24. Tell me

185 28 0
                                    

Pagi harinya.

Hanbin kira, dengan penjelasan yang diberikannya tempo hari, Yujin akan segera memintanya untuk membawa Jeonghan pulang ke rumah. Tapi, perkiraannya salah. Yujin masih berpikir lagi. Dan tak mengatakan apa-apa soal Jeonghan padanya. Ternyata... Memaafkan orang memang sesulit itu.

Hanbin mengerti, kok. Dia juga tidak akan memaksa Yujin untuk segera memaafkan Jeonghan. Sementara ini biarkan saja si bungsu berpikir.

Sementara bagi Yujin, bukannya ia tidak mau memaafkan Jeonghan. Tapi... Ia harus menyiapkan hati. Kedatangan Jeonghan ke rumah terlalu asing baginya. Jika saja ingatannya soal Jeonghan seluruhnya kembali, Yujin rasa, ia tidak akan secanggung ini tatkala berhadapan dengan kakak sulungnya itu.

Usia Yujin memang sudah peralihan menuju dewasa. Belakangan ini ia jadi banyak berpikir panjang sebelum memutuskan sesuatu. Dan memutuskan untuk menerima Jeonghan atau tidak, itu masih Yujin pertimbangkan. Terkadang Yujin menyalahkan pemikiran Jeonghan dulu. Kalau boleh mengejek, maka Yujin akan mengatai  Jeonghan 'bodoh'. Untuk apa lari dari kenyataan padahal itu bukan kesalahannya?

"Memikirkan apa, hm?"

Yujin seketika itu juga tersadar dari lamunan kala sebuah tepukan halus mendarat di kepalanya. Itu Sung Hanbin, kakaknya, yang mengambil tempat di seberang meja makan. Ia menggeleng. "Bukan apa-apa. Kak Hanbin tidak sarapan?"

Yang lebih tua menggelengkan kepala. "Nanti saja, belum lapar. Kau memikirkan apa, Yujin? Kak Jeonghan?"

"Ya... Sedikit?"

"Tidak perlu terburu-buru. Kakak tahu kau masih sakit hati padanya, kan?"

Yujin terdiam. Tak menjawab. Namun tiba-tiba menatap Hanbin serius. "Kak Jeonghan itu seperti apa sifatnya? Dan apa yang harus ku lakukan saat bertemu dengannya?"

Rahang Hanbin jatuh ke bawah mendengar itu. "Ha?"

Melihat kakaknya kebingungan, Yujin menghela napas panjang. "Tidak ada salahnya untuk memaafkan dia, kan? Sebagai makhluk, kita lebih kecil di hadapan Tuhan. Tuhan saja memaafkan kesalahan umatnya, lantas, apakah kita sebagai manusia tidak akan memaafkan kesalahan manusia lainnya?"







--✨---✨--

Malam hari.

"Entahlah, kalau boleh jujur, sebenarnya Kakak juga sakit hati pada Kak Jeonghan," papar Hanbin

Keduanya saat ini sedang duduk di ruang keluarga untuk menonton tayangan drama di televisi. Hanbin duduk pada sofa sembari memangku mangkuk berisi ubi panggang dengan tangan sibuk mengupas kulit umbi-umbian itu. Sementara Yujin duduk di bawah beralaskan karpet tebal sembari memakan ubi panggang yang telah dikupas.

"Maksudnya?"

"Karena Kak Jeonghan egois dan seenaknya sendiri. Dia bahkan tak memikirkan perasaanku. Padahal Ayah dan Ibu baru dikremasi saat itu," ungkap Hanbin.

"Kak Hanbin pasti menangis," tebak Yujin.

Hanbin mengangguk. "Itu sudah pasti. Siapa yang tidak akan sedih saat tahu akan ditinggalkan? Kakak baru saja kehilangan Ayah dan Ibu, sementara kau koma. Dan Kak Hanbin harus mengurusmu sendirian. Kepala Kak Hanbin rasanya ingin meledak, Yujin."

Keduanya sama-sama menghela napas panjang.

"Tapi mau bagaimanapun semuanya sudah berlalu. Marah pada Kak Jeonghan pun tidak ada gunanya," sambung Hanbin. Melahap bagian atas ubi panggang yang telah dikupas sebelumnya. "Kau tahu, dia sadar bahwa dia harus pulang karena Kak Hanbin marah padanya."

Longing Melodic [ Zhang Hao ft. Yujin ZB1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang