Zhang Hao kecil buta bahasa Korea. Namun, bagi keluarga Sung, memperkerjakan seorang penerjemah sekaligus pengajar bahasa Korea adalah hal mudah. Zhang Hao adalah anak pintar. Setahun belajar bahasa Korea, bocah laki-laki kelahiran China ini sudah mahir. Bahkan sudah bisa menanggapi celoteh adiknya yang bernama Sung Hanbin dengan riang."Mulai sekarang, panggil kami Ayah dan Ibu. Nama China mu kami ganti menjadi Sung Jeonghan. Sekarang, saat orang bertanya tentang siapa namamu, jawab saja 'namaku Sung Jeonghan' begitu, ya?" ini adalah ucapan Ibunya saat itu.
Keluarga Sung menjadi sebuah keluarga yang utuh pada akhirnya. Hanbin juga sudah dibiasakan untuk memanggil Zhang Hao dengan 'Kakak' ataupun 'Kak Jeonghan'.
"Kakak! Hanbin tidak bisa membukanya." Dengan wajah cemberut, Hanbin menyerahkan permennya yang masih terbungkus plastik.
"Ya sudah, sini, Kakak bukakan." Zhang Hao menerimanya dengan senang hati.
Ayah dan Ibu Sung bahagia melihat anak angkatnya begitu disayangi oleh putra mereka. Kini, Hanbin menjadi lebih lengket dengan Jeonghan. Apa-apa Kak Jeonghan. Ini itu Kak Jeonghan. Dimanapun dia berada, pasti selalu didampingi Kak Jeonghan.
Pagi itu, Hanbin ingat bahwa hari ini adalah ulang tahun sang ibunda. Jadi, sebelum kedua orang tuanya bangun, Hanbin sudah terjaga sejak pukul empat dini hari dan berjalan mengendap-endap menuju kamar sang kakak.
Cuaca yang dingin membuat Jeonghan betah bergelung dalam selimut. Namun, kegiatan itu harus terganggu oleh Hanbin yang menggoyang-goyangkan tubuhnya agar ia bangun. Dengan mata yang sedikit terbuka akibat tak bisa menahan kantuk, Jeonghan menatap adiknya.
"Ada apa Hanbin? Tidak bisa tidur?"
Hanbin kecil menggeleng cepat. Tangan kecilnya saling meremat. "Aku mau bicara dengan Kakak."
Jeonghan mengucek matanya agar terbuka lebih lebar, lantas bangkit untuk duduk. Ia menggeser tubuhnya untuk menyibak selimut kemudian menepuk kasurnya. "Naik ke sini. Lantainya memang hangat, tapi Kakak tidak mau kau kedinginan. Sini, duduk dan bicarakan apa yang mau kau katakan."
Seraya menunggu adiknya naik ke atas ranjang, Jeonghan melirik jam weker di atas nakas. Pukul setengah lima pagi. Apa yang dilakukan adiknya itu di waktu sepagi ini?
"Jadi...? Apa yang mau Hanbin katakan pada Kak Jeonghan?" tanya Jeonghan. Tangannya terulur menyelimuti kaki kecil Hanbin.
"Hari ini ulang tahunnya Ibu. Hanbin mau memetik bunga untuk Ibu di taman samping rumah nanti. Kak Jeonghan mau, kan, menemani Hanbin?"
Jeonghan mengangguk. "Tentu. Tapi setelah jam pulang sekolah ya. Hari ini, kan, kita masih sekolah."
Hanbin mengangguk antusias. Lantas memeluk erat Jeonghan serta menyempatkan diri untuk mencium sebelah pipi sang kakak. "Muah! Aku sayang Kakak."
--✨---✨--
Sesuai janjinya pagi tadi, usai pulang sekolah, Hanbin yang tak sabaran langsung menarik kakaknya. Keduanya pergi ke taman samping rumah untuk memetik bunga-bunga khas musim gugur yang mekar. Padahal Jeonghan baru saja pulang dan mengganti seragamnya menjadi pakaian rumahan. Inginnya, sih, beristirahat. Sebab di sekolah hari ini Jeonghan punya kegiatan yang cukup padat walaupun baru duduk di bangku kelas satu sekolah dasar. Bertemu teman-teman baru itu sangat melelahkan, bung.
"Sabar dulu, Hanbin!" Jeonghan nyaris tak bisa mengimbangi langkah adiknya. Apalagi dia belum makan siang ini. Tenaganya sudah terkuras habis untuk mengejar Hanbin yang berlari kencang di depan sana. "Hanbin! Hati-hati! Kau bisa jatuh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Longing Melodic [ Zhang Hao ft. Yujin ZB1]
FanfictionMelodi kerinduan ini membuatku tersiksa. Sebab, aku tidak tahu siapa yang ku rindukan. Dia, yang selalu muncul dalam mimpiku, terlalu asing untuk dikenal. Apalagi untuk tahu namanya, itu sangat sulit. Dia bagaikan manusia di balik kabut yang sulit d...