I'm back ㄱㄱㄱㄱ!
Apakah kalian kangen cerita Tata? Atau kangen Tatanya:)
Sudah bisa nebak gimana ceritanya dari judul saja?
Tenang, ini bakal buat kalian kejang-kwejang kwok(:
Oke, saatnya
Happy Reading!!
Tok tok tok.
Mata setengah terpejam Deraya terbuka mendengar ketukan di pintu. Ia memandang jam dinding sebelum berdiri tertatih dari sofa. Ketukan yang semula pelan kini menguat disertai teriakan seorang lelaki. Deraya memegang kenop pintu gemetaran.
Ceklek.
"DIMANA TELINGAMU JALANG!!"
Deraya memejamkan mata saat suara berat itu berbunyi. Bau alkohol tercium membuat perut Deraya serasa diaduk. Sekuat tenaga Deraya menahan agar tak muntah.
"Sini aku bantu, Mas."
Tangan Deraya ditepis kuat. Hampir saja Deraya terjatuh jika ia tak berpegang kuat pada pintu. Ia mengelus perut pelan agar makhluk kecil didalam sana tak kaget.
"JANGAN SENTUH SAYA DENGAN TANGAN KOTORMU ITU!!"
Manik kemerahan pengaruh alkohol itu menatap jijik Deraya. Satu tangannya tergerak menunjuk Deraya yang menahan tangis.
"JAGA BATASANMU! APA KAMU TAK MALU MENYENTUH TUNANGAN PEREMPUAN LAIN?!"
Sedetik kemudian tawa menggelegar terdengar.
"AKU HAMPIR LUPA! JELAS KAMU TAK TAU MALU KARENA KAMU ITU PELACUR! PELACUR MURAHAN YANG SAKING MURAHNYA DIRIMU SAMPAI DITINGGAL PERGI KEKASIHMU SETELAH DIPAKAI!!"
Tumpah sudah tangisan Deraya. Harga diri yang Deraya coba tumbuhkan hancur tak bersisa. Hinaan Neva, suaminya sungguh menusuk dadanya.
Neva berjalan sempoyongan masuk ke dalam. Bibirnya sesekali bersenandung linglung.
"Olaaa... Neva kangen huhuu..."
"Jangan tinggalkan Neva ya Ola. Neva cuma cinta sama Olaa..."
"Dia itu pengganggu. Neva gak mau sama dia. Dia itu pelacur. Dia jahat misahin kita."
Neva menubruk meja menyebabkan miniatur terjatuh. Deraya mendekat hati-hati masih sesengukan kecil. Ia memegang lengan Neva kala pria itu hampir tersungkur.
"Mas, biar aku bantu."
"JANGAN PEGANG AKU!" Neva menjerit seraya menghempas tangan Deraya. Tetapi karena kesadaran hampir hilang, malah dirinya yang hampir terjatuh. Untung saja cekalan Deraya tak terlepas hingga ia tak mengalaminya.
"Aku muak melihat kam—ughh..."
Neva memuntahi celana Deraya sebelum hilang kesadaran. Deraya menutup hidung menahan mual akibat menusuknya aroma alkohol sembari memapah Neva susah payah menuju kamar sang suami.
Setelahnya merebahkan dan menyelimuti Neva, Deraya berjalan menuju kamarnya untuk berganti celana. Kemudian ia kembali ke kamar Neva mengecek suhu di kening suaminya.
"Panas."
Cepat-cepat Deraya menyiapkan baskom beserta handuk kecil mengompres kening Neva. Mata sembabnya memperhatikan raut tak nyaman Neva. Deraya mengulurkan satu tangan mengelus pipi merah Neva.
"Maaf, karena aku kamu harus putus sama Yola," bisiknya sendu. Air mata menggenangi pelupuk bersiap tumpah.
"Kamu harus tau, wajar jika kekasihku pergi tanpa melakukan pertanggungjawaban. Adikmu itu bukan ayah bayi ini. Dia bukan ayahnya..."