07. A Memorial Day (1)

220 29 0
                                    


Di pintu kedatangan, Zhang Hao mengedarkan pandangan. Mencari keberadaan sepupunya yang katanya telah tiba untuk menjemput.

"Tang Ge! Di sini!"

Mengenali suara sepupunya, Zhang Hao menolehkan kepala ke kanan, dan mendapati Shuaibo melambaikan tangan dengan senyum terkembang. Ia lantas membawa kakinya melangkah mendekat. Kemudian, mereka berdua keluar dari sana dan mencari lokasi tempat mobil Shuaibo terparkir.

Setelah menemukan lokasi mobilnya, keduanya masuk dan berkendara menuju rumah Shuaibo, yang merupakan rumah utama bagi keluarga Zhang. Sekalipun Zhang Hao sekarang bukan warga negara China lagi, akan tetapi, darah keluarga Zhang tetap mengalir di tubuhnya. Itu tetaplah rumah keluarga besarnya.

"Apakah Paman dan Bibi yang tinggal di Beijing dan Shanghai sudah tiba, Didi?"

Shuaibo agak terkejut mendengarnya. Namun, ia tetap menjawab. "Baru Paman dan Bibi yang tinggal di Shanghai yang datang. Yang tinggal di Beijing belum sampai, katanya akan tiba nanti sore."

Zhang Hao manggut-manggut. Sebenarnya ia ragu apakah keputusannya benar untuk mengikuti peringatan di rumah keluarga besarnya. Tetapi, apakah paman dan bibinya akan tetap bersikap kejam padanya setelah beberapa tahun lamanya ia pergi?

Jika terjadi lagi, maka ini akan menjadi yang terakhir kali Zhang Hao berkunjung ke Liaoning. Setelahnya, ia akan menolak dengan keras. Zhang Hao tidak peduli lagi.

"Oh iya, Ge. Paman dan Bibi Cai juga datang. Aku akan meminta mereka membuatkan Chaofan* nanti. Bukankah kedengarannya enak?"

Zhang Hao menatap Shuaibo terkejut. "Paman dan bibi Cai? Mengapa mereka juga datang? Bagaimana jika mereka diperlakukan dengan jahat seperti saat kita masih kecil dulu?"

Bohong bila Zhang Hao tidak mengingat kejadian itu. Sekalipun saat itu usianya baru menginjak 4 tahun, ia masih mengingat jelas bagaimana paman dan bibi Cai diperlakukan bagai pelayan. Memang benar bila sesuai urutan, keluarga mereka adalah yang paling muda. Sebab, bibi Cai adalah adik bungsu ayahnya. Namun tetap saja harusnya mereka tidak diperlakukan seperti itu.

Waktu itu, mereka baru saja dikaruniai satu putra berusia setahun. Hal lumrah bila mereka berkunjung ke kediaman utama saat ada penghormatan untuk leluhur. Akan tetapi, alih-alih mendapatkan perlakuan baik, bibi Cai malah diperbudak. Mereka --- adik ayahnya yang lain --- seenaknya menyuruh beliau untuk memasak semua hidangan, membersihkan rumah, dan lain-lain tanpa bantuan.

Kebetulan, Zhang Hao ditinggalkan di sana bersama Shuaibo, sebab orang tua mereka memiliki beberapa urusan di luar. Karena, jika ayah Zhang Hao ada di rumah, maka beliau tidak akan membiarkan adik bungsunya diperlakukan seperti itu. Ingin mengadu pun, Zhang Hao belum paham caranya menggunakan telepon rumah.

Kemudian, karena melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan, bibi Cai tidak dapat menyelesaikannya tepat waktu. Semua pekerjaan belum selesai kala ayah Zhang Hao dan ayah Shuaibo tiba di rumah. Mengetahui adik bungsu mereka diperlakukan seperti itu, keduanya marah dan membentak keras paman dan bibi yang tinggal di Beijing dan Shanghai. Hal itu memicu pertengkaran, sebab mereka tidak mau mengalah. Bahkan, bibi yang tinggal di Beijing tega berkata, "Sudah seharusnya dia diperlakukan seperti itu. Bukankah sejak kecil dia sudah terlalu dimanjakan? Sekarang setelah menikah, harusnya dia lebih sadar diri dan tidak terima enaknya saja. Dia juga harus merasakan mengurus peringatan seperti ini."

Namun, sepertinya mereka lupa, bahwa kesehatan bibi Cai memang tidak baik sejak kecil. Jika kelelahan, bibi Cai akan sesak napas.

"Mengerjakan pekerjaan tidak akan membuatnya mati. Jadi, Gege jangan melebih-lebihkan." Ini ucapan bibi yang tinggal di Shanghai.

Longing Melodic [ Zhang Hao ft. Yujin ZB1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang