16 A Mea

18K 1.8K 19
                                    


“Lady kenapa anda meminta barang langka yang hanya ada beberapa buah di ibu kota pada tuan muda?”

Roxana yang malam ini mengenakan piyama tidur satin berwarna hitam, tampak sedang menyisir rambutnya. Roxana lalu menjawab tanpa menoleh pada Tina.

“Aku tidak menemukan barang itu di ibu kota, kepala toko perhiasan Aliee mengatakan bahwa jepit rambut giok putih ada banyak di wilayah selatan,” Roxana mengangkat bahu acuh,“Sepertinya Abel memonopoli barang bagus itu, lagipula aku mengatakan padanya hanya membutuhkan satu buah saja.”

Tina mengangguk sambil menepuk-nepuk ranjang yang baru dia bersihkan, sebelum kemudian menggeleng cepat ketika menyadari adannya kejanggalan.

“Eh, Lady saya sedikit merasa aneh. Karena anda biasanya tidak terlalu menyukai perhiasan yang sedang populer di ibu kota, kenapa sekarang anda mau membeli perhiasan itu?”

Setelah selesai menyisir rambutnya, Roxana beranjak berdiri dan berjalan ke arah Tina, dia tersenyum penuh arti.“Aku berencana menjebak tikus dengan perhiasan itu.”

Rahang bawah Tina terbuka, Tina mengerjap bingung,“Apa hubungannya perhiasan dengan tikus?”

Awalnya Tina ingin bertanya kembali, namun urung tatkala dia sudah melihat Roxana tidur di atas ranjang. Tina lalu menunduk singkat,“Selamat beristirahat Lady, saya tidak akan menggangu anda lagi.”

Di pagi harinya Roxana di buat tercengang dengan ke lima kota berukuran besar berisi giok putih yang berjejer rapi di luar mansionya. Roxana lalu beralih menatap jendral muda, Razboinic. Dia tangan kanan Abel orang yang di cerita aslinya paling setia pada Abel.

“Sir, Razboinic. Apa menurut anda ini tidak terlalu berlebihan?”

Razboinic menggelengkan kepala tegas.“Tuan Grand Duke secara khusus memberikan semua ini pada anda, beliau juga menitipkan surat balasan untuk anda.”

Roxana menerima surat yang di berikan Razboinic. Lalu mulai membacanya.

Aku menantikan pertunjukan yang akan kau lakukan, Roxana~

Dari tunangan tercintamu, Abel

“Tunangan tercinta, heh.” Roxana mendegkus geli seraya meremas suratnya, jika ingin mengolok-oloknya kenapa dia tidak datang sendiri saja. Dasar Abel! Jika Abel sudah menulis surat seperti ini, Abel pasti sudah tahu apa yang ingin dia lakukan.

“Kenapa aku merasa dia selalu tahu apa yang sedang aku lakukan belakangan ini?”


****

Angin malam berhembus kencang, menyibak tirai jendela balkon kamar dengan nuansa klasik elegan berwarna abu-abu.  Di depan pintu balkon yang terbuka seseorang berdiri di balik bayang-bayang sinar bulan.

Jubah hitam dengan bordir merah di sisi jubahnya berkibar ringan seirama dengan langkah kakinya. Dia berhenti berjalan dan berdiri di sisi ranjang, kedua bola matanya berkilat dingin melihat sosok  gadis yang terbungkus selimut di atas ranjang.

Pria asing itu menyeringai, lalu mengangkat pisau di tangannya dan menusuk perut gadis itu berulang kali.

“Mati!!!” dia tertawa gila dan kembali bicara berulang-ulang. “Mati!! Mati!!! Mati!!!.”

Dia terus tertawa keras, matanya di penuhi oleh kesenangan ketika melihat cairan kental berwarna merah membanjir ranjang gadis itu.  Setelah puas  dia baru berhenti menusuk pisaunya dan membuka selimut tebal yang membungkus tubuh ramping gadis itu.

A MeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang