4 A Mea

27.2K 2.5K 12
                                    

Sepulang dari kota untuk membeli kue, Roxana langsung masuk kedalam kamar seraya membawa beberapa daging untuk makan siang Roberto. Roxana meletakkan potongan daging yang di masak setengah matang ke dalam tempat makan Roberto,  Roberto tak begitu menyukai daging yang matang sempurna karena itu Roxana sebisa mungkin selalu mengukur sendiri kematangan daging yang akan dimakan oleh kucingnya.

Tok tok tok

“Roxa, boleh aku masuk.”

Roxana mendengar suara Abel di balik pintu yang di ketuk. Sebenarnya Roxana masih merasa canggung berkat ciuman Abel waktu itu. Namun Roxana pikir ciuman Abel tak ada bedanya dengan murid-murid sekolah Tk nya dulu. Ya, anggap saja Abel sebagai bocah TK yang mencium gurunya sebagai rasa terimakasih.

“Masuklah.” teriak Roxana setelah lama terdiam.

Abel melangkah masuk kedalam kamar. Abel menghirup aroma kamar itu yang penuh dengan aroma tubuh Roxana. Abel kemudian tersenyum tipis.

“Roxa.” panggilnya lembut.

“Ada apa mencari ku?!” tanya Roxana saat Abel sudah duduk di kursi sofa kamarnya.

“Ini, aku belum sempat memberikannya padamu.”

“Ini... Kue belian,” Roxana menatap aneh pada kue itu.“Bukannya kuenya sudah habis, ya? Kenapa kau bisa mendapatkannya?!”

“Ah... Ini mereka membuatnya kembali.”

“Secepat ini?” kata Roxana tak percaya, dan Abel hanya tersenyum kecil sambil menyodorkan kue itu kedalam mulut Roxana.

“Ya, jadi Roxa jangan menyia-nyiakan usaha mereka untuk membuat kue ini dalam waktu singkat.” ucap Abel dan kembali menyuapkan kue pada Roxana.

Apa dia mengancam pemilik toko kue? Eh... Itu tidak mungkin, Roxana menggeleng cepat mana mungkin Abel bisa melakukan hal tersebut dia masih kecil dan ibunya pun masih hidup, sifat buruk Abel tidak muncul pada saat ini.

Atau dia menggunakan sihirnya, ya itu lebih mungkin.

“Kau tidak mau, kuenya cukup banyak.”ucap Roxana menawarkan dan Abel menggeleng pelan seraya menjawab,“Aku tidak terlalu menyukai makanan manis.”

“Ah, begitu.”Roxana lalu mengambil alih sendok di tangan Abel.“Aku akan melakukannya sendiri.”

Sekecil apapun umurnya sekarang tapi Roxana masih memiliki ingatan jiwanya  sebagai orang yang sudah dewasa. Ya, meskipun  tanpa sadar Roxana selalu mengikuti insting anak kecilnya dan itu benar-benar membuat Roxana tertekan.

****

Roxana melangkah secara diam-diam, dia saat ini sedang mengikuti dan mengintip interaksi Orpanha dan Dimitri, hari ini adalah hari yang sudah di tentukan di mana putera mahkota harus melakukan kunjungan ke wilayah perbatasan Utara untuk menemui calon tunangannya.

Kemudian Roxana bersembunyi di balik pilar tembok, tempatnya berdiri tidak begitu jauh dari Gazebo tempat Dimitri dan Orpanha berbicara. Roxana tersenyum lebar sambil mengigit jari-jari tangannya sebagai fans sejati dari novel sweet love Orpanha. Tentu saja Roxana merasa ini adalah kesempatan langka baginya untuk melihat secara Live pembicaraan mereka berdua.

Roxana adalah penggemar terberat Novel itu dan dia akan melakukan apapun demi menyatukan kedua pasangan kekasih yang sedang menumbuhkan benih-benih cinta di hadapannya itu termasuk menjauhkan sang Second male lead gilanya. Merasa puas dengan panggung drama yang dia lihat secara Live, Roxana mulai melangkah pergi namun saat menoleh kearah sudut selatan taman dia dikejutkan dengan sosok anak kecil yang berdiri tak jauh darinya, itu Abel ia juga sedang mengintip interaksi Orpanha dan Dimitri.

A MeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang