19 A Mea

15.8K 1.6K 30
                                    

Selamat membaca!!!

Pesta perjamuan malam ini bisa dikatakan dinikmati oleh semua orang. Para bangsawan dari segala wilayah datang berkumpul memenuhi undangan. Bahkan kepala menara sihir pun turut datang.

Namun yang Abel cari bukanlah mereka semua yang mengerumuninya layaknya serangga. Abel mencari gadis bersurai gelap dengan mata emerald cantiknya. Abel tidak berhasil mengetahui siapa orang yang akan datang bersama Roxana, saat ini Abel sedang merasa jengkel.

Dari balik topeng yang hanya memperlihatkan bibirnya kepala menara sihir menatap Abel dengan pandangan tak terbaca.

“Kau sedang menunggu Lady Gu atau musuh bebuyutan mu itu datang, Abel ?” dia kembali berkata,“Ah, aku tahu kau pasti penasaran pada pria yang di bawa oleh Lady dari keluarga Gu itu. Kau pasti cemburu bukan?”

Abel melirik tajam ke arah Avan sebelum melangkah pergi, tanpa mau repot menjawab.

Mendapatkan perlakuan seperti itu dari Abel. Avan tersenyum masam  sambil mengusap dadanya.

“Rambut warna emas! tidak salah lagi anda pasti kepala menara sihir, syukurlah saya bertemu dengan anda. Saya membutuhkan bantuan anda.”

Avan berbalik dan tersenyum ramah, dia kemudian menjawab,“Anda datang pada orang yang salah. Saya pamit terlebih dulu.”

Senyuman orang itu perlahan menghilang. Satu tangannya melambai- lambai di udara.

“Tu––tunggu dulu, Saya tidak percaya, anda pasti kepala menara sihir. Warna rambut anda adalah buktinya, saya mohon buat wajah saya menjadi tampan seperti Grand Duke agar saya bisa menikah, kepala menara sihir dengan wajah pas-pasan ini saya tidak bisa menggaet gadis cantik yang saya sukai, tolong bantu saya.”

“Aku mewarnai rambut ku dan aku tidak mempunyai kemampuan untuk membuat orang tampan, tahu!!”balas Avan sebal sebelum kembali berjalan, Dia pikir aku ini apa? Tukang cetak wajah pria tampan ?!

****

Mereka sampai di istana kaisar setelah perdebatan panjang yang terjadi antara Roxana dan anak muda di hadapannya ini. Roxana harus ekstra bersabar menghadapi tingkah lakunya. Mereka lalu keluar dari dalam  kereta kuda.

Di depan pintu, seorang penjaga yang bertugas memeriksa tamu  datang menghampiri Roxana dan pasangannya.

Pria bersetelan formal itu tampak mengerutkan alis dan mengucek matanya ketika menatap pasangan Roxana.

“Apa ada yang salah dari kami?” tanya Roxana. Pria itu menunduk, “Maaf saya telah bersikap lancang Lady...”

Roxana lalu memberikan undangan di tangannya pada penjaga. “Ah, Lady dari keluarga Gu dan tuan muda Gu.”

Setelah membuka pintu, dia lalu berteriak,“Lady Roxana Estera Gu dan tuan muda Speir trathnona Gu, memasuki ruangan.”

Semua pandangan mata orang-orang di aula ruang utama istana kaisar, kini beralih pada kedua sosok manusia yang berjalan menuruni tangga.

Melihat anak muda bersurai violet di sampingnya menarik napas panjang, Roxana mengelus bahunya.

“Jangan gugup, ada Kakak. Bukankah ini kemauan mu untuk datang bersamaku ke istana kaisar?”

Anak lelaki yang tahun ini berusia enam tahun itu berdehem pelan,“Aku tidak gugup, aku hanya merasa bersemangat.” elaknya.

Roxana tersenyum geli,“Ya, anggap saja begitu.”

A MeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang