16. Which is wasted

181 28 2
                                    


Zhang Hao kecil hanyalah anak lemah yang berlindung di belakang kaki orang tuanya. Jadi, saat tiba-tiba saja tahu bahwa kedua orang tuanya meninggal dunia, Zhang Hao hanya mampu menangis tersedu-sedu hingga kesulitan bernapas.

Di hari pemakaman ayah dan ibunya, yang Zhang Hao lakukan adalah memegang dua buah pigura foto dengan mata membengkak dan wajah kuyu. Tak ada yang menemaninya kecuali Paman Huanxi. Bibi Hua tidak datang dan hanya mengirimkan buket bunga. Sementara bibinya yang lain sibuk berdebat tentang sesuatu. Firasat  Zhang Hao kecil berkata akan ada sesuatu di antara paman dan bibinya menyangkut soal dimana dirinya akan tinggal nanti.

Dan benar saja. Kala prosesi pemakaman telah rampung, Zhang Hao dibawa pulang oleh paman Huanxi ke rumah utama di Liaoning. Di rumah utama, paman dan bibi-bibinya bertengkar hebat. Yeye dan Nainai entah pergi kemana, mungkin beristirahat karena lelah menangisi kepergian anak sulung mereka. Zhang Hao hanya mampu berdiri di sudut ruangan seraya berusaha menulikan pendengaran dari adu mulut bibi Heqian dengan paman Huanxi.

"Aku sudah berjanji pada Gege untuk menjaga Zhang Hao seperti anakku sendiri!" intonasi suara paman Huanxi meninggi.

"Dia hanya akan menyusahkan kita, Ge! Kalau kita merawatnya, kita akan habis banyak biaya! Belum tentu juga dia bisa mengembalikan uang yang kita keluarkan untuknya." Bibi Heqian mengeluarkan argumentasinya.

Paman Huanxi meremas rambutnya frustrasi. "Semua itu tergantung ketulusan, Mei! Aku tulus ingin menjaganya seperti pesan terakhir dari Huan Ge. Kalau kau tidak mau, ya sudah, biar aku saja yang merawat Zhang Hao di sini."

Akan tetapi, alih-alih diam, bibi Heqian dan Hexiang kian menyudutkan paman Huanxi.

"Oh, aku tahu. Gege berkata seperti ini karena ingin menguasai harta peninggalan Huan Ge, kan?" tuduh bibi Hexiang.

Bibi Heqian melipat tangannya di depan dada. "Katakan saja, Ge. Tak perlu bertele-tele. Kita semua tahu bahwa harta peninggalan Huan Ge lebih dari cukup untuk membiayai Zhang Hao sampai lulus perguruan tinggi. Tidak mungkin, kan, Gege melepaskan kesempatan ini begitu saja."

"Apa maksudmu!" Paman Huanxi berteriak marah.  "Jangan sembarangan bicara!"

Sementara itu, bibi Hexiang tersenyum miring. "Bagaimana kalau kita bagi tiga saja hartanya?"

Bibi Heqian melirik adiknya bingung. "Lalu, bagaimana dengan Zhang Hao?"

Bibi Hexiang menjentikkan jari. "Kita buang dia ke panti asuhan. Ide bagus, bukan?"





--✨---✨--


Selama ini Zhang Hao percaya bahwa paman dan bibinya adalah orang baik. Namun, kepercayaan itu sirna. Hilang tak bersisa tatkala Zhang Hao tahu hidupnya tak lagi berharga bagi keluarganya sendiri. Paman dan bibinya tega membuangnya ke panti asuhan jauh di Shanghai padahal belum genap seminggu dari kepergian orangtuanya. Zhang Hao hanya anak kecil. Ia bisa apa selain pasrah menerima keadaan?

Mungkin sudah takdirnya seperti ini. Tuhan tahu mana yang terbaik untuk hamba-Nya. Sudah digariskan oleh Tuhan, bahwa di hari kedua usai kematian ibu dan ayahnya, Zhang Hao harus pergi jauh untuk tinggal di sini, di panti asuhan. Mungkin jika Yeye dan Nainai bertanya soal keberadaannya pada paman dan bibinya, mereka akan berkata bahwa Zhang Hao sudah mati.

"Anak-anak, hari ini kita punya teman baru."

Suara lembut ibu panti membuyarkan lamunan Zhang Hao. Ia mengedarkan pandangan. Mendapati bahwa seluruh anak-anak panti asuhan menatapnya dengan tatapan berbinar dan senyum mengembang.

Longing Melodic [ Zhang Hao ft. Yujin ZB1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang