Semilir angin meniup dedaunan di atas pohon, di siang hari yang cerah dan sedikit berawan Roxana dan Orpanha berjalan bersama Abel menyusuri taman belakang mansion. Rencananya hari ini mereka akan mengadakan piknik kecil-kecilan bersama setelah Abel pulih dari lukanya sekalian menghibur Abel atas kepergian Grand Duchess Rhea.
Ketika mata Roxana melirik Abel di sampingnya, ia melihat Abel sedaritadi fokus menatap punggung Orpanha yang berjalan lebih dulu. Ia mendegkus kemudian mengapit satu tangan Abel.
“Kau menyukai kakakku, 'ya?” celetuk Roxana pelan yang membuat Abel langsung menoleh. Abel terdiam dan tak menjawab sebaliknya anak kecil itu memalingkan wajahnya kearah lain.
Melihat gelagat Abel, Roxana sudah menduganya bahwa Abel memang menyukai Orpanha.
Roxana berdecak kecil,“Jangan menyukai kakakku, minggu depan dia sudah menjadi milik orang lain.” katanya sebelum melepas tautan tangannya dari tangan Abel dan berlari kecil menyusul langkah Orpanha.
Tangan Abel terhenti di udara sesaat setelah Roxana melepaskan tautan tangannya lalu Abel menunduk menggenggam erat telapak tangannya.
“Apa ini? rasa kecewa atau perasaan hampa?!” gumam Abel pelan dan entah pada siapa perkataanya mengacu barusan.
“Abel!!!” teriakan itu membuat Abel mendogak ia menatap lekat Roxana yang melambaikan tangan padanya di ujung jalan sana.
“Ayo, berjalan apa kau ingin aku tinggalkan.”
Nada suara sinis Roxana terdengar berbeda tidak seperti dulu yang pandai menjilat dan bersikap lembut, dulu Roxana penuh dengan kepura-puraan yang membuatnya muak namun sekarang apa yang ada di dalam diri Roxana asli. Roxana sama sekali tak bermain peran, Roxana terlihat seperti orang lain atau mungkin Roxana telah terlahir menjadi orang baru setelah sekian lama ia mengulang waktu. Mungkin sama halnya seperti ia yang kehilangan setengah dari kekuatan sihirnya sehingga ia harus bersikap seperti anak kecil yang lemah dan menunda balas dendamnya.
Abel kemudian tersenyum manis lalu berlari menuju Roxana,“Iya, aku datang jangan tinggalkan aku.”
“Kau lambat lihat itu kak Orpanha sudah sampai lebih dulu ke bawah pohon apel milikku.”
Setelah mengoceh Roxana lalu menarik pergelangan tangan Abel dan berlari menuju Orpanha tanpa memperdulikan raut terkejut di wajah Abel. Di sisi lain Abel menyentuh bagian dadanya menggunakan satu tangannya yang lain masih dengan sepasang mata yang mengawasi Roxana.
Abel tersenyum lebar. Perasaan hangat ini menyenangkan.
****
“Roxana kau semakin hebat.”
Roxana menghentikan ayunan pedangnya sehingga aura biru yang menyelimuti pedang tajam itu menghilang. Ia kemudian menoleh sambil mengulas senyum penuh kesombongan pada Lemon, Teman kakaknya yang berkunjung dari ibu kota sekaligus rivalnya dalam hal beradu pedang.
Lemon adalah salah satu pemeran utama pria setelah Abel, dia putera pertama dari Duke Aslan salah satu keluarga yang mendukung faksi putera mahkota, Dimitri.
“Tentu saja aku tidak akan menyerah sebelum tingkat ilmu pedang ku ada di atasmu, aku juga tidak akan menyerah sebelum bisa mengalahkanmu.” kata Roxana seraya berjalan mendekati Lemon dan berdiri tepat di hadapan anak lelaki bertubuh jangkung itu.
Lemon hanya mengulas senyum lembut mendengar penuturan Roxana. “Jika ingin menang dariku setidaknya kau harus berada di level 3 tingkat berpedang pengguna aura, belajarlah lebih giat lagi adik kecil.”
“Apa yang kau katakan? Adik kecil??” ucap Roxana tak suka, mentang-mentang umur anak ini jauh di atasnya dia suka meledeknya dengan panggilan adik kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Mea
FantasyJangan plagiat😳 Pict SC: pinterest Hidup kembali di dunia novel dan terlahir sebagai adik dari Protagonis wanita tak membuat Mentari senang. dia harus berjuang menyelamatkan Kakaknya dari Second male lead Yandere, si pembawa bencana bagi kebahagia...