8. Pawang Seira

516 131 28
                                    

From: Ei
Ji, gue ke Sei'Ra Meats sama Asahi

Jihoon yang sedang menikmati sarapan hanya bisa memanyunkan bibir saat membaca pesan dari Seira. "Bang, lo marah nggak kalo cewek lo dianter sama temen lo?"

Woojin yang sedang menikmati nasi goreng hanya mengedik sekilas. "Gue nggak punya cewek," balasnya singkat.

"Oke gue ganti. Kalo cowok lo--"

"Makan, Ji! Jangan sampe lo gue jadiin adukan buat kopi," sela Bang Woojin dan setelah itu menghabiskan sarapannya.

Pagi ini hanya Jihoon dan sang abang yang sarapan di meja makan. Sedangkan Mama dan Papa mereka sedang melakukan perjalan dinas ke luar kota. Makanya mereka bisa makan sesuka hati, di luar aturan militer sang papa.

Sebagai anak dari petinggi angkatan laut, Jihoon dan Woojin lumayan dididik keras oleh papanya. Namun didikan keras itu tak terlalu mempan untuk mereka, secara dua manusia itu lebih sering menerapkan konsep masuk telinga kanan keluar lubang hidung kiri. Mental mereka memang luar biasa.

"Btw, hasil CT Scan Seira udah keluar? Gimana hasilnya? Aman, kan?"

Jihoon tak lagi melahap roti bakarnya. "Kok, lo perhatian banget sama Seira?" tuduhnya dengan nada suara terdengar tak suka.

Untung Woojin lagi mode sabar dan paham kalau adiknya lagi dimabuk cinta. Ia justru mengulang pertanyaan yang sama. "Hasil CT Scan udah keluar?"

"Kok lo perhatian banget, Bang?"

"Apa sih, Anjing! Gue nggak akan rebut Seira juga!" Mumpung di rumah nggak ada papa sama mama, Woojin udah nggak bisa nahan emosinya yang memang setipis benang yang sudah dibagi dua. "Nggak usah protektif nggak jelas, deh!"

Jihoon kembali memakan potongan roti bakarnya. "Lo pas gue kecelakaan aja nggak pernah nanyain hasil CT Scan keluar kapan--"

"Ngapain gue nanya? Orang setiap lo kecelakaan yang ngurus rumah sakit itu gue!"

Park Woojin dan Park Jihoon ini sangat akrab, mereka hanya terpaut usia satu tahun, jadi dibanding adik kakak, tingkah mereka lebih seperti upin-ipin. Bahkan, meskipun Jihoon tidak bercerita mengenai masalahnya pada sang abang, Woojin akan mengetahui itu seperti cenayang. Contohnya saja tentang Jihoon yang mulai menyadari perasaannya pada Seira.

"Balik lagi ke CT Scan," balas Woojin di sela-sela menyesap kopinya, "hasilnya gimana?"

"Hari ini baru keluar, tapi nggak tau deh Seira bisa ke sana atau nggak," balas Jihoon sembari curhat colongan pada sang abang. "susah banget itu manusia diaturnya."

Woojin tak bisa menahan tawa. Kalau sudah mode obrolan serius, dua adik kakak ini memang cukup terlihat normal. Lumayan, lah, normalnya lebih dominan terlihat meskipun tidak terlalu lama.

"Yaaa ..., seninya emang di situ," bahas Woojin yang duduk dengan lengan yang melipat di atas perut. "Resiko deketin cewek mandiri."

"Seira pake BCA, Bang."

Emang nggak cocok mereka itu ngomong serius lama-lama. Kayaknya lebih dari lima menit aja udah gatel itu lidah buat ngeluarin kata-kata bobrok. Ada aja sampah yang keluar dari mulut mereka.

"Iya, BCA Prioritas lagi. Makin susah lo dapetinnya."

Jihoon berdecak sebal. Bisa-bisanya Park Woojin ini dengan santai memamerkan keunggulan Seira yang jelas membuatnya kalah telak. "Jahat banget lo jadi kakak! Malah bikin adeknya makin insecure."

"Lah? Punya rasa rendah diri lo?" sindir Woojin yang seketika mengubah posisi duduknya menjadi lebih menegak. "Tumben ...."

Sebetulnya rasa tidak percaya diri itu biasanya Jihoon pendam sendiri. Namun, entah mengapa tiba-tiba saja ia mengutarakannya pada sang kakak. "Sama yang lain sih, nggak. Tapi, kayaknya kalo sama Seira gue jauh dibawah dia, deh."

FAKE FIANCE [Jihoon-Sei]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang