Di jam makan siang yang padat ini, Hanbin harus rela terjebak dalam suasana panas membara. Ia memenuhi panggilan dari ayah Gyuvin, Tuan Kim Seonggyu, untuk datang ke kantornya yang berada di Gyeonggi-do. Sebab, ada urusan genting yang harus ia selesaikan dengan orang-orang tamak.Kali ini siapa lagi? Hanbin membatin kesal dalam hati seraya mempercepat langkahnya. Ponsel di genggamannya tak berhenti bergetar, berkali-kali ditelepon oleh Gyuvin karena mungkin saja keadaan mulai tidak kondusif. Hanbin berhenti pada meja resepsionis.
"Maaf, saat ini Tuan Seonggyu ada di mana, ya? Saya ada janji temu dengan beliau."
Wanita penjaga resepsionis memeriksa komputernya sejenak, kemudian mengangkat wajahnya. "Beliau berada di lantai tujuh. Dari sini, Anda bisa naik menggunakan lift di ujung sana. Tuan Seonggyu ada di ruangan tepat di samping lift."
Hanbin menggumamkan kata terima kasih pada si resepsionis, kemudian melesat pergi untuk masuk ke dalam lift. Ia diburu waktu. Di dalam lift, panggilan dari Gyuvin kembali masuk ke dalam ponselnya. Hanbin langsung mengangkatnya.
"Hal ---
"Kau ini dimana, Kak?! Kepalaku rasanya mau pecah menghadapi mereka! Cepatlah kemari!"
"Sabar sebentar! Aku masih berada di lift!" Mendengar Gyuvin menggerutu seperti itu memantik rasa kesal dalam hati Hanbin. Ia melirik angka yang terpampang pada lift, masih di lantai empat.
"Sialan! Mereka habis makan apa, sih? Mulutnya pedas sekali." Gyuvin masih menggerutu.
"Mana ku tahu!"
"Kau ini naik lift atau siput, Kak? Kenapa lama sekali? Mereka makin menjadi-jadi sekarang!"
Hanbin melirik lagi. Sekarang sudah lantai enam. "Aku hampir sampai."
"Lari! Gunakan kakimu untuk segera berlari!"
"Kakiku tak sepanjang kakimu, bocah!"
Begitu mencapai lantai ke-tujuh, Hanbin memutuskan panggilan telepon secara sepihak. Kemudian berlari kencang. Bukannya berpikiran jernih, sekarang pikirannya malah jadi keruh gara-gara gerutuan Gyuvin. Bocah kelebihan kalsium itu benar-benar mengesalkan!
Namun, sekarang bukan saatnya mengeluh soal Gyuvin, tapi INI! Saat Hanbin masuk ke dalam ruangan, banyak wajah yang ia kenali. Lagi-lagi paman dan bibinya. Sial, apa mereka masih tidak paham? Apa mereka pikir dengan bersikap baik padanya juga Yujin bisa membuatnya luluh dan dengan sukarela memberikan harta peninggalan ayahnya?
Salah satu bibinya mendatangi Hanbin, lantas bersimpuh di depannya sembari mengatupkan telapak tangan.
"Hanbin, Bibi mohon. Bibi tidak tahu harus meminta bantuan kepada siapa. Bibi hanya bisa mengharapkan bantuanmu."
Ini bibi Shin. Entah alasan apa lagi sampai beliau mau-maunya bersimpuh di depan keponakannya sendiri. Sebagai keponakan yang baik, tentu saja Hanbin membantu bibinya agar kembali berdiri. "Ayo berdiri, Bi. Hanbin merasa kurang ajar melihat Bibi bersimpuh di depan Hanbin seperti ini." Ya, walaupun dalam hati ingin sekali Hanbin menjadi keponakan yang kurang ajar.
"Bibi duduklah dulu. Jelaskan dengan perlahan agar Hanbin bisa mengerti apa masalah Bibi," ujar Hanbin. Ia membawa bibinya kembali duduk pada sofa.
Tuan Seonggyu membiarkan Hanbin bertindak. Beliau hanya mengamati gerak-gerik putra sahabatnya itu sembari berpangku tangan.
Setelah semua orang duduk, Bibi Shin mulai bercerita.
"Bibi membutuhkan uang untuk mendaftarkan Inwoo ke perguruan tinggi. Jadi, bibi ke sini untuk meminta bantuan pada Tuan Seonggyu. Tapi dia bilang tidak bisa memberikan bantuan," jelas beliau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Longing Melodic [ Zhang Hao ft. Yujin ZB1]
FanfictionMelodi kerinduan ini membuatku tersiksa. Sebab, aku tidak tahu siapa yang ku rindukan. Dia, yang selalu muncul dalam mimpiku, terlalu asing untuk dikenal. Apalagi untuk tahu namanya, itu sangat sulit. Dia bagaikan manusia di balik kabut yang sulit d...