"Bagaimana Yujin?"Hanbin melirik pintu kamar Yujin yang masih tertutup rapat sejak kemarin malam. "Dia belum keluar."
"Oh... Ya sudah, tidak apa-apa."
"Maafkan aku, Kak Jeonghan. Ini salahku. Aku tidak bisa membujuk Yujin," ungkap Hanbin putus asa.
"Tidak apa-apa, Hanbin. Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Yujin masih butuh waktu. Biarkan saja dulu. Aku tidak apa-apa, kok," kata Jeonghan menenangkan. Lantas mengalihkan pembicaraan sebelum keduanya makin larut dalam keputusasaan. "Kau sudah sarapan?"
"Belum. Kak Jeonghan sendiri?"
"Oh, tentunya sudah. Di hotel ada banyak makanan enak, aku tergiur dan makan melebihi batas ku pagi ini."
"Aku jadi ingin ke sana."
"Jangan kemari, Hanbin. Yujin akan semakin marah padaku nanti."
Hanbin membenarkan perkataan Jeonghan dalam hati. Yujin akan terluka jika sampai dirinya pergi menemui Jeonghan. Dan harapan untuk memperbaiki hubungan keduanya akan pupus.
"Segeralah sarapan. Tak baik menundanya. Hari ini kau masih harus bekerja di kantor, kan?"
"Sebenarnya tidak, aku meminta cuti sehari pada Kak Jiwoong," kata Hanbin. Melangkah menuju lemari penyimpanan makanan dan mengambil sekotak sereal. Kemudian mencari sekotak susu pada rak kulkas. Lantas meletakkan keduanya ke atas meja sebelum mencari mangkuk dan sendok. "Aku akan bicara sambil sarapan sereal, Kak."
"Awas, hati-hati. Nanti ponselmu tercebur ke susu."
Hanbin terkekeh. "Tidak akan, aku mengapitnya menggunakan bahu dan telingaku."
"Tetap saja. Kakak masih ingat saat kecil kau selalu memasukkan mobil-mobilanmu ke dalam mangkuk sereal."
"Kakak masih mengingatnya?"
"Siapa yang tidak akan ingat? Kau itu bocah paling badung yang pernah Kakak rawat. Untungnya Yujin tidak seperti itu, dia lebih pendiam darimu."
Sementara Hanbin sibuk bertelepon di dapur sembari sarapan, Yujin memanfaatkan kesempatan ini untuk keluar dari kamar. Ia sudah tidak bisa menahan lapar lagi. Perutnya meronta-ronta meminta diisi makanan. Jadilah Yujin menunggu di balik tembok, agar setelah Hanbin selesai sarapan, dia bisa menyelinap dan mengambil makanan dari kulkas.
Tapi Hanbin makan dengan sangat lambat. Lantaran saat akan menyendok, dia sibuk menjawab seseorang yang meneleponnya.
"Kakak ingat dulu kita selalu dimarahi Ibu saat Yujin jatuh dan terluka?"
"Ingat, lah. Kakak yang paling banyak mendapat omelan dari Ibu. Tapi sebenarnya tidak apa-apa, karena memang salah Kakak membiarkan Yujin sampai terluka seperti itu." Jeda sejenak sebelum Jeonghan melanjutkan, "Kalau Ibu tahu aku meninggalkan Yujin dan membebankan semuanya padamu seperti ini, beliau pasti akan sangat marah padaku."
"Tidak akan marah, jika kita pergi ke kolumbarium bersama dan meminta maaf pada Ayah dan Ibu."
"Itu masih lama, Hanbin."
"Jika Yujin sudah luluh, tidak akan lama lagi, Kak."
"Tapi kapan?"
--✨---✨--
"Jadi bagaimana?"
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Jiwoong dibalas Jeonghan dengan dengusan malas. "Baru juga sehari, Kak. Mana bisa Hanbin secepat itu membujuk Yujin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Longing Melodic [ Zhang Hao ft. Yujin ZB1]
FanfictionMelodi kerinduan ini membuatku tersiksa. Sebab, aku tidak tahu siapa yang ku rindukan. Dia, yang selalu muncul dalam mimpiku, terlalu asing untuk dikenal. Apalagi untuk tahu namanya, itu sangat sulit. Dia bagaikan manusia di balik kabut yang sulit d...