29 A Mea

11.5K 1.2K 17
                                    

Selamat membaca!!!

“Abel~”

Untuk kelima kalinya Roxana memanggil Abel dengan nada paling lembut yang bisa dia lakukan. Tapi seperti biasa Abel selalu mengabaikannya, pria muda ini masih saja marah soal tadi malam.

“Abel lihat kesini sebentar. Aku sudah menyuruh koki untuk membuat pie labu kuning kesukaanmu.” kata Roxana sambil mengangkat kue ditangannya, “Pie labu kuning ini sangat enak, apalagi ada aku disini pasti rasanya akan lebih nikmat lagi saat kau memakannya sambil menatap wajah ku.”

Tidak ada jawaban, di ruang kerja Abel hanya terdengar suara pena yang tergores dengan kertas dan suara menahan tawa dari Jared dan Vis.

Roxana tidak terlalu memperdulikan pengabaian Abel dan suara tikus kejepit dari dua orang itu.

  “Abel apa kau sanggup terus mengabaikan Pie labu dan diriku yang manis ini, hm?”   

Roxana tersenyum dan mengedipkan matanya berulang kali saat melihat Abel menatapnya,  dia sebisa mungkin harus bersikap layaknya para gadis ibukota yang selalu bertingkah sok imut ketika menghadapi kekasihnya yang sedang marah. Roxana tahu hal itu ampuh ketika dia  melihat sepasang kekasih yang sedang berkencan di toko kuenya berbaikan.

“Pufff... Puahahahaha!”

Akhirnya tawa Jared dan Vis keluar bersamaan. Mereka tidak bisa menahan tawa lagi melihat tingkah laku dan suara sok imut Roxana. Terutama Jared, biasanya dia selalu melihat sikap serius dan dewasa Roxana, baru kali ini Jared melihat tingkah laku Roxana seperti orang yang gila cinta. Jared kira dia tidak akan pernah melihat sisi menggelikan Roxana sumur hidupnya.

Ekspresi wajah Roxana berubah datar dengan sepasang mata yang memicing tajam pada kedua pria itu, terutama pada Jared.

Dasar Jared teman yang tidak setia kawan!! Omel Roxana dalam hati.

“Ahahahahah---”

“Lari 500 putaran sekarang.”

“Hahahmpp--Baik  tuan Grand Duke.”

Vis dan Jared serempak menyahut mereka lalu bergegas pergi sebelum terkena amukan sang singa jantan. Sedangkan Roxana hanya bisa mendengus malas melihat kepergian kedua pengacau itu Roxana kemudian bersiap keluar dari ruang kerja Abel.

Roxana sudah lelah di abaikan dan di tertawai oleh dua bawahan yang tak punya akhlak itu. Namun langkah kaki Roxana terhenti saat merasakan kedua tangan melingkar di atas perutnya.

“Maaf Roxa.” Abel berbisik pelan, Abel lalu membalikkan tubuh Roxana agar menghadap padanya, “Jangan pergi, temani aku memakan kue ini.”

Kedua mata Roxana menyipit tajam. Saat akan di tinggal pergi pria ini  baru mau meresponnya.

“Baiklah, ayo duduk.” kata Roxana pada akhirnya. Lagipula dia masih memiliki hal penting yang perlu dia bahas dengan Abel.

****

Cayson sampai ke tempat tujuan hampir pukul lima sore. Udara di Grand duchy cenderung dingin mataharinya pun tidak seterik saat di ibukota membuat Cayson harus membungkus tubuhnya dengan pakaian hangat dan dua mantel berbulu tebal. Jika Roxana melihat penampilannya yang sudah seperti orang-orangan sawah gadis itu pasti sudah menertawainya.

Yah, mau bagaimana lagi. Cayson harus melakukan hal tersebut agar mata-mata yang disembunyikan oleh ibu tiri dan kakaknya tidak melaporkan hal ini pada mereka. Akan menjadi hal aneh jika dia pangeran dengan tubuh yang berpenyakit memakai pakaian tipis di wilayah selatan yang dingin. Cayson tidak ingin langsung di jodohkan oleh mereka saat kembali ke ibukota nanti dengan alasan sakit Cayson bisa terbebas dari perjodohan dan tatapan penuh rasa waspada orang-orang di istana padanya.

A MeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang