03. Pieces of memories

280 36 0
                                    


Cahaya matahari yang bersinar terang pagi ini nyatanya tak mampu menyingkirkan kebekuan yang ada di Cheonan. Begitupun dengan Yujin, bocah itu terlalu beku untuk Hanbin yang secerah matahari. Hanbin tidak mengerti bagaimana caranya untuk menyingkirkan kebekuan itu, sebab Yujin hanya dingin saat bersamanya. Apakah Hanbin melakukan kesalahan?

"Ah, kenapa jadi berpikiran seperti ini?" Hanbin menggeleng. Menepis pikiran yang hinggap di kepalanya.

Hari ini, tugasnya masih banyak. Membangunkan Yujin, memberinya sarapan, membantunya mandi, dan siang hari nanti menjemput Matthew untuk menggantikannya menjaga sang adik selama Hanbin pergi untuk urusan pekerjaan.

Hanbin selalu dipenuhi kecemasan kala meninggalkan adiknya sendirian di rumah. Ya, katakanlah ia berlebihan atau overprotektif, namun memang begitu adanya. Ia selalu khawatir Yujin akan melakukan tindakan berbahaya.

Cklek!

Mendengar suara pintu terbuka, Hanbin membalikkan badan. "Eh, sudah bangun?"

Yujin mengangguk. Matanya tampak menyipit. "Aku mau mandi."

"Sebentar ya, Kakak matikan kompornya dulu. Masakannya hampir matang ---

"Kapan aku bisa berjalan sendiri?"

Sebelah tangannya mematikan kompor. Namun, Hanbin berhasil dibuat membeku di tempat. Ditatapnya lekat wajah Yujin, yang kini membuka mata lebih lebar.

"Aku tidak mau seperti ini terus-menerus. Aku mau berjalan sendiri. Dan melakukan semuanya tanpa bantuan. Aku sadar aku selalu merepotkan Kak Hanbin," cerca Yujin.

"Begini, Yujin. Dengarkan." Hanbin melangkah mendekat. Kemudian berjongkok di samping kursi roda sang adik. "Kalau Yujin mau berjalan sendiri, kita akan konsultasikan lagi dengan dokter. Kalau kondisi kaki Yujin sudah pulih, dokter pasti memberikan latihan berjalan."

"Kenapa aku harus seperti ini? Aku juga mau pergi ke sekolah, bukan home schooling."

Sebenarnya Hanbin agak terkejut adiknya mengeluh pagi-pagi seperti ini. Tapi, ia tetap membalas. "Iya, baiklah. Kakak akan mengirimmu pergi ke sekolah saat kau sudah bisa berjalan nanti."

"Kak Hanbin janji?" Yujin menatap Hanbin penuh harap.

"Kak Hanbin berjanji padamu."

--✨---✨--

"Tang Ge*, Mama meminta agar aku membawamu  ke Liaoning untuk peringatan."

Zhang Hao menghentikan gerak jarinya yang semula menekan huruf demi huruf pada keyboard komputer dan mematung di tempatnya. Sudah lama. Sudah lama sejak ia melupakan semuanya. Sudah lama sejak ia memulai kehidupan baru yang jauh dari kata baik-baik saja. Apakah Zhang Hao akan bisa menerimanya?

Satu persatu cemoohan mulai terngiang-ngiang di telinganya.

"Anak pembawa sial. Orang tuamu tidak beruntung memiliki anak sepertimu."

"Sekalipun kau punya kehidupan baru, kau masih akan tetap menjadi anak pembawa sial."

Zhang Hao tidak mau menjadi anak pembawa sial. Jika bisa, pun, ia ingin keluarganya utuh seperti sedia kala.

"Kalau bukan karena kedatanganku, pasti keluarga Sung masih ada."

Kadangkala, penyesalan datang meremukkan hati Zhang Hao. Jika ia tidak mengiyakan ajakan Ayah Sung, pasti mereka masih hidup sekarang dan bahagia bersama Hanbin juga Yujin. Menjauh dan pergi ke China untuk bekerja keras sembari menanggung biaya pengobatan Yujin rasanya masih jauh dari kata pantas untuk membayar semuanya. Zhang Hao merasa berdosa.

Longing Melodic [ Zhang Hao ft. Yujin ZB1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang