Hero man

22.7K 298 27
                                    

Haii!

Welcome to my second short story!!

Mungkin sebagian sudah kenal sama aku, terutama yang pindahan dari lapak sebelahㄱㄱㄱㄱ

Gapapa, aku bakal perkenalan lagi.

Namaku Cellysta, biasa di panggil Celly or Tata. Tapi khusus buat kalian. Panggil aku Tata atau istri Jisung! Not author!


Happy Reading guys!!

Di tepi jembatan, perempuan dengan wajah lebam mencengkeram erat besi pembatas. Guyuran hujan malam yang menimpanya tak membuat ia sedikitpun ingin menepi. Pandangannya menatap ke bawah jembatan hampa. Kemudian satu tangannya beralih ke perut, mengelus lembut.

"Tuhan, maafkan aku."

Bibir pucat itu bergetar. Isakan kecil keluar, teredam oleh suara hujan. Perlahan, satu kakinya menaiki besi diikuti kaki satunya lagi. Ia berdiri di pembatas jembatan dengan kedua tangan terentang. Perempuan itu, Sasa memejamkan mata bersiap menerjunkan diri.

'Pak, buk, maafin aku.'

Bruk.

"Akhh ..."

Suara jatuh disertai pekikan menggema. Sasa merasakan tubuhnya sedikit ngilu. Ia membuka mata mengecek sekeliling, tetesan hujan membuat pandangannya agak buram. Apakah dirinya telah di neraka?

"KAU GILA, HA?!"

Menangkap siluet seseorang terbaring dibelakang nya, ia mengerjap. Dirinya tidak ... ?

"KALAU MAU MATI JANGAN NYUSAHIN ORANG BANGSAT!"

Siluet yang ternyata seorang laki-laki menatap dirinya lekat. Mata perempuan itu seketika panas, kenapa? Kenapa ia diselamatkan?

"BANYAK CARA BUAT MATI! TUSUK JANTUNG, RACUN, GANTUNG DIRI! ITU GAK TERLALU NYUSAHIN BUAT NYARI MAYAT KAU! COBA KAU PIK-EH JANGAN NANGIS!!"

Suara tangis beradu dengan suara hujan. Sasa sekali lagi mencengkeram erat perutnya. Si lelaki kebingungan lalu tanpa berpikir panjang ia pun memeluk tubuh bergetar si perempuan. Membiarkan nya menangis sepuasnya sementara ia mengelus punggung sempit Sasa. Ia tak menghiraukan bajunya yang kotor. Yang ia penting kan sekarang ialah menenangkan perempuan asing dalam pelukan ini.

Cukup lama keduanya dalam posisi itu. Dirasa perempuan itu mulai tenang, ia pun melepas pelukan lalu meneliti wajah tertunduk perempuan didepannya.

"K-kenapa kamu nyelamatin aku. A-aku gak pantas hidup. Aku p-perempuan kotor. A-aku-"

"Siapa bilang kau gak pantas hidup. Dengar! Sekotor apapun kau, kau tetap pantas hidup. Tidak ada manusia yang tidak pantas hidup!"

Bunyi guntur memekakkan telinga. Hawa dingin akibat guyuran hujan tak terasa ditubuh kecil Sasa. Ia semakin menunduk, menyembunyikan isakan kecil.

"Kamu tidak mengerti. Aku perempuan kotor yang hamil entah anak siapa! Orang tuaku sekarang menginginkan aku mati. Lelaki yang aku cintai juga menginginkan aku mati. Saudara, teman, mereka bahkan menyuruhku mati! Aku gak bisa ngehadapin ini sendiri! Aku ... aku sendiri."

Sasa mendongak. Ia menatap wajah lelaki di depannya yang mematung dengan air mata menggenang. Tetesan hujan tak membuat tenang. Malah, ia merasakan sakit, sakit yang teramat sangat didada.

"Orang berarti dalam hidupku saja menginginkan kematianku. Lalu buat apa aku hidup? Buat apa?!"

Entah sejak kapan lelaki itu menangkup wajahnya. Sasa dapat merasakan jemari dingin itu mengelus pipinya lembut. "Jangan nangis."

Short story 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang