05. Suspicions are starting to arise

185 34 0
                                    

Yujin tidak tahu kapan, awal mulanya ia merasa curiga pada kakaknya sendiri. Belakangan ini, Hanbin kelihatan sering menelepon seseorang di sela tugasnya membantu latihan berjalan Yujin. Entah saat sarapan, makan siang, ataupun makan malam. Selalu ada yang menelepon.

Eh! TAPI! Siapa tahu saja itu urusan soal pekerjaan? Yujin tahu Hanbin bekerja keras menghasilkan uang untuk menghidupi mereka berdua sejak Ayah dan Ibu meninggal. Juga membayar seluruh biaya perawatannya yang tidak murah.

"Maaf, tapi sepertinya belum bisa jika sekarang. Saya masih harus melakukan banyak urusan."

Dan pagi ini masih sama. Hanbin tampak menjepit ponselnya di antara bahu dan telinga, sementara tangannya memasukkan butir-butir jagung manis pada panci. Entah apa yang dibicarakan, tapi posisi Yujin yang berada di meja makan membuatnya tidak leluasa untuk mencuri dengar. Tapi Yujin bisa menyimpulkan bahwa kakaknya terlibat suatu urusan rumit.

Dari tempatnya duduk, Yujin bisa melihat Hanbin tampak mengangguk-angguk sambil memegang ponselnya di tangan kiri, sedangkan tangan kanannya mengaduk sesuatu di panci menggunakan pengaduk.

"Ah, begitu? Saya rasa lebih baik Anda menyimpannya terlebih dahulu. Saya belum memerlukannya. Lagipula, kami belum bisa berkumpul."

Yujin tidak tahu apa yang dikatakan oleh si penelepon, tapi sepertinya itu membuat Hanbin nanap. Sesuatu seperti menghantam sang kakak dengan tiba-tiba.

"Ya, masih lama untuk itu. Saya kira kami masih butuh waktu."

"Sampai kapan? Saya tidak tahu. Jika mereka masih mengganggu Anda, saya mengizinkan Anda untuk melakukan sesuatu yang lebih jahat. Tidak apa-apa, lagipula mereka bukanlah orang paling berjasa dalam hidup Ayah saya."

"Tidak ada yang bisa saya lakukan selain mengucapkan terima kasih karena telah membantu keluarga saya, Tuan Kim. Saya tidak tahu harus membalas kebaikan Anda dengan apa."

Yang semula ia memiringkan kepala sembari mempertajam pendengaran, kini Yujin langsung berpura-pura menulis sesuatu di buku tugasnya tatkala Hanbin menutup telepon dan membalikkan badannya. Kalau sampai Hanbin tahu ia mencuri dengar, apakah kakaknya itu akan marah?

"Yujin, apakah sudah lapar?"

Sembari mengangkat pandangan takut-takut, Yujin mengangguk.

Hanbin, yang sama sekali tidak curiga dengan tingkah laku Yujin yang nampak resah, hanya memasang senyum tipis. Lalu melangkahkan kaki untuk mengambil mangkuk dan menuang hasil masakan ke dalamnya. Kemudian meletakkan satu mangkuk ke hadapan Yujin.

"Kak Hanbin membuat bubur sayuran hari ini sebagai sarapan. Jika Yujin sedang tidak menginginkan bubur, Kakak akan membeli makanan lain."

"Tidak apa-apa, aku makan ini saja," tolak Yujin halus. Selama ini ia tidak pernah sekalipun menolak masakan Hanbin. Bila sampai Yujin menolak, bagaimana perasaan sang kakak? Yujin tidak mau Hanbin sakit hati.

"Baiklah," balas Hanbin. Ia mengulurkan tangan, lantas menepuk puncak kepala Yujin sebanyak dua kali. Senyum teduh terlukis pada bibirnya. "Makan yang banyak karena setelah ini kita akan latihan berjalan lagi. Jangan sampai tidak punya semangat karena tubuhmu lemas kurang sarapan."

Yujin mengangguk. Diam-diam tersenyum tipis sembari menundukkan kepala.

--✨---✨--


"Yak, bagus! Pelan-pelan saja, dan ya! Begitu, benar!"

Riuh dan amat berisik. Setiap langkah yang berhasil dilakukan Yujin diteriaki Hanbin dengan senang. Tak ayal, Yujin pun ikut tersenyum dan lebih bersemangat untuk mengangkat kakinya. Sebab semangatnya makin membara saat mendengar lontaran kalimat penyemangat dari sang kakak.

Longing Melodic [ Zhang Hao ft. Yujin ZB1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang