Kehidupan kampus sudah kembali di mulai. Sebagai calon mahasiswa abadi yang sering dapet nilai D dan E, Jihoon jelas tak asing dengan ulang kelas. Misalnya saja malam ini, Jihoon harus mengulang kelas kewirausahaan sosial bareng dengan mahasiswa kelas karyawan di semester tiga.
Park Jihoon itu aslinya anak kelas reguler yang harusnya masuk jadwal pagi sampai siang. Namun, si cerdas nan kaya ini dengan sesuka hati memilih kelas malam meskipun harus bayar lebih mahal. Demi bisa sekelas dengan Seira, apapun Jihoon lakukan.
"Ayaaang," Jihoon dengan semangat melambaikan tangan saat melihat Seira masuk ke ruang kelas. Tak peduli dengan para penghuni kelas lainnya, lelaki itu sudah tersenyum lebar pada Seira. "Ayang siniii," panggilnya sembari menepuk meja dan kursi di samping ia.
Seira melangkah masuk ke dalam kelas, perempuan itu betulan duduk di samping Jihoon. "Lo ngulang berapa kelas semester ini?" tanyanya menatap sinis Jihoon.
Sengiran Jihoon beri pada Seira. Lelaki itu tak perlu menjelaskan berapa banyak MK yang ia ulang, nanti juga Seira tahu. "Lo bawa parfum nggak? Gue belum madi anjir, dari pagi udah di kampus."
"Ngapain? Lo udah makan belum?"
"Kuliah lah! Sekalian rapat buat open recruitment anggota himpunan," jelas Jihoon sembari menerima botol parfum yang Seira sodorkan padanya, "ke sini lo bawa mobil kan, Yang?"
Sei mengangguk, ia tak mempedulikan penggilan sayang yang keluar dari mulut Jihoon. "Lo udah makan belum?" ia mengulang pertanyaan yang belum mendapatkan jawaban.
"Tadi siang udah--"
"Malem ini?" sela Seira cepat. Entah mengapa nada suaranya terdengar lebih meninggi, meskipun hanya bisa di dengar oleh Jihoon.
"Nanti balik dari kampus," balas Jihoon cepat, "Mekdi dulu, kuy?"
Acungan ibu jari Seira beri sebagai jawaban. Suasana kelas yang ramai seketika berubah hening saat dosen datang. Pria muda yang dapat dipastikan usianya bahkan lebih muda dari setengah mahasiswa di kelas karyawan itu.
Helaan napas pria berkemeja marun itu langsung terdengar jelas saat melihat Jihoon. "Ini kedua kalinya kamu ngulang di MK ini, Pak Jihoon!"
Sengiran Jihoon terbit, "Salah bapak ngasih nilai saya D," belanya tanpa rasa takut, "kalo dapet C aja, saya nggak akan ngulang MK ini dua kali, Pak."
Sei menoleh seoenuhnya pada Jihoon. Ia menatap tak percaya kalau Jihoon dua kali gagal di Mata kuliah ini. Padahal muka Jihoon keliatan kayak orang pinter, apalagi kalau udah serius ngomongin himpunan.
"Awas aja kalau kali ini kamu jarang masuk lagi, Ji! Udah ambil kelas malem ini. Mau pake alasan apa lagi?"
Acungan ibu jari Jihoon beri pada dosen muda itu. "Aman, Pak. Kali ini semangat, soalnya ditemenin ayang."
Sorakan langsung memenuhi ruangan kelas itu. Sedangkan Jihoon hanya menyengir, tak peduli kalau ia belum mengenal siapa saja orang di kelas itu. Pokoknya selagi masih memegang teguh cengar-cengir planga-plongo, dia akan terus percaya diri.
Justru sekarang Seira yang menanggung malu. Ia bahkan sedikit menggeser kursinya, menjauh dari Jihoon. Mana dari tadi Jihoon pede banget bilang dia itu ayangnya.
"Bener ya? Awas kalo absen terus!'
"Aman, Pak. Sekarang bakalan lebih semangat," sahutnya dengan antusias, lelaki itu bahkan sampai mengacungkan ibu jarinya, "pokoknya semester ini pasti C!"
Sei jelas kembali melirik Jihoon dengan tatapan tidak percaya. Bisa-bisanya Jihoon dengan bangga berharap dapat nilai C, padahal Seira dapet B aja udah bad mood.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE FIANCE [Jihoon-Sei]
FanfictionSejak malam pertunangan, sejak Jihoon melihat Seira muncul dari balik pintu ballroom. Sejak saat itu dia tahu kalau Watanabe Seira memiliki arti sendiri untuk hidupnya. Jihoon tak pernah menjalin hubungan serius dengan perempuan manapun. Sayang, saa...