25. Live under the same roof

191 30 4
                                    


Ternyata hari itu Hanbin tak salah dengar. Yujin benar-benar memintanya untuk membawa pulang Jeonghan ke rumah. Saat dijemput ke hotel oleh Hanbin saja, Jeonghan menolak percaya. Ya... Siapa juga yang akan percaya? Pasalnya kemarin saja kedatangannya ke rumah ditolak. Dan sekarang Hanbin berkata Yujin sudah memperbolehkannya untuk pulang. Jeonghan jadi mengira bahwa Hanbin berbohong.

"Tunggu, bagaimana bisa?"

Hanbin mengangkat bahu. "Aku juga tidak tahu? Tapi Yujin sepertinya mencoba memaafkan Kakak dan membuka hati," paparnya.

Lagi-lagi, Jeonghan menggeleng. "Tapi baru berapa hari, Hanbin? Semudah itu?"

Ditatapnya Jeonghan takut-takut. "Ya... Sebenarnya aku menceritakan banyak hal soal Kak Jeonghan padanya. Semua yang kita lalui saat orangtua kita tiada dan Yujin koma. Semuanya ku ceritakan," kata Hanbin jujur.

Jeonghan termangu sejenak. Pandangannya turun, menatap kakinya yang terbalut sepatu. "Kau juga menceritakan soal keegoisanku?"

"Sebenarnya, iya. Aku juga menceritakan tentang sakit hatiku padamu dan caraku memaafkanmu. Mungkin setelah aku bercerita hati Yujin terbuka," ujar Hanbin. "Dan menurutku Kak Jeonghan harus tahu ini."

Jeonghan mengangkat pandangan. "Apa?"

"Kemarin Yujin menggambar sesuatu di buku sketsanya. Kak Jeonghan tahu apa yang dia katakan?"

"Tidak." Jeonghan menggeleng.

Senyum lebar terlukis pada bibir Hanbin. "Dia akan memberitahu apa yang digambar olehnya saat Kak Jeonghan pulang ke rumah."




--✨---✨--

Tidak bisa. Rasanya lidah Yujin kelu untuk sekadar mengeluarkan kata sambutan bagi Jeonghan. Bibirnya pun terasa kaku, tidak bisa melukiskan senyum seperti yang ia bayangkan sebelumnya. Jadi disinilah Yujin sekarang. Berdiri di teras sembari meremat ujung blazer rajut miliknya dengan mata menatap Hanbin dan Jeonghan yang sibuk mengeluarkan koper dari bagasi.

Bahkan setelah kedua kakaknya selesai mengeluarkan koper dan menutup bagasi, Yujin tak bergerak barang seinci pun. Pandangannya terpaku pada Jeonghan. Sang kakak yang selalu muncul dalam mimpinya itu kini berdiri tepat di depan matanya.

"Selamat datang kembali di rumah, Kak Jeonghan," sambut Hanbin.

Harusnya Yujin yang mengatakan itu. Tapi yang ia lakukan malah terdiam dengan pandangan terpaku pada Jeonghan. Mata Jeonghan spontan berkaca-kaca dan bibirnya melukiskan sebuah senyum tulus. Sulung keluarga Sung itu kemudian merengkuh Yujin ke dalam pelukannya.

"Maaf... Maafkan Kak Jeonghan, Yujin...."

Dengan gerakan tangan yang kaku, Yujin melingkarkan tangannya pada punggung sang kakak. "Maaf juga... Karena Yujin membentak... Kakak?"

Tawa kecil Jeonghan terdengar di sela isak tangisnya. "Yujin tidak salah, kok. Yujin juga berhak marah saat Kak Jeonghan salah," katanya.

Jeonghan tidak menyangka bahwa hari ini akan tiba, hari dimana mereka kembali berkumpul sebagai saudara, sebagai satu keluarga. Keegoisannya dulu seakan membutakan mata Jeonghan. Membuatnya lari dari masalah dan beranggapan bahwa apa yang dilakukannya benar tanpa memikirkan perasaan saudaranya. Dan kini Jeonghan baru sadar bahwa seharusnya ia tak perlu lari bagai seorang pengecut, lantaran tidak ada yang menyalahkannya. Semuanya murni karena takdir. Dirinyalah yang tak mau menerima takdir itu dan malah menyalahkan diri sendiri.

Longing Melodic [ Zhang Hao ft. Yujin ZB1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang