Ini cuma rapiin part 2 yang bengal banget nggak bisa diurutin.
Jadi aku copy paste pindahin ke sini wkwkwk
Tapi, Vote juga boleh koooo :*
---
Mercedes G Class langsung menyambut Seira yang baru saja keluar di balik pintu gerbang rumahnya. Jihoon sendiri sudah turun dan menyapa security yang berjaga sebelum menghampiri Seira. "Nggak ada jaket yang lebih tipis?" tanyanya menyindir jaket yang Sei pakai.
"Ada, bentar mau ganti dulu--Katanya yang lebih tipis!" pergerakan Seira yang sudah berbalik untuk kembali masuk langsung tertahan karena Jihoon menarik hoodie jaket sport-nya yang memang tidak ia pakai. "Lagian di sini malem juga panas!"
Jihoon tak lagi membalas perkataan Seira, lelaki itu sudah membukakan pintu samping kemudi untuk Seira. "Mekdi paling deket dari sini emang di mana?" tanyanya saat Seira sudah duduk di dalam mobil, ia belum menutup pintunya dan masih bertengger di hadapan Seira.
"Nggak mau yang deket, ada McD langganan gue. Ke sana aja."
"Siaaap," balas Jihoon lalu menutup pintu mobil SUV mewah berwarna hitam itu, Jihoon tak protes, lelaki itu langsung setuju. "Pak, Mariii. Nanti Seira-nya saya anterin pulang ke sini lagi sebelum matahari terbit."
Security yang berjaga itu hanya bisa tersenyum tipis dan masih terus memperhatikan Jihoon hingga lelaki itu masuk ke dalam mobil. Pak Prapto bahkan masih terus menatap Mercedes itu sampai tak lagi terlihat, bekerja sebagai security sejak Seira kecil membuatnya merasa tenang saat melihat kehidupan Sei yang sekarang. "Tuan, sekarang anak perempuan Tuan sudah menemukan laki-laki yang baik."
Tak heran Pak Prapto sampai menatap dengan begitu harunya. Ia adalah saksi hidup saat Seira merasakan kebahagiaan kala orang tuanya masih utuh. Pak Prapto juga saksi hidup yang melihat betapa hancurnya masa remaja Seira yang sering bertengkar hebat dengan Tuan Watanabe. Jadi, saat sekarang Seira memiliki tempat untuk berlindung, Pak Prapto ikut merasa lega dan bersyukur.
Beralih dari Pak Prapto, di dalam Mercedes G-Class milik kolega Papa Hyunbin, Jihoon sedang berusaha menyetir dengan Seira sebagai penunjuk jalan. "Pasti tadi abis marahin si Haruto," tebaknya mengalihkan fokus Seira pada jalanan di depan yang begitu sepi.
"Abis nonton Haruto dimarahin," koreksi Seira dengan nada terdengar sebal, "mana itu anak sekarang ngeyel banget, dia masih tetep mau nolongin Mara. Cih."
Senyum Jihoon seketika terbit, namun sialnya degup jantung yang sebelumnya mulai aman kini kembali menggila. Padahal dulu juga ia sering mendengar keluhan Seira, tapi kenapa malam ini jatungnya berdegup begitu kencang hanya karena mendengar suara Seira yang mengeluh? "Terus gimana? Haruto bakalan ikut terjun ke dunia bisnis juga?"
"Dia, sih, janjinya gitu. Dia bilang bakalan berusaha ngatur waktu antara kuliah kedokteran hewannya sama ngurus bisnisnya."
"Nah, itu bagus--"
"Bagus apaan!" sela Seira cepat. ia menepis perkataan Jihoon. "Otak Haruto itu kalo urusan bisnis langsung tumpul seketika, yang ada malah jadi masalah baru buat gue."
"Belok kiri atau kanan?" Jihoon lebih dulu bertanya mengenai jalan menuju McDonald kesukaan Seira.
"Lurus aja, sampe ketemu persimpangan, lo langsung belok kiri," jawabnya masih dengan nada yang terdengar kesal. "Padahal beberapa minggu lalu gue udah bilang ke Ruto, urusan Mara biar gue handle, tapi bisa-bisanya itu bocah malah dateng bareng di depan para wartawan."
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE FIANCE [Jihoon-Sei]
FanfictionSejak malam pertunangan, sejak Jihoon melihat Seira muncul dari balik pintu ballroom. Sejak saat itu dia tahu kalau Watanabe Seira memiliki arti sendiri untuk hidupnya. Jihoon tak pernah menjalin hubungan serius dengan perempuan manapun. Sayang, saa...