Y1

36.6K 2.1K 132
                                    

Mobil Mercedes Benz berwarna hitam berhenti di depan gerbang sebuah sekolah, seorang sopir kemudian turun dan membuka pintu belakang hingga sang penumpang turun.

Seorang pemuda mengenakan seragam sekolah, menyandang ransel berwarna merah muda turun kemudian berdiri di samping mobilnya, dia pandangi lingkungan sekitar sekolah barunya.

“Tuan Muda. Segala keperluan untuk sekolah Tuan Muda sudah di urus oleh Presdir. Nanti akan saya jemput saat pulang sekolah.” Ucap sang sopir.

“Baiklah, terima kasih Paman.” Ucap Pemuda itu, di lihatnya sang sopir membungkuk lalu dia menunggu sang Tuan Muda hingga masuk ke lingkungan sekolah, setelahnya sang sopir pun melajukan mobilnya untuk pulang.

Sementara pemuda dengan nametag Nakamoto Jaemin pada seragamnya, mulai memasuki lingkungan sekolah. Irisnya mengedar dan melihat setiap sisi sekolahnya, di dapatinya beberapa siswa dan siswi berlalu lalang di sekitarnya, banyak juga yang baru saja datang.

Di depannya, ada lapangan sepak bola yang sangat lebar, lalu taman mini dengan tempat duduk dari batu beton yang di bangun untuk menonton olahraga sepak bola, atau sekedar untuk bermain.

Beberapa meter di belakangnya, ada gedung sekolah lima lantai yang sangat besar.

Jaemin terus melangkahkan kakinya hingga menapaki teras sekolah, dia menoleh ke sekitar dan masih mendapati para siswa-siswi di sekitarnya.

Bahkan pintu kaca untuk masuk ke gedung sekolah, menggunakan sensor canggih. Ya harusnya dia tak kaget, mengingat sekolah lama Jaemin juga sekolah favorit dan elit.

Jaemin berhenti di lobi sekolah dengan kepala celingukan, dia kemudian melangkahkan kakinya mendekati dua orang gadis yang duduk di kursi, asik memainkan ponsel mereka.

“Permisi...” Suara lembutnya menyapa membuat dua siswi itu mendongak. “Maaf, boleh aku bertanya, di mana ruang OSIS?” Tanya pemuda itu dengan senyum kikuknya.

“Ah, kau ikuti saja koridor ini, nanti di atas ada tulisan ruang OSIS” Jawab salah satu dari dua siswi itu.

“Ah, begitu ya? Kalau begitu terima kasih.” Pemuda itu membungkuk dengan senyum yang manis.

Dia kemudian melangkahkan kakinya menuju lorong di antara ruangan di lantai satu, kepalanya celingukan ke atas, membaca satu persatu nama-nama dari ruangan di dekatnya.

“Itu dia!” Pekik Jaemin.

Jaemin melangkahkan kakinya dengan senyum cerah setelah menemukan ruang OSIS. Dia melihat dari jendela ada beberapa siswa di dalam sana. Melihatnya entah mengapa membuat Jaemin merinding.

Dia sontak meneguk salivanya lalu menarik penyandang ranselnya.

Sementara di dalam ruangan OSIS juga, beberapa perangkat OSIS seperti menunggu kehadiran seseorang. Beberapa dari mereka ada yang terlihat menghela nafas, melihat jam, membaca buku, memainkan ponsel dan lainnya untuk mengusir rasa bosan.

“Mana anak baru itu? Kenapa belum datang juga?” Seorang siswa berpipi tembam mengeluh lesu seraya menjatuhkan kepalanya pada meja.

Ada siswa lain yang duduk paling belakang di antara teman-temannya, dia melirik jam tangannya kemudian mencebik dengan wajah kesal.

“Ini masih pukul tujuh kurang lima menit. Santai saja.” Seorang siswa bertubuh jangkung menimpali.

“Kita belum melakukan sesi interview dan tes.” Sahut siswa bernama Haechan.

Seorang siswa yang duduk di kursi paling depan, mengenakan lencana OSIS pada lengan kirinya menghela nafas, dia membuka map yang ada di atas mejanya dan membacanya.

YOURS [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang