36. Lagi Lagi Luapin Masalah

412 87 30
                                    

Seira tak bisa menahan tangisnya, sekuat apapun ia menggigit bibir bawah, ternyata masih kalah dengan air mata yang memaksa untuk keluar. Bahkan sekarang perempuan itu tak bisa mengatur isak tangisnya.

Merasakan tubuh Seira yang bergetar membuat Jihoon semakin erat memeluk perempuan itu. "Masalahnya berat banget? Mau cerita sama gue nggak?"

Bukannya menjawab, air mata Seira justru semakin membasahi wajahnya. Cara Jihoon bertanya, nada bicaranya yang lembut rupanya berhasil membuat pikiran Seira semakin runyam. Bayangan tentang sebanyak apa Jihoon berkorban rupanya berhasil membuat tangis Seira semakin pecah.

Jihoon jelas langsung menuntun Seira agar berbalik dan membuat mereka saling berhadapan. Kedua tangan Jihoon sudah berada di pipi kiri dan kanan perempuan itu, "Berat banget, ya?" tanya Jihoon pelan, kedua ibu jarinya dengan lembut mengusap air mata di pipi Seira.

Sedangkan Seira, dengan tanpa kendali perempuan itu menyandarkan kepalanya ke dada Jihoon. Seakan tak terima kalau pelukannya dengan Jihoon selesai, Sei kembali memeluk tubuh lelaki itu. Kali ini, Sei bahkan bisa menghirup aroma tubuh Jihoon dengan jelas.

Paham kalau Seira masih tak ingin bercerita, Jihoon memilih untuk balas memeluk perempuan itu. Namun, tangan kanannya yang masih terbebas lebih dulu mematikan kompor yang mie instan di dalam wajan itu lembek. "Gue ada di sini, lo nggak sendiri ...."

🌱

Mi instan yang sudah sangat mengembang dan lembek itu nyatanya masih tetap habis dinikmati oleh Jihoon dan Seira. Keduanya kini sudah duduk bersampingan di sofa ruang tengah bungalow milik Seira. Suara ombak yang masih terdengar samar, menjadi lagu latar untuk obrolan keduanya malam ini.

"Mau cerita sekarang?" tawar Jihoon, lelaki itu duduk menyamping ke arah Seira. Kepala Jihoon bersandar di kepala sofa, sedangkan netranya menatap tulus pada Seira. "Selama di sini lo nikmati pikiran lo yang berisik itu sendiri?"

Sei menghela napas, perempuan itu ikut duduk menyamping, menyandarkan kepalanya di sandaran sofa dan membuat keduanya saling bertatapan. "Nggak berisik banget, tapi gue berusaha nyari jawaban dari pertanyaan gue sendiri."

"Udah nemu jawabannya?"

Gelengan kepala Seira beri sebagai jawaban. "Makin gue cari jawabannya, makin gue nggak terima sama jawaban itu dan berharap bukan itu jawabannya."

Otak Jihoon yang minimin itu seketika konslet, dia ngerjain tugas aja pake joki, lah ini harus denger cerita Seira yang memakai kata berputar-putar. "Jawaban yang bener emang ada di mana? Di kunci jawaban buku Airlangga?"

Ingin rasanya Seira gebuk kepala Jihoon, tapi energi dia sudah habis karena tadi menangis. "Gue mau nanya sesuatu sama lo," ucap Seira yang akhirnya memilih untuk mencari jawaban langsung pada sang pemeran utama yang menggangu pikirannya.

"Sesubanyak juga boleh," balas Jihoon diakhir dengan sengirannya. "Mau nanya apa, Sayaaang?"

Helaan napas berat lebih dulu Seira hembuskan, perempuan itu mengumpulkan keyakinannya terlebih dahulu. "Lo punya perjanjian apa sama Mama?"

"Hm? Perjanjian apa?" Jihoon mengerutkan keningnya, otak minimnya yang sudah lama tidak dipakai karena sering bolos kuliah itu kini dipaksa bekerja keras. "Perjanjian apa, Yang? Perjanjian buat nggak ke sirkuit dulu?"

Seira berdecak sebal, namun ia tak bisa meluapkan rasa kesalnya karena tahu Jihoon betulan tak paham, bukan sedang pura-pura dan menghindari pertanyaannya. "Perjanjian lo antara Mama dan Bang Woojin. Mama bilang, dua anak laki-lakinya cuma boleh ngenalin satu perempuan ke Mama."

"Aaaa itu! Iya-iya, gue inget," sahut Jihoon heboh. "Eh, terus apa masalahnya?"

"Kenapa lo ngenalin gue ke Mama? Kan berarti lo pake jatah lo buat ngenalin cewek!"

FAKE FIANCE [Jihoon-Sei]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang