Cuaca di luar cukup berangin. Angin yang semilir menusuk kulit sebab sudah pertengahan musim gugur. Daun-daun mulai memerah dan sebagian yang lain menguning. Sebentar lagi pasti mereka akan berguguran memenuhi jalanan. Hanbin mengeratkan mantel panjang yang membalut tubuhnya. Kemudian memasang sepatu boot yang tingginya berada di atas mata kaki agar kakinya hangat selama perjalanan nanti."Kakak yakin mau menjemput Kak Park Hanbin di cuaca seperti ini?" tanya Yujin yang menyembul dari balik punggung sang kakak. Raut wajahnya khawatir. "Apa tidak sebaiknya Kakak suruh saja dia naik taksi?"
Hanbin menggeleng pelan. "Naik taksi sama saja, lebih baik ku jemput menggunakan mobil. Tidak perlu membayar ongkos. Eh? Ongkosnya nanti ku suruh saja dia membeli kue, ide bagus!"
Sudut bibir Yujin terangkat. Kakaknya tampak lebih ceria dibanding sebelumnya. Sebab, usai kejadian jendela pecah juga bangkai kucing yang diletakkan di depan rumah, Hanbin terlihat banyak pikiran. Beberapa kali pula berselisih paham dengan Jiwoong soal hal sepele. Permasalahan ini seakan menghantui pikiran Hanbin, membuat sang kakak kelihatan linglung.
"Nanti mampir ke The Sweet Blood Cafe saja, Kak. Minta Kak Park Hanbin untuk membeli banyak kue di sana," perintah Yujin.
Benar juga. Hanbin menjentikkan jari. "Kau benar, baiklah, terima kasih idenya," tukasnya. Lantas bangkit seraya menghadap Yujin. "Kau... Benar tidak apa-apa ditinggal sendirian di rumah?"
Yujin mengerjap polos. Memangnya apa yang salah dengan ditinggal sendirian di rumah? Itu artinya dia memiliki lebih banyak kesempatan untuk mencuri album foto dari laci kamar Hanbin. Tapi mana mungkin Yujin mengatakan itu. Jadilah ia membalas, "Tidak apa-apa. Tenang saja, Kak. Aku sekarang sudah sembuh. Jika ada pencuri, aku akan memukulnya dengan panci besar milikmu sampai pingsan."
Tawa renyah Hanbin lolos mendengar kelakar Yujin. Adiknya ini memang ada-ada saja. "Baiklah," katanya. Kemudian mengusap puncak kepala Yujin. "Kakak berangkat dulu. Jika butuh sesuatu, Kakak meninggalkan ponsel di atas nakas kamar."
"Iyaa. Sudah sana, segera berangkat." Yujin membuat gestur mengusir.
Hanbin lantas meraih kunci mobilnya dan berjalan keluar rumah. Ia menyempatkan diri melambai pada Yujin.
"Hati-hati! Jangan mengebut, Kak!"
--✨---✨--
Zhang Hao sebenarnya malas mengikuti acara makan malam bersama seperti ini. Ya, walaupun makan malam ini diadakan dalam rangka merayakan kesuksesan yang diraih oleh perusahaan, tetap saja, membosankan. Ia menumpu dagunya pada telapak tangan seraya mengamati rekan kerjanya yang bicaranya sudah tidak jelas, melantur ke sana-sini lantaran terlalu banyak menenggak minuman keras.
Dari sekitar dua puluh orang karyawan, yang masih waras hanya tersisa sembilan orang. Nyaris separuhnya sudah tak berdaya. Zhang Hao adalah salah satu dari mereka yang masih sadar. Gelas berisi wine kualitas terbaik yang dituangkan oleh Tuan Shen baru berkurang sedikit. Zhang Hao meminumnya hanya untuk menghormati beliau yang sudah mau memberinya pekerjaan tetap.
"Jeonghan, lihat si Yihan, kelihatannya dia sangat stress." Salah satu rekan kerjanya menepuk bahu Zhang Hao.
Mau tak mau, Zhang Hao mengalihkan pandangan pada salah satu juniornya di kantor itu. Yang tampak terkikik sembari menuang kembali minuman keras ke dalam gelasnya. Mulutnya meracau tak jelas.
"Aku harusnya mati... hik! Aku tidak pantas hidup enak seperti ini... hahaha...." kira-kira, inilah racauan yang bisa Zhang Hao tangkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Longing Melodic [ Zhang Hao ft. Yujin ZB1]
FanfictionMelodi kerinduan ini membuatku tersiksa. Sebab, aku tidak tahu siapa yang ku rindukan. Dia, yang selalu muncul dalam mimpiku, terlalu asing untuk dikenal. Apalagi untuk tahu namanya, itu sangat sulit. Dia bagaikan manusia di balik kabut yang sulit d...