-Extra Chapter : Kamu Harus Hidup Lebih Lama Dari Aku-

244 35 0
                                    

.
.
.

"Kalian malem ini nginep ya," pinta Oma saat sedang kumpul taman belakang yang rindang. "Kikyu emang nggak kangen sama kamar? Sese juga, Oma siapin kamar buat kamu."

"Mi, namanya Seira," koreksi Mommy yang entah mengapa merasa kurang nyaman saat nama putrinya diganti menjadi Seojeong, meskipun nama itu dulunya memang masuk ke dalam list kalau nanti memiliki anak.

Oma menggeleng, "Buat Mami, cucu Mami nanya Seojeong," kekuhnya tak mau terbantahkan. Kalau gengsi dan ego yang tinggi Mommy dapatkan dari Opa, maka keras kepala Mommy diwarasi dari Oma.

"Kasian Seira, Mi. Dia bingung namanya banyak banget."

Merasa kalau bibit-bibit bentrok mulai tercipta, Seira yang sedang menikmati potongan buah akhirnya turun tangan. "Nggak apa-apa, kok, Mom," sahutnya setelah menelan apel yang sebelumnya masih ia kunyah. "Aku dipanggil Yiyi sama Mommy, sama Om Jidi dan beberapa orang dipanggil Ei, jadi nggak apa-apa kalau Oma sama Opa panggil aku Sese, nggak masalah kok."

"Terus dipanggil Ayang sama Jihoon," sahut Opa menggoda cucunya, "dan itu lebih nggak masalah ya, Se?"

Dibandingnya ngambek, Seira justru mengangguk dengan angkuh. "Iya, dong," balasnya dengan sombong. "Kalo yang itu cuma Jihoon yang boleh panggil."

Bener kata Opa, nggak semua tingkah Jihoon harus Seira tiru. Soalnya ini denger Seira meniyakan ledekan Opa entah mengapa terasa begitu menyebalkan. Aura Jihoon-nya terasa begitu kuat.

"Ngomongin Jihoon, kemana itu manusia?" sahut Oma yang fokusnya berhasil dialihkan. "Oma kira kamu sama Jihoon sepket, terus kemana-mana harus bareng."

Seira kembali menikmati potongan buahnya dan tak merasa terbebani oleh pertanyaan tentang Jihoon. "Lagi latihan buat kejurnas, sekalian cek kondisi mobil, sore ini aku mau nyusul ke sirkuit."

"Emang udah sehat?" sahut Opa, ekspresi khawatrinya bahkan begitu terbaca. "Bukannya kamu larang dulu, Se."

"Biarin aja, dia lagi nyari duit buat modal bangun bisnis bengkelnya," balas Seira yang secara tersirat membantu Jihoon untuk mendapatkan suntikan modal dari Opa. "Dia mau jadiin P Oto Care bengkel untuk umum."

"Iya, kah? Dia butuh modal berapa? Biar Opa jadi investor."

Langsung masuk perangkap! "Nanti Opa tanya aja langsung ke Jihoon, aku nggak mau bantu," balasnya terdengar tidak begitu peduli dengan urusan bisnis pasangannya. Emang dasar pewaris gengsi tinggi.

---

Jika tadi siang Seira menemani Mommy, maka berbeda dengan sore hari. Setelah memastikan kalau Mommy aman bersama Oma dan Opa, Sei memilih memberikan waktu agar mommy-nya bisa berkumpul dan melepas rindu sebagai anak perempuan satu-satunya. Sedangkan ia melipir ke tempat Jihoon latihan.

Ralat! Sebetulnya bukan karena memberikan waktu untuk Mommy. Seira menyusul Jihoon ke Sirkuit memang karena ia khawatir, apalagi ini latihan perdana Jihoon yang betulan turun langsung ke sirkuit standar internasional.

"Jangan kasih tau Seira--"

"Kenapa jangan kasih tau aku?" sela Seira yang baru saja tiba di pit area team Jihoon. Perempuan itu mendekat pada Jihoon yang duduk dengan tangan kanan yang sedang dikopres oleh air es. "Kenapa itu tangan?"

Jihoon langsung menyengir, sakit di tangannya seketika sirna dan tergantikan oleh rasa takut. "Eh Ayang," panggilnya berusaha menyembunyikan kompes berisi air es, "aku kira sampe malem di rumah Opa, tadinya abis dari sini aku mau ke sana."

"Itu tangan kenapa?" Sei tak terpengaruh dengan ucapan Jihoon, tatap tajamnya begitu tajam, kedua langannya masih bersidekap di depan perut. "Kenapa, hm?" interogasinya dengan tatapan tajam.

Mata Jihoon tak berani membalas tatapan Seira. Lelaki itu betulan takut pada pasangannya, ya bibit-bibit suami takut istri mulai terlihat. "Biasa, agak keram aja--"

"Biasa?" sela Seira masih tetap dengan suara dinginnya. "Kamu bilang biasa? Keram di tangan kamu itu biasa?"

Para manusia di pit area langsung menjauh dari jangkauan Seira dan Jihoon. Semuanya berlagak sibuk, bahkan yang sebelumnya hanya leha-leha saja kini berjongkok di depan Si Gaspol, Honda Civic yang sering menjadi andalan Jihoon untuk balap. Jongkok aja, liatin ban mobilnya sampai berubah bentu jadi trapesium.

Pokoknya, yang penting mereka tidak terlibat dan terkena omelan Ibu Bos, alias Seira.

"Udah ah, ngundurin diri aja!" Putus Seira dan berhasil membuat semua manusia di sana menoleh padanya. "Tinggal bayar pinalti, kan? Berapa, sih? Dari pada nyawa kamu yang ilang--"

.
.
.

"Maksudnya aku nggak boleh nangisin kamu?"

"Bukan gitu," dengan cepat Jihoon menggeleng, "kamu boleh nangis di depan aku, boleh banget, Sayang. Tapi jangan pernah nangisin aku."

Bukannya paham dengan penjelasan mendetail Jihoon, kening Seira justru semakin berkerut. "Kenapa aku nggak boleh nangisin kamu? Aku nggak pernah nangis loh--"

"Nah itu!" sahut Jihoon serius. "Kamu perempuan kuat, masa cuma gara-gara aku, kamu jadi lemah."

"Emang aku nggak boleh lemah?"

"Boleeeh, kamu boleh lemah kalau lagi sama aku," jelas Jihoon yang dengan santai merangkul Seira dan membawa perempuan itu ke dalam pelukannya, "tapi kamu nggak boleh lemah karena aku."

Seira menodngak, menatap penasaran pada Jihoon. "Emang kenapa?"

"Kalau kamu lemah karena aku, sedangkan aku lagi nggak bisa lindungi kamu--"

"Omongan kamu kayak orang mau mati,"

.
.
.

Yang tadi itu hanya potongan-potongan dari Exrtra Chapter 1 Fake Fiance🌚

Buat tau cerita lengkapnya, kamu bisa langsung ke KaryaKarsa dengan cara:

1. Masuk ke web karyakarsa.com

2. Search akun Arrastory

3. Pilih karya yang mau teman-teman beli, misalnya Extra Chapter Fake Fiance
(1. Kamu Harus Hidup Lebih Lama dari Aku)

4. Lakukan pembayaran dulu. Bisa lewat dana, shopee pay, ovo dan sebagainya ....

5. Part berhasil dibuka dan teman-teman bisa baca Extra Chapter Sei dan Jihoon yang gemesh-gemesh di dalam mobil💞

FAKE FIANCE [Jihoon-Sei]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang