Y18

14.8K 1.3K 83
                                    

Jaemin mengulum bibirnya, dapat ia rasakan manis bibir Jeno di sana. Nafasnya naik turun memburu dan dia tak berani menatap Jeno, begitu pula Jeno.

Keduanya saling berbalik, tak berani saling tatap. Jeno mengacak rambutnya akan tindakan cerobohnya. Dia tak bisa mengontrol dirinya hingga kelepasan mencium Jaemin. Sekarang, baik dia dan Jaemin pasti akan canggung.

“Si-siapa yang berteriak?” tanya Jaemin, tubuhnya masih gemetar tak percaya.

Dia tengah asik menikmati ciuman Jeno yang memabukkan, lalu di kejutkan dengan suara teriakan seseorang. Sekarang dia dan Jeno hanya berakhir canggung satu sama lain.

“Ayo kita lihat.” Ajak Jeno.

“Ya ayo.” Jawab Jaemin gugup.

Keduanya hanya bisa bersikap seolah tak terjadi apa-apa, mereka pun berlari kecil menuju tenda dan melihat situasi sudah ramai.

Ternyata ada Renjun yang terkejut saat hendak keluar ingin buang air, mendapati Guanlin mengenakan Hoodie putih membawa senter.

Sekarang Renjun terduduk lesu di tikar, berada dalam dekapan Chenle dengan tubuh lemas karena kaget. Sementara pelaku yang membuat Renjun berteriak dan mengejutkan seluruh kelompok, hanya berdiri dengan kepala tertunduk.

“Ada apa?” Tanya Jaemin saat ia dan Jeno baru saja sampai.

“Kalian dari mana?” Tanya Mark penuh selidik membuat Jeno dan Jaemin saling tatap.

Dan itu mengingatkan keduanya pada ciuman mereka tadi. Lagi dan lagi, mereka mendadak canggung dan malu untuk bertatapan.

“Aku menemani Jaemin buang air kecil.” Jawab Jeno.

“Sejak kapan kalian menjadi dekat?” selidik Chenle.

“Kenapa dengan Renjun?” Jaemin langsung mengalihkan topik.

Bahkan dia pun bingung kapan mereka menjadi dekat dan tadi sudah berciuman. Aneh sekali.

Haechan pun menceritakan apa yang terjadi, mengapa Renjun berteriak dan membangunkan seluruh kelompok. Eunhyuk langsung melerai dan meminta semua kelompok kembali masuk ke tenda mereka.

Jeno tak melepaskan pandangannya saat melihat Jaemin menyusul teman-temannya masuk. Dan Jaemin mendadak seperti menjauhinya, melihatnya sebelum masuk pun tidak. Padahal Jeno merasa bersalah setelah mencium Jaemin tadi.

Dia tahu, baik dia dan Jaemin pasti banyak menyimpan pertanyaan.

Jam di ponsel Jaemin menunjukkan pukul dua. Tapi dia belum juga terlelap. Hanya sibuk berguling ke kanan dan ke kiri, atau sesekali dia akan menaikkan selimut agar membalut tubuhnya, yang jelas dia gelisah karena terpikir ciuman tadi.

“Ish! Ish! Pergi!” Omel Jaemin mengusapi wajahnya yang frustrasi karena bayangan ciuman dengan Jeno seperti enggan pergi dari kepalanya.

“Kenapa dia menciumku?” Batin Jaemin seraya menutupi wajahnya, berharap dengan itu, dia tak lagi memikirkan ciuman mereka tadi.

“Kenapa juga aku membalas ciumannya? Memalukan!” Umpat Jaemin dalam hati.

Pemuda itu membuka kedua tangan yang menutupi wajahnya. Dia embuskan nafas berat dan menatap langit-langit tenda. Kepalanya menggeleng karena bayangan ciuman mereka benar-benar tidak mau menghilang.


📖📖📖


Jaemin terduduk di dalam tenda dengan mata terpejam, bibirnya menguap karena masih merasa mengantuk, dia kurang tidur karena memikirkan Jeno.

“Jaemin, tidak ke sungai?” Tawar Renjun menyembulkan kepalanya ke dalam tenda.

“Uh, iya.” Jawab Jaemin.

YOURS [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang