Y2

20.8K 1.7K 99
                                    

Bel sekolah berbunyi membuat seluruh siswa berhamburan masuk ke dalam kelas. Sementara Jaemin sudah duduk manis di kursinya, dia pandangi teman-teman satu kelasnya dengan senyum.

Jaemin menghela nafas lalu menatap keluar jendela. Senang rasanya bisa mendapat tempat duduk di dekat jendela. Dia bisa melihat keluar dan menatap hamparan rumput hijau dari lapangan sepak bola saat pelajaran terasa menjenuhkan.

Dia abaikan pikiran tentang teman sekelas barunya, mungkin seiring berjalannya waktu nanti, Jaemin juga akan memiliki teman untuk bercerita di dalam kelas.

Jeno melangkahkan kakinya dengan kedua tangan terlipat di dada. Namun saat di ambang pintu, dia terkejut melihat Jaemin sudah duduk di kursi yang berada di belakang kursinya.

Matanya yang sipit langsung membulat, kedua alisnya bertaut menatap Jaemin yang asik memandangi lapangan dengan tajam. Jisung terkejut hingga menabrak tubuh Jeno saat dia tak memperhatikan langkahnya dan tak tahu, Jeno berhenti tiba-tiba.

“Aish, bikin terkejut saja.” Omel Jisung. “Sedang apa berdiri di depan kelas?” Tanya pemuda jangkung itu kemudian.

“Bagaimana mungkin si idiot itu duduk di belakangku?” Gerutu Jeno dengan wajah marah, seperti air yang mendidih.

Jisung menoleh ke arah pandang Jeno saat mendengar gerutuan pria itu. Dia tertawa kecil melihat Jaemin sudah duduk manis, asik memandangi keluar. Jisung hanya menepuk pundak Jeno lalu berlalu ke dalam kelas dan mengambil posisi duduk di kursinya.

Jeno pun mau tak mau, melangkahkan kakinya untuk masuk.

Jaemin menoleh saat merasakan terpaan angin kecil, lalu sebuah siluet yang di tangkap Indra penglihatannya, dia tersenyum saat melihat Jeno, duduk di depannya.

“Hai, Jeno” Sapa Jaemin dengan senyum cerahnya. “Wah, kau duduk di depanku?” Tanya Jaemin, pria itu mencondongkan wajahnya untuk melihat Jeno di depannya.

Jeno menghela nafas mendengar suara Jaemin menusuk telinganya. Dia putuskan untuk abai, dan mengambil buku-bukunya di laci meja.

“Kenapa tidak menjawab sih? Sombong sekali.” Gerutu Jaemin dengan wajah sebal. “Hanya wajahnya yang tampan, tapi tidak punya kesopanan, ketua Kedisiplinan macam apa dia itu?” Omel Jaemin sengit.

“Memangnya ada kaitan Ketua Kedisiplinan dengan membalas sapaanmu?” tanya Jeno dengan suara beratnya membuat Jaemin merinding.

Dia lihat Jeno yang berbalik menatapnya dengan tajam. “Tugasku hanya mengatur kedisiplinan para murid, tidak ada kaitannya dengan hal yang kau sebutkan itu. Aku tidak suka seseorang menyinggung soal jabatanku.” Lanjutnya dengan dingin membuat Jaemin meneguk salivanya kasar.

“Tidak. Maksudku, kita kan satu kelas, kita akan menjadi teman ke depannya.” Sahut Jaemin.

“Teman? Aku tidak mau berteman denganmu, jadi perbaiki kalimatmu.” Jeno mengoreksi membuat Jaemin membulatkan matanya.

“Masa kita satu kelas sampai lulus tidak bisa menjadi teman.” Gumam Jaemin.

“Tidak semua bisa menjadi teman, dan aku salah satunya.”

“Baiklah. Aku minta maaf” Ucap Jaemin membungkuk pada Jeno.

“Dan lagi, kenapa kau harus duduk di sini? Masih ada kursi kosong lain.” Omel Jeno.

“Renjun menyuruhku duduk di sini. Lagi pula aku suka karena dekat jendela jadi tidak membuatku pengap saat belajar.” Ocehnya mulai sebal.

“Memangnya kenapa? Tempat duduk tidak ada hubungannya dengan jabatanmu sebagai Ketua Kedisiplinan kan?” Tanya Jaemin membuat Jeno mati kutu.

YOURS [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang