Y28 (Menuju End)

14.3K 1K 36
                                    

Jeno dan Jaemin duduk pada sebuah kursi di taman, memperhatikan pengunjung lain yang berlalu lalang di sekitar mereka. Pria blasteran itu menoleh saat Jeno menautkan jari-jari mereka lalu bagaimana kepalanya jatuh pada pundak Jaemin membuat Jaemin tersenyum.

Jaemin membawa tangan kirinya untuk menepuk-nepuk pipi Jeno dengan sayang, lalu ibu jarinya mengusap pipi kekasihnya membuat Jeno bahagia.

“Sudah sore lagi, hari akan berganti lagi, dan kepulanganmu ke rumah semakin dekat.” Tuturnya lirih.

“Aku hanya pulang ke rumah. Bukan pergi jauh.”

“Tetap saja, kalau dekat seperti itu, kita bisa sering bertemu. Jika aku rindu, aku tinggal ke balkon dan memanggilmu.”

“Bisa panggilan video.”

“Tidak bisa mencium parfum bayimu itu, tidak bisa mencubit pipimu, tidak bisa menciummu juga.”

Jaemin menarik tubuhnya kaget mendengar kalimat terakhir kekasihnya hingga Jeno tak lagi bersandar di sana, dia ikut menoleh dan menatap wajah Jaemin yang seperti sebal karena ucapannya.

“Mau ciuman saja.” Jaemin mendengus.

“Ah ya, nanti malam ayo pakai master tisu bersama. Kita pernah punya rencana pakai kencan sheetmask kan?” Tanya Jeno membuat Jaemin tertawa.

“Kenapa tertawa?”

“Tidak, aku hanya merasa lucu. Apakah pasangan lain juga kencan sheetmask seperti kita?” tanya Jaemin di sela tawanya.

“Kalau tidak ada. Maka kita saja yang melakukan.”

“Ya sudah ayo pulang, sebentar lagi gelap.” Ajak Jaemin, dia menepuk paha kekasihnya lalu beranjak.

Jeno menghela nafas dan dengan malas menyusul kekasihnya, mereka melangkah dengan santai, sesekali masih menikmati senja dengan angin sepoi dan pemandangan taman rumput merah muda yang indah.

Di tengah perjalanan menuju pulang, Jeno tiba-tiba berhenti di depan sebuah toko pakaian membuat Jaemin menautkan alisnya bingung. Dia hanya berakhir turun saat Jeno mematikan mesin motornya.

“Mau apa ke sini?” Tanya Jaemin.

“Beli piyama, menurutmu lucu tidak kalau kita pakai piyama pasangan?”

Jaemin hanya tersenyum kikuk, dia tak punya pilihan selain mengikuti Jeno yang melangkah masuk ke dalam dan melihat-lihat. Hampir setengah jam di dalam, mereka akhirnya keluar menjinjing tiga kantung belanjaan dan kembali melanjutkan perjalanan untuk pulang.

Motor milik Jeno tiba di depan teras rumah keluarga Huang, dia memperhatikan sang kekasih yang kesulitan membuka pengait helm, dengan cepat dia membantunya di selingi tawa.

Jaemin memberikan helm dan paperbag belanjaan mereka, dan Jeno memberikan satu untuknya.

“Pakai nanti ya.”

“Uhm, kalau begitu aku masuk.” Pamit Jaemin yang di angguki oleh Jeno.

Pemuda itu kembali menyalakan mesin motornya dan kembali ke rumah setelah memastikan Jaemin masuk. Dia pun membersihkan diri dan makan malam, sudah tak sabar untuk kencan sheetmask —kata Jeno.

“Gongjunim...”

Jaemin yang tengah membaca buku di sofa kamar Renjun menoleh saat menerima sebuah pesan. Bibirnya mengulum senyum saat membaca pesan kekasihnya, dengan cepat dia menyambar ponselnya.

“Aku sudah menunggu.” Balasnya.

Jaemin enggan membalas pesan Jeno, dia melihat jam di ponselnya dan menunjukkan pukul delapan malam. Dia langsung meletakkan bukunya dan beranjak untuk ke rumah Jeno.

YOURS [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang