Y14

15.7K 1.4K 99
                                    

Jaemin langsung berbalik saat berpapasan dengan Jeno dan itu membuat Jeno tersentak. Apalagi saat Jaemin melangkah hendak menjauhinya.

“Hei...” Panggil Jeno membuat Jaemin terperanjat kaget, dia sontak berhenti dengan wajah tegang.

Butuh beberapa detik bagi Jaemin hingga akhirnya dia berbalik, dia tatap Jeno yang melangkah menghampirinya.

“Apa kau sedang mencoba menjauhiku?” Tanya Jeno.

Yang di tanya hanya tertunduk dengan kedua jemari bertaut. Sementara Jeno masih menatapi Jaemin seolah menanti jawaban.

“Karena siapa aku mendapat surat peringatan, benar-benar merusak citraku sebagai Ketua Kedisiplinan.” Gerutu Jeno setengah mengomel seraya memalingkan wajahnya.

Jaemin mengulum bibirnya dengan ribuan perasaan bersalah. “Aku minta maaf.”

Jeno menoleh dengan kaget saat kalimat permintaan maaf keluar dari bibir Jaemin. Padahal dia hanya pura-pura mengomel, ingin mencari perhatian Jaemin, tidak benar-benar marah. Tapi mengapa respon Jaemin seperti itu? Dia seperti rindu saling bertengkar dengan Jaemin.

“Tidak. Maksudku...” Jeno berusaha mengoreksi kalimatnya, karena kini dia pula yang merasa bersalah pada Jaemin.

“Aku minta maaf atas kejadian ini. Karena aku kau mendapat surat peringatan.” Tuturnya.

“Tidak. Bukan begitu maksudku...”

“Kau benar, berada di dekatku hanya terus membuatmu sial. Mulai hari ini, aku akan berusaha menjauhimu. Saat kita tak sengaja bertemu, aku akan berpura-pura tidak melihat. Aku minta maaf membuatmu kesulitan.” Tuturnya panjang lebar.

Jaemin membungkuk hormat setelah kalimat itu, sementara Jeno hanya mematung. Tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya, tapi rasanya seperti sakit mendengar Jaemin melontarkan kalimat itu. Dia hanya bisa memandangi Jaemin yang akhirnya melangkah meninggalkannya.

Mengapa hatinya seperti di remas-remas, begitu sakit dan dia seperti kehilangan. Seperti tidak rela atas ucapan Jaemin.

Ada apa dengan dirinya?


📖📖📖


Jaemin tidak main-main dengan ucapannya, beberapa hari ini dia benar-benar menjauhi Jeno. Bahkan di kelas pun, tak ada interaksi apa-apa meski keduanya duduk berdekatan. Haechan dan Renjun sempat merasa aneh dengan keduanya, tapi seperti sudah menjadi hal biasa.

Namun begitu, Jeno sering mencuri-curi pandang ke arah Jaemin di belakangnya, saat guru sibuk menjelaskan, iris hitamnya justru bergerak melirik ke arah Jaemin di belakangnya, dan dia akan dengan cepat mengalihkan pandangannya sebelum Jaemin menyadari.

Kadang kala juga dia seperti ini menyapa tapi terlalu gengsi untuk memulai.

Dia heran, mengapa Jaemin jadi betah mendiaminya seperti itu? Bahkan Jaemin sudah tak pernah makan satu meja dengan anggota OSIS. Harus Renjun, Haechan dan Chenle yang mengalah makan dengannya di meja lain.

“Benar! Aneh! Tidak salah aku mengatai dia anak aneh dan anak bunglon.” Gerutu Jeno sebal seraya meletakkan buku ke loker dengan kasar.

Belakangan, Jeno menjadi lebih tempramental, apalagi saat melihat Jaemin. Seperti dia kesal sendiri karena Jaemin mendiaminya.

“Aneh, satu kelas tapi tidak bicara. Malah seperti dia yang memusuhi aku di saat aku yang harusnya marah karena kelakuannya!” Omel Jeno lalu menutup pintu loker dengan kasar hingga memicu perhatian siswa lain.

Jeno menyandang ranselnya dan melangkah untuk kembali ke kelas dengan mulut tak henti mengomel di sertai wajah sebalnya.

“Tunggu!” Pekik Jeno menghentikan langkahnya. “Apa aku baru saja merasa kesal karena dia?” Jeno bertanya-tanya.

YOURS [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang