42 A Mea

6.9K 761 23
                                    

“Anda benar-  benar sudah memutuskan untuk tidak ikut tuan?”

“Iya, aku tidak bisa membiarkan seekor kecoa berkeliaran bebas di tempat ku.” Abel menjawab pertanyaan ajudan keduanya masih dengan mata yang memandang kepergian kereta kuda Grand Duke Beniamin yang membawa Roxana.

Jovial menahan tawanya seraya berkata,“Terlalu berlebihan bila mengatakan Permaisuri sebagai seekor kecoa tuan.”

“Benarkah?” Abel tersenyum bengis, “Kau tahu beberapa jenis kecoa bisa hidup hingga satu bulan lamanya tanpa memakan apapun dan dia sama seperti kecoa-kecoa itu sebanyak apapun di basmi dia tetap datang kembali dan menganggu.”

“Ehemmm...” Jovial berdehem keras, ia tidak begitu tahu ada dendam apa tuannya dengan sang permaisuri Orpanha namun ia mendengar banyak rumor yang tak mengenakan ketika tuannya berada di medan perang tentang hubungan masa lalunya dengan permaisuri. “Ngomong- ngomong tuan, saya ingin bertanya menurut anda di antara Lady Roxana dengan permaisuri Orpanha mana yang lebih anda sukai, dulu hingga saat ini?”

Abel berbalik badan, senyuman di sudut bibirnya terlihat dingin saat menatap Jovial kali ini, “Apa kau sedang meragukan kesetiaanku pada pasangan ku Jovial?”

Jovial tersentak sebelum menjawab tegas, “Bukan maks–––”

“Roxana.” sela Abel cepat.

Dulu sekali memang Orpanha namun sekarang dan selamanya dia akan tetap memilih Roxana.

Mereka berdua memang kakak beradik, namun memiliki sifat yang berbeda hanya sifat tegas mereka yang serupa. Roxana  gadis yang ceria, dan suka bermain tapi dia juga gadis yang penuh rasa tanggung jawab,  dia orang yang mudah bersimpati namun sedikit misterius. Sedangkan Orpanha dia gadis dengan kepribadian yang lurus,  lemah lembut, sedikit kaku namun penyayang. Setidaknya kepribadian itu yang Abel kenal dari sosok Orpanha dulu, sebelum gadis itu mengeluarkan sifat aslinya.

Jika disuruh memilih diantara kedua orang itu Abel tentu akan memilih, Roxana. Dia gadis yang menyenangkan, orang pertama yang mau menerimanya dengan tangan terbuka. Abel mengigat pertemuan pertama mereka, sebenarnya itu adalah pertemuan pertama yang sudah Abel rencanakan, kala itu Abel melihat kereta kuda berlambangkan keluarga Marquess Gu dan berlari ke arah sana. Abel pikir hal tersebut sebagai kesempatan emas untuknya membalaskan dendam pada Orpanha.

Namun siapa sangka yang Abel temui untuk pertama kalinya hari itu bukanlah Orpanha yang ingin dia jerat dengan jaring beracun tak kasat matanya, dia adalah Roxana, mantan tunangan yang Abel buat hidup menderita dulu. Abel kira Roxana akan mengabaikan dirinya yang di kejar-kejar oleh sekelompok orang bawahan kepala menara sihir, sebelum Avan.

Karena itu sudah menjadi sifat alami Roxana  yang egois dan tak peduli pada urusan orang lain. Namun siapa sangka Roxana, gadis yang kerap kali menganggu dirinya dan Orpanha menjadi orang yang pertama menolongnya dari orang-orang jahat  menara sihir yang ingin mengekstrak,'kan mananya.

Abel bisa saja membunuh para penyihir menara kala itu. Namun Abel tidak melakukan hal tersebut, Abel ingin melihat dan merasakan bagaimana rasanya di perhatikan dan di tolong oleh orang lain. Untuk pertama kalinya saa itu Abel ingin merasakan hidup dengan mengandalkan kekuatan orang lain tanpa kekuatannya sendiri.  Sampai saat ini Abel sama sekali tidak menyesali perbuatannya yang telah menipu  Roxana di pertemuan pertama mereka.

Ekspresi wajah bahagia itu, Jovial mengerti tidak seharusnya dia meragukan hati tuannya.

“Maafkan kelancangan saya barusan tuan, saya tidak melihatnya dengan jelas bahwa sejak awal anda sudah terlihat sangat bahagia dengan pilihan anda, saya turut senang dan kedepannya saya tidak akan terpengaruh oleh rumor-rumor aneh itu.” kata Jovial.

A MeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang