27. Jatuh Cinta Sendiri?

431 110 73
                                    

Seakan tak ada masalah yang terjadi antara keduanya, Jihoon dengan santai menyapa Seira yang baru saja tiba. Sama halnya dengan Jihoon, Sei pun membalas sapaan lelaki itu sembari melangkah menuju dapur untuk mengambil air mineral.

"Kok udah balik?" tanya Seira yang kini sudah menuangkan air mineral ke gelas. "Katanya lima hari di Jepang."

Jihoon menolehkan tubuhnya ke arah dapur, "Kalo masuk final sih, seharusnya lusa baru pulang, tapi karena gue nggak lolos, jadi balik aja duluan."

"Kok bisa nggak lolos?" tanya Seira sedikit menukikkan alisnya, baru kali ini ia mendengar seorang Park Jihoon tidak lolos di sebuah ajang perlobaan drifting.

"Di babak penyisihan mobil gue hilang kendali, jadi blong nabrak pembatas area sampe kap depan ringsek--"

"HAH? RINGSEK GIMANA?" Seira yang sudah menenggak habis minumnya kini menghampiri Jihoon dan ikut bergabung di sofa ruang tengah. "Terus lo nggak kenapa-kenapa? Kok bisa sampe lost gitu?"

Senyum Jihoon jelas seketika terbit, tatapan Seira jelas memperlihatkan gurat khawatir. "Aman, cuma nggak lolos aja, soalnya performa nggak bagus, kan."

Helaan napas lega berembus begitu saja, panik seketika sirna dari pikiran Seira dan beberapa detik lalu sempat kalut. "Udah periksa, kan? Emang nggak ada gejala cedera?"

Jelas Jihoon semakin besar kepala, kapan lagi ia dikahwatirkan Seira. Padahal sebelum-sebelumnya juga Sei tak pernah sekhawatir ini saat ia mengalami kecelakaan kecil ketika latihan atau balapan. "Amaaan," balas Jihoon yang dengan manja menyandarkan kepalanya di pundak Seira, "cuma sekarang jadi makin sering kesemutan aja."

"Apa yang sering kesemutan? Posisi lo pas mobil nabrak emang kayak gimana?" Sei membiarkan kepala Jihoon bersandar di pundaknya, namun mata perempuan itu masih terus menatap seluruh bagian tubuh Jihoon, berusaha memastikan apa ada yang salah dengan lelaki itu. "Yang kesemutan bagain mana, Park Jihoon?"

Dengan manja Jihoon memeluk Seira, kepalanya semakin nyaman bersandar di pundak perempuan itu. "Tangaaan kanan, soalnya nekuk kehimpit badan sama setir, tapi kesemutan biasanya dua-duanya kena," jelasnya dengan manja. 

"Ck! Kok bisa sampe kehimpit? Safety lo tumben jelek!"

Senyum Jihoon kembali terbit, "Ini gue bisa balik selamat juga karena safety bagus, kalo nggak bisa-bisa yang pulang cuma jasad--"

"Emang separah itu?"

"Nggak, itu gue sok lepas tangan aja, sih--"

"Kok bisa ngelamun?" 

Bukannya langsung menjawab pertanyaan Seira, Jihoon justru semakin erat memeluk Seira. Lagian kalau Jihoon bilang ia melamun karena mikirin Seira, nanti malah kena maki. "Ya bisa aja--"

"Mikirin apa?" Untuk kesekian kalinya Seira menyela perkataan Jihoon. Perempuan itu terdengar tidak sabaran. "Kok bisa sampe nggak fokus?"

"Mikirin lo,"

"Dih? Bego!"

Kan bener! Jihoon langsung kena maki Seira. Namun, lebih baik kena maki daripada Jihoon menjelaskan alasan yang sebenarnya mengapa ia sampai kecelakaan saat turnamen.

Bibir bawah lelaki itu seketika maju, berlagak sedih karena dimaki Seira. "Jahat banget, padahal ini lo pelaku, gue korban."

Jelas Seira tak terima bisa-bisanya dia yang tidak ada di TKP waktu Jihoon kecelakaan malah dijadiin pelaku. "Dih? Itu mah kebodohan lo sendiri," sewot Seira yang masih tetap membiarkan kepala Jihoon bersandar di pundaknya, "biasanya juga fokus kalo lagi ada kompetisi gituan."

FAKE FIANCE [Jihoon-Sei]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang