Y21

15.6K 1.2K 160
                                    

“Halo Paman, selamat pagi.” Sapa Jeno membungkuk hormat pada Yuta.

Yang di sapa mengangguk sebagai respon, dia melihat putranya yang berdiri di sebelahnya, “Mau menjemput Jaemin?”

“Iya, Paman.”

“Kenapa tidak bilang kalau ingin pergi dengan Jeno, Baobei?”

“Uh? Dia juga tidak bilang kalau mau menjemput.” Jawab Jaemin membuat Yuta menatap Jeno dengan senyum menggoda.

Jeno menundukkan kepalanya seraya menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, dia tertawa kikuk lalu menatap Jaemin.

“Ayah, kalau begitu aku pergi dengan Jeno.”

“Ya, silakan. Hati-hati.”

“Kalau begitu, permisi, Paman.”

Yuta tersenyum membalas Jeno, dia masih berdiri di sana, melihat Jeno yang memasangkan helm untuk Jaemin, lalu dia naik ke motornya. Sebelum naik, Jaemin melambai ke arah sang Ayah lalu motor Jeno pun melaju.

Yuta hanya menggeleng memikirkan Jeno. “Dasar anak muda.”

Tak ada pembicaraan selama perjalanan, Jeno melirik ke arah belakang dengan wajah sebal, dia putuskan menekan rem membuat tubuh Jaemin terdorong ke depan dan dengan spontan memeluk Jeno hingga helm mereka berbenturan.

“Ish...” Omel Jaemin.

Jeno mencebik lalu menarik tangan Jaemin agar memeluk perutnya membuat Jaemin mengerucutkan bibirnya. Dia pun tak bisa berbuat banyak dan berakhir memeluk Jeno, namun saat tiba di dekat sekolah, Jaemin langsung menegakkan tubuhnya karena sudah terlihat beberapa siswa.

Motor Jeno terparkir rapi di kawasan parkir sekolah, Jaemin turun lebih dulu, lalu menyusul Jeno.

Jemari Jeno hendak menggenggam jemari Jaemin namun di tahan oleh pemuda Leo itu.

“Ini di sekolah. Aku malu.” Ucap Jaemin.

“Apa kau berpikir untuk menyembunyikan hubungan kita?” Tanya Jeno.

“Tidak. Tapi jangan berpegangan tangan, ini lingkungan sekolah, untuk menuntut ilmu, bukan kencan.”

“Baiklah. Kalau begini boleh?” Tanya Jeno merangkul Jaemin membuat Jaemin tersenyum di sertai anggukan kepala.

“Ayo jadi teman di sekolah.”

“Tidak mau!” Sahut Jeno seraya mengajak Jaemin untuk masuk ke gedung sekolah.

“Kenapa?”

“Aku sudah susah payah mendapatkanmu, aku mau semua orang tahu kau kekasihku. Tidak mau jadi teman, kau kekasihku.” Jawab Jeno tegas membuat Jaemin mencebik.

“Susah apanya? Aku langsung menerima.” Sungut Jaemin membuat Jeno tertawa.

“Tetap saja. Aku butuh perjuangan, membawamu kencan sebelum menyatakan perasaan cintaku.” Jeno beralasan membuat Jaemin berdecak.

“Ayolah, Hanya di lingkungan sekolah.”

“Tidak! Di mana pun, kau kekasihku.”

“Baiklah.” Jawab Jaemin dengan embusan nafas pasrah, dia enggan berdebat dengan kekasihnya pagi ini.

“Lihat, banyak yang melihat kita.” Ucap Jaemin saat netranya menangkap beberapa siswa yang menatap mereka seraya berbisik.

“Biar saja. Apa perlu aku berteriak sekarang jika kita berkencan?” Tanya Jeno, dia melepaskan rangkulannya dan bersiap hendak teriak.

Jaemin langsung menarik lengan Jeno saat melihat pemuda itu menarik nafas siap untuk mendeklarasikan hubungan mereka membuat Jeno tertawa begitu pula Jaemin.

YOURS [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang