Selamat membaca!!!
“Ayo kita buat kesepakatan Abel.”
Kedua mata Abel menyipit, “Apa yang kau maksud dengan kesepakatan?”
Roxana menyentuh kertas di atas meja yang berisi kontrak di dalamnya, “Aku sudah membuat ini semalaman suntuk.”
Abel melirik malas surat di atas meja. “Biar aku tebak, ini pasti surat kontrak pertunangan.”
“Pintar sekali.” kata Roxana bangga.
“Apa yang membuat mu sebangga ini dari sebuah kontrak pertunangan?” ujar Abel sarkas, mulai dari sekarang Abel tidak menyukai ide apapun yang keluar dari otak kecil Roxana.
Melihat raut wajah masam Abel, Roxana berkata, “Abel kau tahu sendiri perjodohan ini dilakukan oleh orang tua kita sejak kecil dan menurut mu apa yang kedua pihak keluarga dapatkan dari perjodohan ini tidak ada bukan, pihak keluarga mu atau keluarga ku tidak mendapatkan keuntungan apapun hanya sesepuh keluarga kita yang mendapat untung, sebaiknya kita....”
“Katakan apa yang kau mau.” sela Abel.
Sekilas Roxana terlihat ragu ketika berkata.“Lepaskan kutukan kakakku. Kita pikirkan cara yang lebih baik, bagaimana?” Roxana kembali bicara ketika Abel masih tetap diam, “Abel... jika kau melakukan hal ini, aku berjanji untuk yang kedua kalinya aku tidak akan pernah berpikir untuk pergi dari sisimu.”
Abel menatap Roxana sejenak, “Roxana, kau ataupun Orpanha. Keduanya tidak bisa aku lepaskan. Pembalasan dendam ku belum tuntas.”Abel kembali berkata,“Roxana kau bisa meminta hal yang lain selain itu.”
Mata Roxana terpejam. Dia kemudian beranjak bangun seraya memukul meja.
Brak
“Jika begitu katakan padaku, sebenarnya ada dendam apa kau dengan kakakku, Abel jawab aku dan jangan terus mengelak agar aku bisa tahu diantara kalian mana yang benar dan yang salah.” ucap Roxana sedikit keras.
Kemarahan Roxana tak membuat Abel menjawab hal yang ingin gadis berusia gelap itu dengar, Abel hanya berkata.
“Aku hanya bisa mengatakan bahwa dengan menyelesaikan kasus ini kau bisa tahu, siapa yang benar dan siapa yang salah dan kau bisa mendapatkan jawaban yang kau mau atas semua dendam milik kami berdua.”
Roxana tersenyum getir. Tak ingin terlalu larut dalam amarah Roxana memilih duduk kembali seraya memijat pelipis kepalanya yang terasa pusing.
“Minum.” Abel menyodorkan minuman dingin yang entah datang darimana pada Roxana, tanpa kata Roxana mengambil minuman di tangan Abel.
Setelah Roxana selesai minum dengan tenang, Abel baru bicara, “Kau sudah sedikit tenang sekarang?”
“Kau pria ter- ribet yang baru kali ini aku temui, Abel.” alih-alih menjawab tentang kondisi kejiwaannya Roxana malah mencibir Abel. “Aku orang yang tidak menyukai teka-teki ataupun cerita misteri, dan sekarang aku malah harus menuntaskan kasus?”
Apa begitu susah bagi Abel untuk mengatakan dendam apa yang membuat Abel menjadi seperti ini, benar ini bukan lagi Abel yang di tulis dalam cerita novel, bukan Abel yang sangat mencintai Orpanha dan mampu melakukan hal apapun untuk gadis itu. Abel yang ini penuh misteri dan tidak mudah ditebak tingkah lakunya, terkadang dia bisa sangat baik dan terkadang dia juga bisa sangat kejam dan jahat.
Roxana mendesah lelah, dia bergumam lirih, “Aku bukan polisi dan sejak dulu aku tidak mempunyai cita-cita untuk menjadi polisi, kenapa sekarang aku malah bermain permainan detektif.”
KAMU SEDANG MEMBACA
A Mea
FantasyJangan plagiat😳 Pict SC: pinterest Hidup kembali di dunia novel dan terlahir sebagai adik dari Protagonis wanita tak membuat Mentari senang. dia harus berjuang menyelamatkan Kakaknya dari Second male lead Yandere, si pembawa bencana bagi kebahagia...