Y27

13.9K 946 46
                                    

Jaemin berlari kecil melihat ponselnya di atas meja belajar Renjun, bibirnya langsung mengulum senyum cerah saat mendapati panggilan masuk dari sang Papa, dengan antusias, dia menjawabnya.

“Papaaaa!” Jaemin merengek manja, dia langsung duduk pada sofa kamar Renjun dan menyandarkan tubuhnya.

“Aigoo, bayi besarku. Kau baik-baik saja?” Tanya Winwin.

“Tidak baik. Aku rindu.”

“Aigoo, lihatlah! Sudah punya kekasih masih merengek seperti itu.”

“Aku Cuma punya kekasih, bukan punya suami. Masih manja kan tidak apa-apa.” Jaemin mencebik membuat Winwin tertawa.

“Ayah di mana?” tanya Jaemin.

“Bicara dengan temannya. Papa menghubungi karena rindu. Sebenarnya tadi sudah bicara dengan Paman Kim.”

“Lihat... Lihat... Kalian meninggalkanku dua hari dan baru menghubungi sekarang.” Omelnya membuat sang Papa tertawa.

“Kami akan pulang lusa.” Ujar Winwin.

“Benarkah?” Tanya Sang putra dengan mata berbinar yang di angguki oleh sang Papa.

Netranya menangkap pesan masuk dari Jeno, namun dia memutuskan untuk abai, karena masih rindu pada kedua orang tuanya, kepalanya jatuh lagi ke sandaran sofa dan asik berbincang dengan sang Papa.

Sementara yang mengirim pesan tampak memandangi layar ponselnya, menunggu pesan di baca oleh sang kekasih. Bibirnya mencebik lalu menatap ke balkon kamar Renjun.

“Gongjunim...” Panggil Jeno lirih.

Matanya tak lepas menatap pintu balkon kamar Renjun yang tak kunjung terbuka.

“Jaemin-ah, ah sedang bicara dengan Paman?” Tanya Renjun yang baru saja masuk ke kamarnya selepas makan malam.

“Aku mau mengajakmu ke balkon.” Lanjutnya.

“Uhm, aku akan menyusul nanti.” Jawab Jaemin yang di angguki oleh Renjun.

Pemuda bertubuh mungil itu membuka pintu kamar balkon, tepat dengan Jeno yang mengulum senyum lebar, dia langsung mengambil posisi memunggungi Renjun.

Renjun tertegun saat dia keluar melihat Jeno sudah berdiri memunggunginya, jangan lupakan dengan satu tangan naik ke udara menunjuk langit.

“Gongjinim, lihat!” Teriak Jeno, dia langsung menari-nari bak Michael Jackson.

Renjun hanya diam, memandangi Jeno dengan mulut menganga heran. Dia biarkan Jeno menari-nari di balkonnya, apalagi saat pinggulnya mengentak-entak, dia pasti sudah berangan-angan bak Michael Jackson.

“Hahah! Bagaimana? Aku keren tid...” Jeno bertepuk tangan lalu dia menoleh ke arah balkon Renjun dan langsung memasang wajah sedatar mungkin saat melihat Renjun berdiri di ambang pintu balkon menatapnya heran.

“Apa ini?” Tanya Renjun.

Aish...
Jeno merutuki dirinya sendiri, dan dia langsung berlalu masuk ke dalam kamar di selimuti rasa malu luar biasa, menyisakan Renjun yang akhirnya tertawa terbahak-bahak, sampai tubuhnya jatuh di lantai dan menepuk ubin marmer itu.

Jaemin yang tengah asik berbincang dengan sang Papa sampai menoleh dengan kaget.

“Kenapa?” Tanya Jaemin melihat Renjun tertawa sampai meneteskan air mata.

“Kau tidak lihat kekasihmu...” Ucap Renjun di sela tawanya, dia bersandar pada pintu sembari memegangi perutnya yang kram. “Dia tadi...” kalimatnya terputus-putus karena berusaha menahan gelak tawanya.

YOURS [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang