"Ini yang kau gambar untuk kami?"
Hanbin dan Jeonghan tak kuasa menahan senyum melihat hasil lukisan yang ditunjukkan Yujin pada mereka. Yaitu tiga orang laki-laki berpakaian putih yang saling berpegangan tangan dan berjalan bersama di atas jalan yang pada kanan-kirinya terdapat bunga Lily of the Valley kesukaan Hanbin. Sementara pada bagian langitnya ada kembang api dan gemerlap bintang.
"Maaf kalau sedikit kacau," ucap Yujin lesu. Sedetik kemudian, ia malah marah-marah. "Kalau bukan karena Kak Gunwook yang mengacau, aku akan menambahkan detail di semua gambar kita! Tapi dia malah sibuk mencoleki pipiku dengan cat air saat aku melukis! Ish! Boleh tidak sih aku mengutuk dia jadi beruang bau?!"
"Hei, kata siapa kacau?" Hanbin mengembangkan senyum seraya melirik Jeonghan. "Ini sudah bagus kan, Kak?"
Yang ditanya menganggukkan kepala. "Iya, Hanbin benar, Yujin. Lukisanmu sudah bagus. Dan kalau boleh menasehati, kurang-kurangilah bertengkar dengan Gunwook, ya?"
Mendengar nasehat yang diberikan Jeonghan, Yujin seketika melengos. Kalau saja Gunwook itu pendiam dan tidak usil, yakinlah Yujin tidak akan bertengkar setiap hari dengan sepupunya itu. Tapi, tiap kali ia di sekolah, Gunwook selalu menyempatkan menghampirinya untuk sekadar mengajak makan siang bersama dan mencubit pipinya saat sedang mengunyah makanan. Bukankah itu sangat menyebalkan?
Di rumah pun sama saja. Kadang sepekan sekali Gunwook akan berkunjung dan menjadi tutor dadakan bagi Yujin (di sekolah, Gunwook adalah siswa berprestasi. Piagam, medali, serta pialanya sangat banyak karena mengikuti ratusan lomba akademik) yang sudah banyak lupa tentang materi yang diajarkan Taerae selama home schooling. Kendati sedang belajar, Gunwook akan menjahilinya. Pemuda serupa beruang besar itu akan menusuk-nusukkan bolpoin pada pipi Yujin, atau kadang terlalu fokus mengamati wajah sang sepupu sampai Yujin salah tingkah sendiri karena ditatap terlalu lama seakan ia adalah sebuah mahakarya. Dan itu kadang membuahkan pertengkaran. Yujin yang kepalang kesal akan memekik, kemudian mengejar dan berupaya memukul Gunwook dengan buku fisika dan kimia yang tebal.
Namun demi menyenangkan kedua kakaknya ia mengangguk. "Ya, baiklah. Tapi aku tidak berjanji."
Yang artinya, masih ada kemungkinan bungsu keluarga Sung itu akan kembali bertengkar dengan Gunwook.
"Oh, katanya Park Hanbin, Gunwook mendapat nilai tinggi di ujian akhir," ujar Hanbin.
"Impiannya kan masuk Universitas Seoul," sahut Yujin. "Tapi melihat nilainya, dia pasti berhasil. Aku yakin itu."
Jeonghan terkekeh geli melihatnya. Ya, hubungan antara Yujin dan Gunwook memang seperti anjing dan kucing. Kadangkala ada akurnya dan kadang tidak. "Kalau kau, sudah punya rencana ingin ke perguruan tinggi yang mana?"
"Wah itu masih jauh, Kak Jeonghan. Aku baru mau naik kelas sebelas tahun ini."
"Lho? Tidak apa-apa kalau sudah punya gambaran ingin kemana. Biar aku dan Kak Jeonghan bisa bersiap-siap." Hanbin mengelus kepala Yujin sayang.
"Kalau ke luar negeri, apakah boleh?"
--✨---✨--
Empat tahun kemudian.
Sembari memandangi lukisan yang terpajang pada dinding, Jeonghan menyeruput secangkir kopinya pagi ini. Tak banyak yang berubah setelah empat tahun berlalu selain ia yang telah berumah tangga, begitu pula dengan Hanbin. Sementara Yujin pergi berkuliah ke Amerika Serikat dan tinggal bersama Matthew.
"Selamat pagi, Baba."
Tiba-tiba saja, sepasang lengan kecil memeluk kakinya yang terbalut celana piama. Jeonghan menunduk sembari mengulas senyum. Mendapati bila putra semata wayangnya sedang tersenyum seraya memandanginya dengan binar mata cerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Longing Melodic [ Zhang Hao ft. Yujin ZB1]
FanfictionMelodi kerinduan ini membuatku tersiksa. Sebab, aku tidak tahu siapa yang ku rindukan. Dia, yang selalu muncul dalam mimpiku, terlalu asing untuk dikenal. Apalagi untuk tahu namanya, itu sangat sulit. Dia bagaikan manusia di balik kabut yang sulit d...