15. I need a warm hug

189 28 2
                                    


Yujin tidak tahu apa yang merasuki pikirannya hingga nekat keluar dari rumah malam-malam begini. Tapi yang pasti, Yujin kecewa berat pada Hanbin. Kakaknya itu tega menyembunyikan fakta bahwa mereka masih punya seorang kakak. Hanbin tak pernah menyebut-nyebut namanya satu kali pun, seakan kehadiran sang kakak pertama tidak ada artinya di rumah keluarga Sung.

Udara dingin berhembus membelai kulit Yujin yang hanya terbalut setelan celana kain dan kaos panjang tipis. Ia duduk sendirian di kursi halte. Kelihatan menyedihkan dengan mata memerah, punggung menggendong tas, dan kaki yang tak terbalut sepatu hangat.

"Nak, mau kemana malam-malam seperti ini? Kabur dari rumah, ya?"

Dicerca pertanyaan seperti itu oleh seorang wanita paruh baya berpakaian kantoran, Yujin tersenyum tipis. "Saya menunggu dijemput Kakak saya karena ada urusan mendadak."

Tahu bahwa dirinya kelewat batas, si wanita paruh baya tertawa canggung. "Ah -ha... Begitu rupanya."

Tak lama kemudian, sebuah bus berhenti di depan halte. Dengan terburu wanita itu masuk ke dalamnya dan bus melaju meninggalkan Yujin yang kembali sendirian. Yujin mendesah kecewa dalam hati. Mengapa kepalanya tidak berpikir jernih sebelum memutuskan untuk pergi dari rumah? Harusnya tadi ia masih sempat membawa sepotong pakaian hangat.

Sial. Hawa musim gugur memang tak bisa dibohongi. Angin lebih banyak berhembus membawa udara dingin menusuk kulit. Yujin sampai harus menggosok lengannya agar tak terlalu kedinginan. Kalau sudah seperti ini, siapa yang mau disalahkan? Mau kembali ke rumah, Yujin sudah kepalang basah sampai di sini. Ia harus menjawab apa jika Hanbin menanyainya?

"Yujin! SUNG YUJIN! ITU KAU, KAN?!"

Yujin mengangkat pandangan kala seseorang memanggil namanya dengan lantang. Dari kejauhan terlihat ada kepala menyembul dari jendela mobil. Dari potongan rambutnya saja Yujin sudah tahu siapa dia. Kim Jiwoong. Orang yang paling ia sayangi melebihi rasa sayangnya pada Hanbin.

Mobil SUV milik Jiwoong menepi. Yujin bisa melihat bahwa laki-laki berusia dua puluh lima tahun itu buru-buru membuka pintu mobil dan berlari menghampirinya.

Jiwoong mengusap kepala dan pipinya menggunakan telapak tangan. "Astaga, pipimu sampai dingin seperti ini," lirihnya. Memindai Yujin dari atas ke bawah. "Sudah berapa lama kau di sini?"

Gelengan kepala didapat Jiwoong sebagai jawaban. Jiwoong mengembuskan napas kasar. Lantas melepas bagian luar jasnya dan menyampirkannya pada bahu Yujin. Dipegangnya kedua bahu yang lebih muda, sebelum ia berkata, "Baiklah, kau tidak mau memberitahuku. Tapi sebaiknya untuk sekarang kau ku antar pulang ---

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Jiwoong berhasil dibuat tercenung kala Yujin melingkarkan tangan pada perutnya. Setelahnya, Jiwoong mendengar isakan pelan. Yujin menangis.

"Aku tidak mau pulang...," cicitnya.

Jiwoong membalas pelukan Yujin. Rasa khawatir sekaligus penasaran bersarang di hatinya saat itu juga. "Yujin, ada apa?"



--✨---✨--


Pikiran Hanbin langsung bercabang kemana-mana usai menerima panggilan dari Jiwoong. Namun, tidak ada yang bisa ia lakukan selain diam. Jiwoong melarangnya untuk menemui Yujin sebelum Jiwoong tahu alasan di balik kaburnya sang adik dari rumah.  Tapi tetap saja! Hanbin tidak bisa tidak merasa khawatir.

Hanbin menggigit jari. Cemas melanda disela banyaknya spekulasi yang mulai memenuhi pikirannya. Tiba-tiba, Hanbin teringat sesuatu. Apakah kaburnya Yujin berhubungan dengan album foto yang hilang dari laci nakas kamarnya? Atau... Tanpa sepengetahuannya Yujin membuka kamar milik orangtuanya dan menemukan sesuatu?

Longing Melodic [ Zhang Hao ft. Yujin ZB1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang