28 A Mea

14.4K 1.4K 28
                                    

Selamat membaca!!!

Abel kembali mengikat tali piyama tidurnya tanpa rasa malu, “Sekarang kita impas, bukan?”

Roxana meneguk ludahnya sendiri, kemudian gadis itu menyelimuti tubuhnya  dan bersiap berlari keluar dari dalam kamar. Namun pergerakannya itu kalah cepat dari Abel, Abel  menarik pinggang Roxana  membuat gadis itu menjadi tidur terlentang di atas ranjang dengan Abel di atasannya.

“Roxana kau membuatku sedih setelah  mendapatkan apa yang kau ingin lihat dari tubuhku, kau malah mencampakkan ku begitu saja?” kata Abel lesu.

Gadis di bawahnya terpaku untuk sejenak sampai dia menjawab gugup, “A-aku tidak.”

Satu alis Abel terangkat, “Lalu kenapa kau bersiap melarikan diri dariku?”

Roxana tak menjawab sebaliknya kedua tangan Roxana mendorong tubuh Abel namun usahanya terus gagal, Roxana memilih memalingkan wajahnya kearah lain. Dia tidak sanggup melihat wajah Abel.

“Kenapa?” tanya Abel sekali lagi dengan nada rendah membuat tubuh Roxana meremang takut.

“Itu karena kau malah memperlihatkan bagian depanmu,  seharunya itu  punggung , ta-tapi kau malah memperlihatkan hal....”

Roxana tak jadi meneruskan ucapannya, dia terlalu malu. Sial! Bukannya Seharunya disini yang merasa malu adalah Abel. Mengapa sekarang jadi dirinya.

“Kenapa harus merasa malu?” Abel tersenyum dan memilih menjauh dari  Roxana.

Abel berkata menggoda, “Bukannya nanti kau juga akan melihatnya, aku hanya membantu mu melihatnya lebih cepat Roxa.”

“Abel... Aku tidak menyangka sekarang kau telah berubah menjadi pria muda yang mesum.” ucap Roxana seraya bangkit dari posisi tidurnya dan menunjuk Abel dengan tatapan tak percaya.

Sudut bibir Abel terangkat, “Aku hanya bersikap seperti ini padamu, Roxa.” 

Melihat Abel menyeringai senang, Roxana hanya bisa mendengus malas.

“Ini menyebalkan.”

Abel mengangkat satu alisnya mendengar gumam Roxana, dengan perlahan Abel merangkak mendekati Roxana.

“Abel, jangan menggodaku.” Roxana berkata takut-takut sambil merangkak mundur, apalagi ketika dia melihat senyuman aneh di bibir pria muda itu.

Senyuman aneh yang sama masih ada di bibirnya ketika Abel membuat tubuh Roxana terlentang Kembali dan menarik kedua tangan Roxana ke atas, agar gadis itu tak memberontak.

“Aku....”

Abel berbisik lirih di sebelah telinga Roxana membuat Roxana berulangkali meneguk ludahnya gugup. Sampai Roxana merasakan cincin perekam yang ada di jari tangannya diambil oleh Abel.

“Hanya ingin mengambil ini,” lanjutnya seraya menoleh melihat wajah Roxana yang berubah masam.  “Jika kau sangat ingin di gooda olehku, aku akan melakukannya lain kali.” lanjutnya seraya bangkit berdiri.

   Roxana berkedip pelan sebelum dia duduk dan berkata geram, “Kembalikan padaku!”

“ Tentu, tapi  sebelum itu kita harus membahas tentang Penopil dulu,” Abel tersenyum, “Roxana, apa kau pikir aku tidak tahu kau mengambil barang ini dari bola mata Penopil.”

Sial Razboinic, dia sama sekali tidak bisa menyembunyikan  hal apapun dari Abel.

“Aku sudah melihat isi dari rekaman alat sihir ini sebelum dirimu,” Roxana terkejut, mengapa Abel bisa mengambil cincin ini sedangkan alat sihir ini hanya bisa di panggil oleh pemiliknya.

A MeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang