Sei'Ra Meats cabang ke 4 sudah siap menyambut para tamu dan pembeli di grand opening hari ini. Karangan bunga ucapan selamat dari beberapa perusahaan di bawah naungan W Corp dan kolega Seira juga sudah berjejer di area parkiran. Para wartawan pun mulai bersiap untuk menyoroti kehidupan seorang pewaris dari keluarga Watanabe, mereka tak mau ketinggalan momen.
"Wartawan juga dateng?" tanya Jihoon yang menatap bingung pada sekumpulan manusia dengan kameranya. "Lo ngundang mereka?"
Seira mengangguk sebagai jawaban. Perempuan itu sudah siap keluar dari Rubicon Merah yang Jihoon bawa. "Lumayan buat promosi," balas Seira. Ia menarik napasnya dalam-dalam sebelum akhirnya membuka pintu mobil Jeep itu.
Tak hanya Seira yang keluar, Jihoon juga bergegas keluar dan memutar untuk membantu Seira keluar dari mobilnya yang tinggi itu. Melihat Keberadaan Jihoon yang keluar dari mobil membuat para wartawan langsung menghampiri Jeep Rubicon merah itu. "Pagi, Pak," sapa Jihoon dengan hangat, seakan para wartawan itu adalah kawan lamanya.
"Pagi Mas Jihoon, ikut grand opening juga?"
Jihoon tersenyum ramah, untung saja ia memiliki jiwa mudah berbaur dengan siapapun. "Pasti dong, Pak," balasnya sembari membantu Seira untuk turun dari mobil.
Para wartawan itu memang tidak langsung menodongkan kamera, tetapi berbagai jenis pertanyaan jelas sudah mereka siapkan untuk wawancara colongan. "Untuk acara opening Sei'Ra Meats kali ini keluarga ada yang datang nggak, Mbak Sei?"
"Haruto datang Mbak Seira?"
"Katanya Mommy nggak diundang ya, Mbak?"
Padahal Seira sudah sebisa mungkin memberikan senyum terbaiknya, namun semua itu sirna saat mendengar pertanyaan terakhir, moodnya seketika berubah menjadi buruk. Syukur Jihoon dengan mudah memahami situasi yang ada. Lelaki itu langsung mengambil alih kendali.
"Acaranya baru mulai nanti jam 9. Ini Abang-abang semua mending sarapan dulu di dalem," ucap Jihoon tiba-tiba saja memanggil para wartawan dengan sebutan abang, "sambil ngopi-ngopi dulu. Kami sudah disediain tempatnya."
Sebetulnya Jihoon tak tahu dengan apa yang terjadi di dalam, tapi sepertinya Seira juga sudah menyiapkan bagian khusus untuk media. "Masuk dulu aja Abang-abang semua. Tapi, maaf banget harus lewat pinggir, soalnya pintu depan udah dipitain."
"Santai, Mas Jihoon. Kita siapin kamera dulu."
Acungan ibu jari langsung Jihoon beri. "Oke, nanti langsung ke belakang aja ya. Kami duluan, Bang."
Setelah berhasil pamit dengan ramah pada para wartawan, Jihoon dengan sigap merangkul Seira dan menuntun perempuan itu menuju bangunan berlantai dua itu. "Masih pagi udah bad mood aja," goda Jihoon yang dengan jahil memiringkan kepalanya hingga berbenturan dengan pucuk kepala Seira, "senyum dong, Bu Seira."
Decakan Seira justru terdengar, bibirnya masih tetap manyun. "Mereka yang salah! Masih pagi udah bikin orang bad mood," balasnya dengan ketus.
"Kerjaan mereka, kan, emang nanya," balas Jihoon santai. Kali ini lengan kanannya sudah merangkul pundak Seira, "udah biarin aja.
Tak ada lagi balasan dari Seira, sedangkan Jihoon semakin gemas merengkuh perempuan itu. "Lo nggak bisa ngatur apa yang di luar kendali lo, jadi cukup atur apa yang bisa lo atur. Misalnya suasana hati lo."
Seira jelas langsung mendongak ke arah Jihoon. Ekspresinya terlihat tak percaya karena lelaki yang ada di sebelahnya mengeluarkan kata-kata seperti tadi. Mulut Seira bahkan sedikit terbuka saat menatap Jihoon.
"Iya tau gue ganteng," ucap Jihoon lanjut menggoda Seira, "tapi nggak perlu terpana gitu--"
"Najis," sela Seira cepat, perempuan itu langsung melepaskan diri dari rengkuhan Jihoon. Ia bahkan melangkah lebih dulu, meninggalkan Jihoon yang sudah tertawa puas dan berusaha mengejar Seira.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE FIANCE [Jihoon-Sei]
FanfictionSejak malam pertunangan, sejak Jihoon melihat Seira muncul dari balik pintu ballroom. Sejak saat itu dia tahu kalau Watanabe Seira memiliki arti sendiri untuk hidupnya. Jihoon tak pernah menjalin hubungan serius dengan perempuan manapun. Sayang, saa...