22 A Mea

15.9K 1.8K 39
                                    

Selamat membaca!!!

Beberapa waktu lalu di kediaman Marquess Gu....

Roxana tercengang dengan bibir yang terbuka lebar. Jari telunjuknya menunjuk kearah koper-koper kecil yang dia duga berisi gaun miliknya dan kemudian barang-barang kesukaannya. Mengapa semua barang miliknya tergeletak rapih di depan mansion.

“Ayah, ibu. Apa kalian berdua mengusirku?”Roxana bertanya tak yakin pada orangtuanya yang berdiri di depannya dengan senyuman lebar.

Keterlaluan, jika memang ingin mengusirnya. Untuk apa mereka memanggil dirinya untuk pulang dari ibukota.

Marquess dan Marchioness Gu menggeleng kecil, “Kami tidak mengusir kamu Roxa, kami hanya ingin menepati janji dengan Grand Duke.” jawab Marquess Gu, “Ayah hanya mempercepat prosesnya, kamu tahu Ayah melakukan hal ini agar kamu dan Abel tidak kesepian lagi.”

Kesepian?  Roxana terdiam tak bisa berkata-kata, mungkinkah hal ini yang di maksud dengan pembicaraan penting oleh Ayahnya. Ini namanya penipuan berkedok kata khawatir.

-

-

-

Roxana tertawa hambar  saat memikirkan kejadian beberapa waktu lalu. Dia di kirim layaknya barang secara express oleh ayahnya melalui portal sihir ke wilayah Grand duchy. Bukankah dia ayah yang baik, kebanyakan ayah akan merasa sedih jika berpisah dengan putrinya. Tapi dia malah melambaikan tangan dan tertawa seperti orang gila.

“Ayah bahkan menyuruhku untuk segera memiliki anak.” Roxana frustasi, dia meraup wajahnya, “Ayah, aku bahkan belum menikah dengannya, apa ini cara Ayah untuk membalas sikap tidak patuh ku.”

Sekalinya memberikan dirinya hukuman, ayahnya benar-benar tidak tanggung-tanggung.

“Kau.” seseorang yang sejak tadi menatap keputusasaan Roxana, akhirnya bicara. Dia menatap tajam Roxana dari ujung rambut hingga kaki.

“Ternyata rumor itu tidak sepenuhnya benar,” seorang wanita, berumur 20 tahun yang tidak Roxana tahu jabatannya tersenyum sinis, “Kau, tidak cukup cantik untuk bersanding dengan Grand Duke ku.”

Ada apa dengan wanita muda ini, baru pertama bertemu sudah mengajaknya ribut. Roxana kemudian menilai penampilan gadis bersurai pirang pudar, dia memang cantik namun tidak cukup cantik dibandingkan para gadis-gadis di ibukota.

Mata Roxana menyipit, “ Benarkah, mungkin matamu sedikit bermasalah.”

“Apa!” dia tanpa sadar berteriak marah dan Roxana tersenyum puas atas respon yang dia berikan.

“Aku tidak tahu namamu dan aku juga tidak ingin tahu, tapi yang harus kau tahu. Tidak baik mengomentari wajah seseorang di pertemuan pertama.” Roxana beranjak bangun, “Jika kau mengatakan hal ini pada para gadis bangsawan ibukota, aku pastikan hal ini tidak akan berakhir baik hanya dengan kata-kata saja, seperti yang aku lakukan sekarang.”

Saat melewati tubuh wanita itu Roxana berbisik, “Kemungkinan besar, mereka akan menjadikan mu mainan usang yang layak mereka injak-injak, sesuka hati.”

Kedua telapak tangan wanita bersurai pirang usang itu terkepal. Sebelumnya, dia adalah teman masa kecil Abel, namun karena gadis dari keluarga Marquess itu. Posisinya tergeser, Abel tidak lagi menyukainya, Abel selalu menatapnya dengan dingin. Abel tak lagi memberikan apa yang dia mau. Abelnya telah berpaling darinya gara-gara gadis sialan itu.

“Nona Seyna, apa tidak papa memprovokasi tunangan tuan seperti itu.”pelayan gadis bernama Seyna berucap takut-takut.

PLAK

A MeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang