itu pun bergegas untuk membereskan buku-bukunya yg berserakan di lantai ia tidak memiliki meja belajar di sini jadi mau tidak mau ia harus belajar di lantai yg beralaskan karpet.

Avya hanya akan memasak mi instan, ia merasa malas saja untuk membuat yg lain menurutnya mie adalah jalan ninja jika mau makan tapi malas untuk repot memasak. Tanpa gadis itu sadari ternyata Liam masi ad di Balkon dan sedang menatap ke arahnya pria itu masi setia menyesap batang nikotin yg sangat candu.

"Lo gk masak untuk gue?." Tanya Liam, avya yg sedang bersiap untuk menyantap mie nya perlahan kembali menurunkan sendoknya.

"Bukan kah kak liam tidak mau memakan masakan ku." Ujar Avya, gadis itu tidak berniat untuk berbalik rasnya ia malas melihat Liam.

"Tapi itu tugas lo, melayani suami!." Tekan Liam, tatapan pria itu tak pernah lepas dari Gadis yg tengah duduk di kursi itu.

"Buat apa? Dulu kak liam gk mengakui pernikahan ini kan jadi, kita berdua hanya orang asing yg tinggal bersama." Meski dilanda rasa takut tapi gadis itu tetap menjawab, ia tidak ingin seperti dulu yg selalu menurut dengan omongan Liam yg tidak berfaedah.

"Dengan siapa lo pulang tadi?!." Dengan gerakan tiba-tiba Liam menarik lengan Avya untuk berdiri, cengkeramannya sangat kuat membuat Avya meringis mencoba melepasnya tapi tak bisa.

"Kak liam apa-apaan sih! Lepas!." Bentak Avya, suaranya memang tak sebesar liam jika membentak tapi itu cukup keras baginya.

"Oh, lo udah berani bentak gue!hah!! Jawab lo pulang sama siapa!." Tubuh avya sedikit menjinjit karna Liam menariknya ke atas.

"Kenapa? Avya pulang sama kak Daffa dan itu semua bukan urusan kak Liam! Lepas! Kak liam gk ada hak buat larang-larang avya mau pulang atau pergi dengan siapapun!." Avya tetap melawan, ia menahan rasa sakitnya air matanya sudah bergenang di pelupuknya tapi gadis itu tidak ingin menangis.

Bruk....

Liam lagi-lagi mendorong avya gadis itu terbentur di meja membuat tulang pipinya mengeluarkan darah segar. Jika kalian pikir gadis itu akan mengeluarkan air mata di depan Liam maka jawabnya tidak gadis itu tetap menahan rasa sakitnya.

"Bunuh aja Avya kak!, Puas kakak selalu lukain avya hah! Disini kak liam yg memulai nya tidak bahkan aku gk pernah memulai tapi kak liam sendiri yg selalu marah-marah tidak jelas dengan avya! Kak liam gila! Avya benci sama kak liam! Pergiiiii!." Gadis itu histeris ia sangat ingin menangis tapi ia tahan wajahnya memerah tubuhnya bergetar entah takut atau karna marah, yg jelas ia sangat membenci Liam.

Plak....

Satu tamparan berhasil mendarat mulus di wajah Liam, Avya benar-benar sangat marah dan membenci Liam pria itu gila sangat gila.

Arkhh....

Brukk....

Liam menggeram sangat marah pria itu menendang kursi hingga terbanting di lantai. Ia ingin membalas tamparan itu tapi hatinya mengatakan tidak entah kenapa hatinya bersuara sangat kencang dan melarangnya untuk membalas tamparan yg dilayangkan Avya padanya, setelah itu Liam pergi ia mengambil kunci mobilnya entah mau kemana!.

Hiks.....

Avya akhirnya menangis ia menangis sejadi-jadinya ia sangat sesak ia marah, kecewa, sedih dan kesakitan. Ia merapikan kekacauan yg dibuat liam dan gadis itu duduk menatap mie instan yg sudah hendak dingin air mata gadis tiu terus turun suara isakan pun tak bisa di elakkan.

Hiks...

Gadis malang itu pun menikmati mie nya dengan Isak tangisnya, ia melanjutkan niat awalnya untuk makan ia tidak peduli dengan air matanya yg sudah ikut masuk dalam kuah mie itu tubuhnya bergetar menahan semua yg ada di dalam pikiran dan hatinya. Makan sambil menangis adalah hal yg sangat menyakitkan, mungkin beberapa orang pernah merasakan apa yg di rasakan avya sekarang.

°°°°

Tepat pukul 1 dini hari Liam baru saja kembali ke apartemen entah darimana pria itu tapi sepertinya pria itu dari di club terbukti karna wajahnya memerah mungkin karna minuman keras, mata dinginnya menatap seisi apartemen tatapannya jatuh di dapur kursi yg tadi ia tendang kini sudah tersusun rapi lagi.

Langkah nya terasa sangat berat meskipun ia tidak mabuk berat, pria itu menatap pintu kamar yg selalu tertutup entah kenapa langkah membawanya ke sini di depan kamar Avya.

Ceklek....

Avya tengah berbaring di kasur membelakangi Liam yg berada di ambang pintu, pria itu dengan pelan menutup pintunya dan mendekati Kasur.

Layaknya anak yg patuh Liam membuka sepatu dan kaosnya, pria itu ikut masuk di dalam selimut yg membungkus tubuh avya. Tangan kekarnya memeluk pinggang ramping gadis itu, liam dapat melihat jelas luka yg ada di pipi avya itu luka yg ia perbuat.

Cup....

Satu kecupan berhasil mendarat di pipi kiri avya yg dimana luka itu berada, membuat avya terusik dan membalikkan tubuhnya terlentang ia belum menyadari kehadiran Liam disini.

Enghh.....

Leguh gadis itu merasa terusik, matanya tertutup rapat bibirnya terbuka sedikit hanya sedikit suara hembusan nafasnya begitu teratur dan jangan lupakan jejak air mata yg sudah mengering di iris matanya turun ke pipinya itu.

Liam memeluk avya erat kepalanya ia taruh di atas dada gadis itu membuat avya reflek sedikit mendongak karna merasa terusik dengan sesuatu yg menelisik lehernya,itu rambut liam.

Pria itu terus mencari posisi yg nyaman dan hangat, tangannya terus bertengger indah di atas perut avya posisi liam seperti tengkurap menindih sebagian tubuh avya.
























🧦🧦🧦🧦

LIAM : TEMPRAMENTAL IS YOUR LOVE LANGUAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang