45 A Mea

8.2K 860 105
                                    

A Mea ᕗ Milikku♥♥

Selamat membaca!!!

Dari balik jendela manor di lantai tiga, Roxana melihat kepergian kereta kuda Grand Duke Beniamin. Kemudian sepasang netra Emerald Roxana beralih pada Orpanha yang ada di sebelahnya.

Orpanha tersenyum manis sambil menggenggam tangan Roxana, “Jangan menangis lagi, Roxa. Kita pasti bisa bertemu dengan Speir lagi, hm.” dia semakin menggenggam erat tangan Roxana, “Abel juga sudah berjanji untuk mengembalikan adik kita bukan, daripada terus bersedih lebih baik kamu segera makan setelah itu ikut bersama kakak ke kuil.”

Satu alis Roxana terangkat, “Kuil?” tanyanya bingung.

“Iya, Kuil bintang. Di sana kita akan berdoa untuk ketenangan jiwa ayah dan ibu,” jawab Orpanha seraya mengulas senyuman lembut.

Apa pada akhirnya, dia akan mempertemukan ku dengan orang misterius itu? Roxana tersenyum samar menyembunyikan rasa senangnya.

“Ah, ngomong-ngomong sejak kapan kakak pergi ke kuil itu?”

Sesaat Orpanha terdiam sebelum menjawab dengan lancar, “Sejak menikah dengan Baginda Kaisar. Kakak selalu pergi ke sana untuk menyucikan diri.”

Menyucikan diri atau menambah dosa? Dalam hati Roxana mendengkus remeh. Namun di permukaan ia hanya mengulas senyuman.

“Baiklah.”

Mendengar jawaban Roxana tentunya membuat Orpanha senang dan dengan girang menarik tangan Roxana ke ruang makan. Orpanha bahkan tak menyadari raut wajah Roxana dibelakangnya berubah dingin.

****

Sesampainya di kuil bintang bagian wilayah barat, ibu kota kekaisaran. Roxana dan Orpanha turun dari dalam kereta kuda. Kedua saudara itu mulai menaiki tangga menuju kuil bintang.

Tiba di depan pintu kedua penjaga yang ada di sisi masing-masing pintu membukakan pintu untuk mereka.

Gadis bersurai gelap dengan balutan gaun berwarna cream tersebut menatap isi dari bangunan megah yang ia pijak. Ruang utama untuk berdoa ini di penuhi oleh warna putih dan emas, tampak elegan dan mewah. Roxana merasa bangunan ini terlampau mewah untuk ukuran kuil yang ada di pinggir kota wilayah barat.

“Roxa kamu tidak papakan kakak tinggal seorang diri, kakak harus bertemu dengan tuan besar dulu.” 

“Siapa tuan besar?”

Orpanha tersenyum tipis, “Orang yang memimpin doa dan berkuasa atas semua hal di kuil ini.” jawabnya.

“Ah, begitu. Baiklah aku akan menunggu kakak.” Roxana tersenyum dan duduk di kursi yang berjajar rapih di aula utama itu sedangkan Orpanha ia sudah berlalu pergi.

Selepas kepergian Orpanha, gadis bersurai gelap itu menatap lurus lukisan seorang wanita yang sama dengan lukisan yang ada di ruang rahasia Grand Duke. Namun lukisan wanita itu tampak berbeda, rambutnya berwarna perak dengan mahkota mewah di atas kepalanya.

“Dewi Estera.” gumam Roxana pelan.

Mengapa anda memiliki wajah yang sama dengan saya dan kenapa orang misterius itu mengincar hidup keluarga saya, diri saya dan orang yang saya sayangi?  Tutur Roxana dalam hati seraya memejamkan matanya. Beritahu saya, kenapa dunia ini terasa berbeda dengan buku yang saya baca di kehidupan pertama saya.

A MeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang